Viral, Aksi Mahasiswa Catcalling Massal di Madrid Tuai Kecaman
Jakarta - Sebuah video viral di media sosial pada awal Oktober, menunjukkan aksi puluhan mahasiswa dari kampus khusus putra, Elías Ahuja di Madrid, Spanyol, melakukan catcalling massal ke arah asrama perempuan kampus Santa Mónica. Hal ini pun memancing kecaman dari berbagai pihak.
Dilansir dari akun Twitter @Rita_Maestre, video itu memperdengarkan suara seorang laki-laki yang meneriakkan kata-kata kasar untuk perempuan dengan sangat lantang dari salah satu kamar asrama.
Suara pria itu melontarkan istilah seksis yang merendahkan, yaitu 'nymphomaniac' yang dikenal sebagai salah satu jenis kelainan seksual. Ia kemudian menyerukan kata 'Go, Ahuja!' sebagai tanda bagi mahasiswa lainnya untuk membuka tirai jendela kamar mereka.
Seketika siluet puluhan pria muncul. Suara siulan, lolongan seperti binatang, dan sorakan terdengar hingga akhir video.
Dilansir dari Insider, aksi catcalling massal itu berlangsung cukup lama yaitu lebih dari satu menit. Pihak kampus pun langsung memberikan pernyataan dan mengutuk keras aksi sejumlah mahasiswa itu.
Kampus juga telah melakukan penindakan secara internal. Mahasiswa yang terlibat telah dihukum dan menulis surat permintaan maaf kepada pihak Santa Mónica. Mereka juga wajib mengikuti kelas kesetaraan gender dan harus terlibat dalam kegiatan sukarelawan.
Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez juga salah satu yang mengutuk keras aksi catcalling massal yang diperkirakan dilakukan sekitar 100 mahasiswa ini. Ia menyebut hal itu sebagai aksi yang tak bisa dibenarkan dan menjijikkan.
"Benar-benar aksi yang tidak dapat diterima, Tidak seharusnya kita membenarkan tindakan yang jelas-jelas tidak mewakili masyarakat Spanyol pada umumnya. Sangat penting bagi kita semua untuk tidak mengambil langkah mundur dalam kesetaraan pria dan wanita," kata Perdana Menteri Pedro.
Kantor berita Spanyol, El Pais melaporkan investigasi internal sudah dilakukan pihak kampus. Mahasiswa yang diyakini sebagai dalang aksi catcalling massal pun telah dikeluarkan. Pihak kampus sempat memberikan waktu 1x24 jam untuk mahasiswa itu mencari tempat tinggal lain. Keputusan sama juga tampaknya diberikan kepada mahasiswa lain yang terlibat.