URtainment

'Nussa' Disebut Promosikan Taliban, Ini Jawaban Menohok Angga Sasongko

Griska Laras, Senin, 21 Juni 2021 17.29 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
'Nussa' Disebut Promosikan Taliban, Ini Jawaban Menohok Angga Sasongko
Image: Serial Animasi Nussa Berhenti Tayang (@nussaofficial)

Jakarta - Kabar membanggakan kembali datang dari industri perfilman Indonesia. Film animasi karya anak bangsa, 'Nussa', akan tayang perdana di Bucheon International Fantastic Film Festival (BIFAN) 2021.

Namun di tengah pencapaian ini, respons negatif datang dari pegiat media sosial Eko Kunthadi. Melalui cuitan di akun Twitter pribadinya, dia menuding animasi 'Nussa' mendukung ajaran radikalisme karena berpakaian khas Taliban.

"Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan. Pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afganistan. Tapi film Nusa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira, Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban. Promosi yg merusak!" cuit akun@eko_kunthadi, Minggu (20/6/2021).

Tak lama setelah cuitan itu viral, Angga Sasongko selaku produser eksekutif 'Nussa' membalas tudingan Eko dengan jawaban menohok.

Angga menyebut tuduhan tersebut tidak berdasar dan hanya bertujuan menyebarkan isu identitas semata. Dia bahkan menilai Eko Kunthadi sosok pengecut lantaran tidak berani memenuhi undangannya untuk menonton dan berdiskusi langsung soal film 'Nussa'.

"Ah elo ayam sayur, Eko. Diajak nonton dan diskusi langsung sama gue, enggak nongol hidung lo. Mengkonfirmasi untuk tidak datang. Ayam sayur kayak lo cuma berani sembunyi di balik jempol. Enggak cukup punya nyali dan intelektualitas buat berdebat," balasnya.

Di cuitan pengguna Twitter lain, Angga menyarankan agar Eko menonton filmnya lebih dulu sebelum berkomentar macam-macam.

"Enggak perlu kekerasan. Film itu ide. Kalau enggak sependapat karena belum nonton, ya diajak nonton. Habis nonton, idenya mau dikomentari, dikritik, ya monggo," balas Angga.

"Saya orang yang terbuka dan respect dengan sikap berseberangan, saling tidak sepakat, dan berbeda pendapat. Itu indahnya demokrasi," lanjutnya.

Sutradara 36 tahun ini pun sadar betul bahwa konsekuensi sebuah karya yang telah dipublikasikan adalah siap untuk dikritik. Hanya saha dengan catatan, orang yang mengritik sudah menonton, membaca, mendengar, atau melihatnya.

"Tapi kalau ruangnya ogah dimanfaatkan lalu beraninya bersembunyi di balik jempol, ya ayam sayur," cuitnya meledek Eko yang asal tuduh tanpa menonton filmnya lebih dulu.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait