Gulali Jadi Primadona di Festival Oeklam-Oeklam Heritage Nang Kajoetangan

Malang - Festival Oeklam-oeklam Heritage Nang Kajoetangan yang digelar dua hari kemarin (30-31/8) diserbu ribuan pengunjung yang rindu dengan suasana Malang tempo dulu.
Festival digelar di sepanjang koridor Kayutangan mulai kawasan depan gedung BNI Rajabali hingga depan Hotel Riche dekat alun-alun Kota Malang.
Nama Oeklam-oeklam Heritage Nang Kajoetangan berarti ‘jalan-jalan ke Heritage Kayutangan’.
Uklam-uklam adalah bahasa walikan warga Malang untuk menyebut kata mlaku-mlaku yang dalam bahasa Indonesia berarti jalan-jalan. Mlaku-mlaku dibalik menjadi uklam-uklam, khas Malang banget. Sementara Kayutangan merupakan sebuah kampung di Kota Malang.
Baca Juga: Bikin Ketawa! Lihat Polosnya Tukang Cilok Mau Beli SIM Polisi Saat Ditilang
Festival ini mencoba menyuguhkan suasana klasik dari Kota Malang sebagaimana yang pernah disajikan dalam acara Malang Tempo Doeloe.
Banyak penjual-penjual jajanan jaman dulu (jadul) mulai dari gulali, arbanat, es gandul, lumpia, hingga roti-roti kuno.
Gulali tampil sebagai primadona pilihan para pengunjung. Beberapa penjual gulali tampak diserbu muda-mudi dan anak-anak yang menginginkan sensasi makanan jaman dulu.
Salah satunya adalah Sarah Dewi Nur Faricha yang kebetulan ikut membelikan gulali untuk adiknya.
“Nemenin adik saya beli gulali. Katanya pengen,” ungkap Sarah.
Sarah menambahkan, dirinya berkeliling dan mendapati banyak makanan-makanan jadul lain.
Hanya saja ia menyayangkan, masih banyak makanan-makanan kekinian yang mengisi stand-stand festival sehingga mengurangi kesan klasik yang ingin ditampilkan.
Sementara itu, penjual gulali tentu senang karena dagangannya laris manis. Kudapan yang menyerupai permen ini dijual dengan harga yang murah mulai dari Rp 2.500 hingga Rp 3.000.
"Alhamdulillah ini rezeki dadakan. Sudah habis 30 tusuk yang telah kami jual,” tutur salah satu penjual gulali, Hendiyani.
Begitu juga dengan penjual gulali lain, Nuryani yang mengaku sudah cukup lama vakum menjual gulali karena agenda Malang Tempo Doeloe sudah dihentikan sejak beberapa tahun terakhir.
Baca Juga: Kurangi Polusi dan Macet, Anies Baswedan Ajak Warga Jakarta Mau Naik Sepeda
Menurutnya, berjualan gulali seperti ini harus menunggu momentum yang pas seperti dalam Oeklam-oeklam Heritage Nang Kajoetangan ini.
"Semenjak tidak ada acara itu (Malang Tempo Doeloe, red), saya nggak jualan. Sekarang ada acara oeklam-oeklam ini, jadi bisa jualan lagi," tandasnya.(*)