Anak Badak Jawa Lahir di Taman Nasional Ujung Kulon, Diberi Nama LordZac

Jakarta - Dua ekor anak badak (Rhinoceros sondaicus) atau yang biasa disebut badak Jawa lahir dari induk bernama Ratu dan Menur di habitat alaminya, Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK). Kabar bahagia untuk konservasi Indonesia itu dibagikan Menteri Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya Bakar lewat Twitter, Minggu (18/12/2022).
"Anak badak Jawa pertama berjenis kelamin jantan. Diberi nama 'LordZac', terekam pada 18 September 2022 pukul 08.29 WIB dari induk yang bernama RATU. Anak badak kedua belum diketahui jenis kelaminnya, namun telah diberikan ID. 090.2022, lahir dari induk yang bernama MENUR," cuit Siti dikutip Urbanasia pada Selasa (20/12/2022).
Sementara dalam keterangan resminya di Jakarta, Siti menjelaskan, kelahiran tersebut menambah jumlah anak badak Jawa pada tahun ini. Sebab pada periode awal tahun ini, terekam pula anak badak Jawa yang baru lahir.
"Dengan gambaran ini, di samping rekaman kelahiran berbagai satwa liar lainnya dalam tahun 2022 dan dalam beberapa tahun terakhir ini, menunjukkan optimisme perlindungan satwa liar di Indonesia yang semakin baik dengan kerja keras berbagai pihak, dan tentu saja akan terus kita perbaiki," ujarnya.
Menurutnya, kelahiran baru anak badak Jawa ini juga merupakan bukti pemerintah melalui KLHK terus berupaya meningkatkan populasi badak Jawa dan memastikannya tidak akan punah. Terlebih kelahiran baru ini merupakan salah satu upaya rutin dan terus-menerus dari Tim Monitoring Badak Jawa Balai TNUK yang melakukan monitoring berbasis camera trap.
"Terima kasih Tim Monitoring Badak Jawa Balai TNUK bersama para pihak yang telah bekerja tanpa mengenal lelah di tingkat tapak," kata Siti.
Tak lupa Siti berpesan agar jajarannya tak terlena dengan kabar bahagia tersebut. Sebab meskipun badak Jawa dapat berkembang biak, bukan berarti habitat dan individu badak Jawa aman dari berbagai gangguan yang mengancam keberadaan dan kelestarian badak Jawa. Seperti misalnya ancaman dari aktivitas perburuan, predator (ajag/anjing hutan), penyakit, kemungkinan inbreeding, maupun bencana alam.
"Kita dan semua pihak yang membantu dalam upaya pelestarian badak Jawa tidak boleh lengah dan selalu mengantisipasi terhadap setiap ancaman yang mungkin akan terjadi," pesannya.