URnews

‘Nebeng’ Popularitas di Citayam Fashion Week

Anneila Firza Kadriyanti, Kamis, 21 Juli 2022 09.02 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
‘Nebeng’ Popularitas di Citayam Fashion Week
Image: Gubernur DKI Anies Baswedan berswafoto bareng beberapa remaja 'SCBD'. (Instagram/Aniesbaswedan)

KEHEBOHAN Citayam Fashion Week masih bergaung hingga hari ini. Tak tanggung-tanggung, sejumlah nama besar di dunia modelling turut melenggang di tengah ‘catwalk’ yang berlokasi di zebra cross kawasan Stasiun Dukuh Atas Sudirman, Jakarta. 

Mereka antara lain adalah model dan YouTuber Paula Veerhoven, serta si kembar Veronika dan Valerie yang merupakan jebolan Asia’s Next Top Model. Turut serta desainer kenamaan Ivan Gunawan yang menggandeng salah satu peserta fashion week bernama Roy yang sempat viral dalam pemberitaan media karena menolak tawaran beasiswa dari Menteri Sandiaga Uno.

Pekan mode ala remaja-remaja Citayam pada mulanya mendapatkan ‘pengadilan’ netizen di dunia maya. Warganet melabeli secara negatif aktivitas kumpul-kumpul para remaja asal pinggiran kota Jakarta ini. Tak sedikit pula yang mengomentari outfit mereka yang murahan namun ingin terlihat high fashion seperti brand kenamaan.

Kini semuanya terbawa dalam keseruan Citayam Fashion Week yang malah diikuti oleh banyak pesohor. Citayam Fashion Week lalu digadang-gadang sebagai bentuk promosi urban tourism lewat deretan penampilan fashion jalanan. Sesuatu yang pada mulanya dinilai urakan dan rendahan, tak urung telah menjadi daya tarik ibukota yang juga menuai perhatian dunia internasional.

Citayam Fashion Week dan Upaya Mendobrak Budaya Arus Utama

Mengusung konsep street fashion, para remaja ‘SCBD’ (Sudirman, Citayam, Bojonggede, Depok) tampak begitu bebas mengekspresikan selera unik dalam berbusana, sekaligus tak malu menunjukkan kebanggaan terhadap identitas mereka yang merupakan kaum pinggiran kota (suburban).

Hal ini sejalan dengan semangat street style yang memang lebih menyerupai pernyataan tentang kebebasan ekspresi dan ajang untuk menunjukkan identitas diri. Street style selalu bersifat personal, alih-alih mengikuti apa yang digariskan sejumlah pemain besar industrI pakaian sebagai tren musim ini. 

Jadi jangan pernah mengharapkan adanya kemewahan dalam tampilan gaya berbusana ini, sekalipun sejumlah brand kenamaan mencoba menjadikan gaya jalanan sebagai bagian dari lini coutoure mereka.

Dalam perkembangan sejarahnya, street fashion kerap diidentifikasi sebagai bagian dari budaya kaum muda perkotaan dalam mendobrak aturan kaku dan mengikat yang diterapkan oleh orang-orang dewasa (Buchmann, 2001). Ketika bicara dalam konteks industri, sejumlah orang dewasa ini merupakan bagian dari sistem kapitalis yang berusaha mendominasi sistem ekonomi melalui penciptaan dan pembedaan kelas (strata) sosial (Louise Holt, Tribal Youth Subculture and Resistance, 2009).

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait