URnews

Hasil Studi: Fresh Graduate Paling Banyak Nganggur, Apa Sebabnya?

Nunung Nasikhah, Rabu, 18 Desember 2019 10.01 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Hasil Studi: Fresh Graduate Paling Banyak Nganggur, Apa Sebabnya?
Image: Unsplash

Malang - Tau nggak sih, di balik angka pengangguran di Indonesia paling banyak berasal dari fresh graduate? Bahkan, persentasenya mencapai angka sekitar 20 persen lho.

Hal ini diungkapkan oleh Prof. Devanto Shasta Pratomo, SE., M.Si., Ph.D., guru besar bidang Ekonomi Ketenagakerjaan Universitas Brawijaya (UB) dalam orasinya yang berjudul ‘Momentum Bonus Demografi dan Tantangan Ketenagakerjaan di Era Ekonomi Digital’.

Fresh graduate yang berasal dari kalangan anak muda ini berada dalam rentang usia 15 hingga 24 tahun yang sudah tidak lagi sekolah.

Menurut Devanto, banyaknya fresh graduate yang nganggur ini terjadi karena beberapa hal. Yang pertama karena mismatch antara demand dan supply.

“Antara background pendidikan dengan kebutuhan dunia kerja nggak nemu, nggak match,” ungkar Devanto.

Baca juga: Raih Gelar Doktor di Usia Muda Tanpa Biaya Bisa dengan Beasiswa Ini, Guys!

Yang kedua terjadi karena kebanyakan fresh graduate masuk dalam kategori choosy educated worker atau tipe pekerja pemilih.

“Nggak mau kerja kalau nggak sesuai sama yang diinginkan. Istilahnya ‘luxury unemployment’,” tegasnya.

Selain itu, menurut penelitian Devanto, kebanyakan fresh graduate memilih menganggur dulu untuk sementara waktu hingga mendapatkan pekerjaan yang diinginkan.

“Dari penelitian saya rata-rata mereka menganggur sampai 1 tahun sampai mendapatkan pekerjaan yang pas, tidak mau bekerja asal-asalan. Jadi itu yang menyebabkan mereka dikategorikan sebagai pengangguran,” tegasnya.

Devanto juga memaparkan, persentase angka pengangguran di Indonesia ini masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan Malaysia maupun Filipina.

Hal ini terjadi karena salah satunya banyak pekerjaan yang hilang tergantikan dengan teknologi.

“23 juta pekerjaan akan hilang. Contoh travel agent yang hilang digantikan dengan teknologi pemesanan online. Namun jangan khawatir karena akan tumbuh 46 juta pekerjaan baru,” jelasnya.

Untuk mengantisipasi terjangan dunia digital, menurut Devanto, yang menjadi PR adalah kebijakan pendidikan yang harus disesuaikan dengan dunia digital.

Baca Juga: Impianmu Kuliah di Negeri "Lord of The Rings" Bisa Tercapai dengan Beasiswa Ini

“Tidak hanya kurikulum tetapi mempertemukan dunia pendidikan dengan usaha sehingga yang dibutuhkan oleh dunia usaha juga pendidikan paham sehingga mempererat hubungan,” paparnya.

Apalagi menurut Devanto, anak-anak jaman sekarang lebih mudah diajari sesuatu yang berbau digital. Sehingga ini akan jauh lebih mudah untuk diterapkan dalam dunia pendidikan.

“Anak-anak muda itu kan lebih gampang untuk diajari digital, lebih ramah dibandingkan dengan generasi saya. Lebih mudah mengajari anak muda untuk arah ke depan dibandingkan dengan masa saya,” pungkasnya.(*)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait