URstyle

Mengenal Sage, Brand Apparel dan Footwear Lokal yang Utamakan Sustainability

Kintan Lestari, Jumat, 7 Mei 2021 10.59 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Mengenal Sage, Brand Apparel dan Footwear Lokal yang Utamakan Sustainability
Image: Salah satu koleksi sepatu dari Sage Footwear. (Urbanasia/Kintan Lestari)

Jakarta - Brand lokal kini tengah meningkat popularitasnya. Salah satu brand yang kini populer adalah Sage. 

Brand ini dibangun oleh Hamzah Dwi Putra dan Varian Erwansa pada Agustus 2012.

Urbanasia pun berkesempatan mewawancarai salah satu pendiri Sage, Varian Erwansa, untuk bertanya-tanya mengenai brand yang didirikannya itu.

"Sage itu sebenarnya bahasa Inggris, artinya wise man atau orang lebih bijak. Karena core value dari brand kita kan traveling. Kalau kalian traveling sebenarnya kalian lebih dari hidup, gitu tagline kita. Nah, jadi dengan traveling kita berharap orang-orang bisa lebih wise lah, lebih punya wisdom," ujar Varian saat dihubungi Urbanasia, Selasa (4/5/2021).

Sage memulai bisnisnya dengan brand Sage Denim, yang sesuai namanya tentu menghadirkan produk denim. Kemudian berselang tujuh tahun, pada 2019 keduanya membuat Sage Footwear.

Berdiri sejak 2012, tentu brand lokal dengan tagline 'Who Lives Sees, Who Travels See More' ini punya beberapa produk andalan yang jadi favorit customer. 

"Kalau di denim kita ada namanya Sage Ranger 19oz. Ini kita udah create dari tahun 2013, udah jadi favorit selama mungkin 8 tahun lah sampai detik ini. Kalau di Sage Footwear itu kita ada Core Collection sama Tarmac yang salesnya paling bagus," pungkas Varian.

1620359412-tagline-sage.jpgSumber: Sage mengusung tagline 'Who Lives Sees, Who Travels See More'. (Urbanasia/Kintan Lestari)

Koleksi Sage Footwear sendiri belakangan ini habis diburu pecinta footwear, terlebih edisi-edisi kolaborasinya seperti edisi Hansaplast atau Teh Botol Sosro.

Maka dari itu, banyak customer yang komplain karena tidak kebagian sepatu edisi khusus tersebut. Padahal dikatakan Varian, Sage memproduksi ribuan sepatu per bulannya.

"Kalau sage sendiri kita approximately sebulan penjualan kita masih 5000-6000 pasang. Tapi itu kita combine. Biasanya yang general rilis mungkin 3000, setengahnya lagi nanti yang kolaborasi. Kalau lagi bulan-bulan biasa mungkin 3.000-3.500 per bulan," bebernya. 

Tapi kalian nggak perlu khawatir akan kehabisan edisi khusus dari Sage Footwear, soalnya Varian menyebut tahun ini Sage berencana meningkatkan produksinya. 

Kelokalan Sage juga terlihat dari material produk-produknya, yang mana 90% materialnya berasal dari dalam negeri. Hanya 10% material yang diimpor karena memang tidak ada bahannya di Indonesia.

Untuk Urbanreaders ketahui, Sage ternyata juga mengusung konsep sustainable fashion loh. 

Saat ditanya alasannya, Varian menyebut kalau Sage ingin jadi brand yang punya sosial impact sekaligus ecological impact.

"Kalau menurut saya bisnis yang bagus itu yang sustain. Kita percaya kalau core value dari brand kita itu bagus, kita punya karakteristik yang kuat. Jadi nggak cuma ngikutin zaman yang lagi rame apa. Kita nggak mau kayak gitu, kita pengen stay on the road sesuai core value kita yaitu kita mau jadi brand yang mengusung sosial impact-nya ada, ecological impact-nya ada juga," ujar Varian. 

"Saya percaya dan yakin kalau kita bener-bener stay on the road itu akan sustain seperti Sage Denim. Sage Denim biarpun awal-awal grafiknya nggak terlalu tinggi gimana-gimana, saya lebih prefer itu bisa bertahan sampai satu dekade, 10 tahun, 20 tahun sih," lanjutnya lagi.

1620359404-booth-sage.jpgSumber: Booth Sage di Event PlusEnamDua. (Urbanasia/Kintan Lestari)

Pandemi COVID-19 yang sudah berlangsung selama setahun tak bisa dipungkiri berdampak pada banyak bisnis. Varian mengungkap hal yang sama juga terjadi pada Sage di masa pandemi.

"Luar biasa terdampak. Jadi awal-awal Sage kan mainnya distribusi, kita punya sekitar 50 reseller. Pandemi menimpa reseller kita, kebetulan kan mereka toko offline jadi semuanya tewas. Makanya dari situ kita shifting bisnis model, sekarang kita langsung direct to customer. Kalau kena pukulan banget ya kena," papar Varian.

Pandemi juga berdampak pada daya beli masyarakat yang menurun. Untuk mensiasatinya, Varian mengungkap Sage mengajak beberapa brand untuk berkolaborasi.

"Kalau pengalaman kita collectible item sih masih bagus banget demand-nya. That's why kita banyak lakuin kolaborasi-kolaborasi. Kemarin kita kolaborasi sama Teh Botol Sosro 1000 pieces cuma 3 jam terjual, si Hansaplast 2.750 pieces cuma dalam waktu 2 hari. Jadi masih kenceng. Tapi kalau general rilisnya emang agak-agak kena. Sekarang kita lagi on the way ke online, lagi dikuatin untuk direct to customer," tambahnya.

Nah, Urbanreaders, Varian mengungkap kedepannya akan ada produk baru nih dari Sage. Sayang, dirinya belum mau membocorkan produk apa yang akan dirilis.

"Kita ada upcoming collaboration cukup gede-gedean. Tapi belum bisa saya sounding, tungguin aja. Tapi ada kejutan dari kita. Mungkin di Q3," tutupnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait