URtainment

Pameran ‘Indonesia Month’ Digelar di Perpustakaan Belgia Sepanjang September

Shelly Lisdya, Senin, 12 September 2022 16.21 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pameran ‘Indonesia Month’ Digelar di Perpustakaan Belgia Sepanjang September
Image: Pameran ‘De Schat van Indonesië’ menampilkan benda-benda budaya yang merupakan koleksi para warga Belgia. (ANTARA)

Jakarta - Kedutaan Besar RI di Brussel menggandeng Perpustakaan Kris Lambert di Kota Oostende, Belgia, untuk menyelenggarakan ‘Indonesia Month’ selama September.

Pergelaran Indonesia kali ini mengusung tema ‘De Schat van Indonesë’ atau ‘Treasures of Indonesia’ yang meliputi pameran, diskusi buku, dan pagelaran budaya.

Menurut keterangan dari KBRI Brussel, pameran ‘De Schat van Indonesië’ menampilkan benda-benda budaya yang merupakan koleksi para warga Belgia.

Setiap benda unik itu disebutkan memiliki kisahnya masing-masing dan menggambarkan kecintaan para pemiliknya terhadap Indonesia.

Salah satunya, tenun ikat milik Inge de Lauthawer yang ia peroleh dari Sumba. Inge sendiri adalah Yayasan Sumba Foundation yang bergerak di bidang penguatan kapasitas siswa bidang pariwisata.

Tenun ikat tersebut ia beli dari Kornelis Ndapakamang, seorang artis asal Sumba, dan masih dibuat secara tradisional, termasuk pewarna alami dari tumbuhan.

Tenun ikat antik itu memperlihatkan motif khas dari kerajaan Pau dan Rende, yang dahulu kala berada di Sumba Timur.

Di sudut lain perpustakaan, KBRI juga menampilkan beberapa komoditas unggulan Indonesia yang merupakan produk impor favorit di Belgia, seperti alas kaki, pakaian, kopi, teh, rempah, dan lain-lain.

Bagian itu memperlihatkan Indonesia sebagai mitra ekonomi penting bagi Belgia dan betapa produk-produk Indonesia begitu dekat dan telah akrab dimanfaatkan warga setempat.

Pembukaan ‘De Schat van Indonesie’ (6/9) diselenggarakan bersamaan dengan Diskusi Buku ‘Revolusi’ karya sejarawan Belgia David van Reybrouck yang diluncurkan pada 2020.

Revolusi

‘Revolusi’ memaparkan kisah bangsa Indonesia memperjuangkan kemerdekaannya dan bagaimana kemerdekaan Indonesia telah memengaruhi tataran global.

David, yang lahir dan besar di Belgia, disebutkan menghabiskan lima tahun untuk menulis buku tersebut. Ia meneliti Indonesia dan era kolonialisme.  

Rangkaian kegiatan juga diisi dengan diskusi yang menghadirkan Joss Wibisono, sejarawan Indonesia yang lama menetap di Belanda, serta Gie Goris, jurnalis Belgia yang adalah juga pemerhati isu-isu terkait Asia Tenggara.

Keduanya mengupas bagaimana revolusi kemerdekaan Indonesia bergema hingga pelosok dunia. Diskusi diramaikan dengan kehadiran para anggota klub buku di Oostende serta warga dari berbagai kota di sekitar kota itu.

Duta Besar RI untuk Belgia Andri Hadi menyampaikan bahwa dalam pertemuan dengan David van Reybrouck, David menceritakan mengenai perjuangannya dalam menulis buku ini.

Dubes Andri mengakui salut atas kegigihan David dalam menemukan sumber sejarah karena sifat buku yang ditulis mewajibkan David untuk menemui para saksi mata langsung.

Andri juga menegaskan bahwa salah satu keistimewaan buku ini adalah bagaimana David dapat mengartikulasikan makna kemerdekaan Indonesia khususnya mengenai efek riak kemerdekaan Indonesia.

Reog

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait