URstyle

Menikmati Keindahan Hutan Mangrove Seluas 183 Hektar di Pasuruan

Nunung Nasikhah, Rabu, 15 Januari 2020 16.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Menikmati Keindahan Hutan Mangrove Seluas 183 Hektar di Pasuruan
Image: Hutan Mangrove. (Humas Pemkab Pasuruan)

Pasuruan – Warga di kawasan Desa Penunggul, Kecamatan Nguling Kabupaten Pasuruan tak khawatir jika musim penghujan tiba. Pasalnya, kendati berada di pesisir laut utara Jawa, Desa satu ini aman dari ancaman abrasi atau banjir rob.

Semua berkat pohon mangrove yang bertengger kokoh di areal sabuk hijau (green belt) sepanjang 183 hektar yang berada di Desa Penunggul ini.

Sejak 33 tahun silam, ratusan pohon mangrove di hutan ini berhasil ditanam oleh Mukarim, sang pahlawan mangrove.

Kini, total lebih dari 1.830.000 pohon mangrove menjadi daya tarik kawasan wisata pesisir yang cukup menjanjikan.

Baca juga: Surabaya Bakal Punya Kebun Raya Mangrove Pertama di Dunia?

Mukarim menegaskan bahwa mangrove yang tumbuh berjajar menjadi benteng pencegah abrasi atau pengikisan pantai oleh gelombang air laut.

Meski air laut pasang hingga gelombang laut utara sangat tinggi, jutaan pohon mangrove lah yang menahan dan menyelamatkan perkampungan ini dari abrasi.

“Sangat aman. Warga tak perlu takut dengan abrasi atau banjir rob. Karena hutan mangrove di sini sangat banyak dan fungsi hutan mangrove ini adalah untuk melindungi wilayah pesisir dengan akarnya yang sangat efisien. Hal ini akan menjadikan pelindung pengikisan tanah akibat air,” ungkap Mukarim, dilansir dari Humas Pemkab Pasuruan.

Selain menjadi penyelamat warga Desa Penunggul, hutan dengan sejuta mangrove ini juga dimanfaatkan sebagai kawasan wisata.

Baca juga: Taman Bunga Adn Firdaus, Pesona Indah Pasuruan dengan Latar 3 Pegunungan

Hebatnya, Mukarim dan pihak pengelola tidak membebankan tiket masuk bagi wisatawan. Hanya saja, setiap pengunjung yang datang diwajibkan menjaga kebersihan. Yakni dengan tidak membuang sampah sembarangan di sepanjang areal pantai.

“Tidak ada tiket masuk, hanya saja wisatawan yang berkunjung diharuskan jaga kebersihan. Agar tak sepi, dekat pintu masuk ada warung kopi milik warga sekitar,” papar Mukarim.

Wisata hutan mangrove ini biasanya ramai dikunjungi setiap weekend. Untuk hari-hari biasa, jumlah pengunjung yang datang tidak terlalu banyak.

Para wisatawan yang datang ke hutan mangrove ini akan dimanjakan dengan ratusan jenis tanaman bakau seperti Rhyzapora Mucronata, Abisina Alba, Rhyzapora Apiculata, dan Alasina Marina.

Baca juga: Menikmati Romantisme Sunset di Dermaga Baru Danau Ranu Pasuruan

Selain itu, ada juga 14 spesies hewan khas pantai yang bisa dilihat. Yakni bandeng, belanak, glodok, keong, tiram, kerang hijau, kadal, biawak, ular, burung kuntul putih, kepiting bakau, udang putih, rajungan, dan capung.

“Bahkan nelayan sekitar secara tidak langsung mendapat keuntungan dari Hutan Mangrove yang kian lestari ini. Karena mereka juga bisa menjual hasil tangkapan mereka kepada para pengunjung,” ucap peraih penghargaan Kalpataru dan penghargaan Satya Lencana pembangunan dari Presiden tersebut.

Di sisi lain, Kepala Desa Penunggul Slamet Sunhaji mengatakan telah menyiapkan banyak program dan kegiatan dalam rangka pengembangan Desa Penunggul sebagai Ikon Wisata di wilayah timur Kabupaten Pasuruan.

Mulai dari penanaman pohon gelodok di sepanjang jalan menuju wisata mangrove, pembersihan sampah sekitar pantai dan hutan mangrove, hingga pengembangan produk makanan dan minuman berbahan dasar buah mangrove.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait