URstyle

Obat-obat Ini Berpotensi Melawan Covid-19?

Ardha Franstiya, Minggu, 22 Maret 2020 12.35 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Obat-obat Ini Berpotensi Melawan Covid-19?
Image: Ilustrasi obat-obatan. (Pixabay)

Jakarta - Saat ini, para ilmuwan kesehatan tengah berjuang menemukan obat-obatan untuk mengobati COVID-19 yang masih menjadi pandemi.

Obat Malaria, HIV dan hipertensi dikembangkan untuk melawan SARS-CoV-2 karena menjanjikan hasil positif, walau ketiga penyakit itu tidak memiliki kesamaan dengan novel virus corona.

Berikut obat-obatan yang tampaknya efektif melawan COVID-19 seperti dilansir Laman Los Angeles Times:

Baca Juga: Belajar dari Negara Lain, Pemerintah Siapkan Dua Jenis Obat untuk Pasien COVID-19

Klorokuin

Klorokuin merupakan versi sintetis kina, yakni senyawa alami yang diekstrak dari kulit pohon kina sejak awal tahun 1600-an. Obat ini digunakan pasien malaria selama beberapa abad.

"Cara kerja obat ini memperlambat replikasi virus memasuki sel," ujar ahli mikrobiologi di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Karla Satchell sebagaimana dikutip Antara, Minggu (22/3).

Juru bicara pemerintah Indonesia untuk penanganan COVID-19, Achamd Yurianto menegaskan, klorokuin digunakan untuk membantu penyembuhan penyakit yang disebabkan virus corona baru, bukan pencegahan infeksi COVID-19.

Dia meminta masyarakat tidak membeli atau menyimpan obat ini karena tergolong obat keras dan harus menyertakan resep dokter.

Hidroksiklorokuin

Obat ini metabolit obat malaria yang berpotensi mengobati penyakit autoimun tertentu seperti lupus dan rheumatoid arthritis. Para ilmuwan berpikir obat ini bekerja dengan mengganggu komunikasi antar sel dalam sistem kekebalan tubuh.

Dokter sedang mengujinya pada pasien COVID-19. Mereka berteori, jika klorokuin bermanfaat, maka hidroksiklorokuin mungkin juga dan hasil laboratorium baru-baru ini tampaknya mendukung teori ini.

Sekitar tujuh uji klinis telah dimulai di Cina untuk menguji obat ini pada pasien dengan COVID-19. Peneliti dari Universitas Minnesota juga melakukan pengujian pada minggu ini.

"Setelah 90 hari kita akan memiliki beberapa indikasi apakah ini efektif atau tidak dan seberapa efektif itu bisa terjadi," ujar Dr. Jakub Tolar, dekan Fakultas Kedokteran Universitas Minnesota.

Hasil laboratorium awal di Cina menunjukkan hidroksiklorokuin menghambat infeksi SARS-COV-2. Obat ini diklaim aman untuk digunakan pada manusia.

Obat ini kombinasi dua obat antivirus yakni lopinavir dan ritonavir yang digunakan melawan HIV. Lopinavir mencegah enzim virus memotong protein penting yang merupakan kunci untuk reproduksi HIV. Sementara ritonavir membantu meningkatkan konsentrasi lopinavir dalam sel.

Para ilmuwan bertanya-tanya apakah keduanya dapat mengganggu siklus hidup SARS-COV-2 dengan cara yang sama.

Tetapi sebuah penelitian dalam New England Journal of Medicine melaporkan, obat ini tidak bermanfaat bagi pasien dengan COVID-19 yang parah.

Perlu ada studi lanjutan untuk memberikan wawasan lebih luas.

Remdesivir

Obat ini dikembangkan Gilead Sciences untuk melawan Ebola tetapi tak terbukti efektif. Namun, remdesivir terbukti memiliki beberapa efek terhadap MERS dan SARS dalam lini sel dan pengujian hewan terbatas.

Mengingat penyakit-penyakit tersebut disebabkan oleh virus corona, peneliti berpendapat mungkin juga memiliki beberapa efek terhadap penyebab COVID-19.

Bagaimana persisnya remdesivir bekerja belum jelas, meskipun sebuah penelitian baru menunjukkan tampaknya menghambat replikasi RNA selama siklus reproduksi virus corona.

Remdesivir diberikan kepada pasien COVID-19 pertama di Amerika Serikat setelah kondisinya memburuk. Dia mulai pulih pada hari berikutnya, menurut sebuah studi kasus dalam New England Journal of Medicine.

“Meskipun remdesivir telah diberikan kepada beberapa pasien dengan COVID-19, kami tidak memiliki data yang kuat untuk menunjukkan obat ini bisa meningkatkan hasil klinis,” ujar direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID), Dr. Anthony S. Fauci.

Losartan

Obat hipertensi ini mencegah hormon angiotensin mengikat ke reseptor pembuluh darah.

Para ilmuwan berhipotesis losartan dapat membantu pasien dengan COVID-19 karena sebagai penghambat reseptor angiotensin, obat ini menghambat virus masuk ke dalam sel.

Peneliti dari Universitas Minnesota belum menentukan subjek dalam uji klinis mereka.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait