Menelusuri Jejak Munculnya Istilah Cebong, Kampret, Kadrun hingga BuzzeRp

Jakarta - Urbanreaders mungkin sudah nggak asing dengan istilah cebong, kampret, kadrun, hingga BuzzeRp. Ternyata istilah-istilah ini punya sejarah yang cukup panjang, loh.
Hal itu diungkapkan oleh Drone Emprit and Media Kernels Indonesia. Ismail Fahmi, Founder Drone Emprit and Media Kernels Indonesia membagikannya dalam thread berjudul 'TREN DAN POPULARITAS SEBUTAN CEBONG, KAMPRET, BUZERP, DAN KADRUN' di Twitter, Minggu (17/4/2022).
"Drone Emprit (DE) selama 7 tahun merekam percakapan yang mengandung panggilan-panggilan tersebut, dan terhitung sejak 1 Juli 2015 hingga sekarang, terkumpul 14 juta lebih percakapan di Twitter," cuit Ismail seperti dikutip Urbanasia pada Senin (18/4/2022).
Penasaran dengan hasil penemuan DE? Berikut awal mula munculnya istilah cebong, kampret, kadrun, hingga BuzzerRp menurut DE:
Istilah Cebong Sudah Muncul Sejak 2015
Ismail mengatakan, istilah cebong mulai muncul di Twitter pada Mei 2015. Tepatnya muncul dari cuitan akun Twitter @Kage_yatsu pada 14 Mei yang mengomentari postingan yang membahas Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming Raka.
Saat itu, awal mula istilah cebong digunakan sebagai kata yang menggambarkan pendukung Joko Widodo. Kemudian istilah ini banyak digunakan pada Juni 2015 dan semakin menjamur di Agustus 2015.
"Istilah 'cebong' sebagai 'pendukung Jokowi' mulai banyak digunakan sejak Agustus 2015. Selama ini istilah 'cebong' dianggap terinspirasi oleh kodok yang dilepas Jokowi di kolam Istana Bogor (3 Jan 2016). Namun dari data DE, sebelum itu sudah digunakan," ungkap Ismail.
Bahkan setelah Pilpres 2019, peta social network analysis (SNA) masih memperlihatkan penggunaan istilah ini. Banyak pihak kontra Jokowi yang menggunakan istilah itu, namun ada juga klaster kecil pro Jokowi yang masih menggunakan panggilan tersebut.
Setelah Cebong, 'Terbitlah' Kampret
Menyusul cebong, di urutan kedua ada istilah kampret. Istilah ini digunakan untuk merujuk pendukung Prabowo dan mulai muncul pada Oktober 2015.
"Istilah 'kampret' sebagai balasan atas panggilan 'cebong' muncul bulan Oktober 2015. Kalau 'cebong' hidup di air, kebalikannya 'kampret' hidup di pepohonan secara terbalik. Awalnya istilah kampret belum banyak digunakan. Baru pertengahan 2018 ramai digunakan," jelas Ismail.
Menariknya, DE menemukan istilah kampret maupun cebong ini sama-sama banyak digunakan oleh akun-akun pecinta K-Pop alias K-poppers.
"Panggilan 'kampret' ternyata bukan monopoli klaster pro Jokowi kepada klaster kontra, meski dari peta SNA tampak yang paling aktif. Panggilan ini juga banyak digunakan oleh netizen umum dan K-poppers," paparnya.
Namun karena istilah ini juga banyak digunakan oleh umum, alhasil total user aktif sangat banyak, yaitu mencapai 1 juta lebih. Sementara yang menggunakan 'kampret' dan merujuk pada pendukung Prabowo, Ismail mengatakan, mungkin hanya separuhnya atau kurang.
Munculnya Istilah Kadrun Setelah Pilpres 2019
Temuan menarik lainnya dari DE menunjukkan ada pergeseran sebutan pihak yang kontra terhadap Jokowi setelah Pilpres 2019. Dari yang awalnya menggunakan kampret, pasca Pilpres 2019 sebutan itu menjadi kadrun.
"Istilah 'kadrun' pertama kali bukan dibuat oleh @Dennysiregar7, tetapi oleh @kebo_mangkrak dan @Manuputty1101 (Jan 2018). Baru populer setelah DS menyebut 'Kadal Gurun' lalu oleh pendukungnya disingkat dengan 'kadrun' pada Agustus 2019," paparnya.
Nah kalau soal awal mula istilah kadrun yang merujuk pro Prabowo sebenarnya sudah muncul pada Januari 2018. Kemudian pada November 2018, akun @SiharMHSitorus banyak menggunakan istilah ini dan belum banyak digunakan akun lain.
"Baru setahun setelah itu, bulan Agustus 2019, akun @Dennysiregar7 tegas menggunakan nama 'Kadal Gurun' untuk merujuk ke klaster kontra. Lalu followernya mengusulkan istilah 'Kadrun'. Sejak itu tren 'kadrun' meningkat pesat," kata Ismail menambahkan.
Tren BuzzeRp Muncul pada Agustus 2019
Terakhir adalah istilah BuzzeRp. Ismail mengatakan, istilah ini dipopulerkan oleh akun Twitter @Dhandhy_Laksono dan @HokGie_ pertama kali pada 2 Agustus 2019. Keduanya menggunakan istilah itu untuk konteks yang sama.
"Istilah 'buzzeRp' dipopulerkan pertama kali oleh @Dandhy_Laksono dan @HokGie_ (2 Agustus 2019) ketika menyoroti serangan buzzer terhadap Sexy Killers. Sejak saat itu istilah ini dan variannya “buzzerRp” digunakan untuk memanggil buzzer yang dianggap dibayar oleh oligarki," ungkap Ismail.
Dalam satu tahun terakhir, hanya ada satu klaster yang aktif menggunakan 'buzzerRp' dan variasinya yaitu buzzerRp. Mereka berasal dari kalangan oposisi dan aktivis.
"Klaster yang dipanggil 'buzzeRp' yang dianggap dibayar jadi buzzer, tidak tampak dalam SNA," pungkasnya.