URtech

Pangeran Arab Saudi Tolak Rp 588 Triliun dari Elon Musk untuk Caplok Twitter

Shinta Galih, Sabtu, 16 April 2022 09.02 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pangeran Arab Saudi Tolak Rp 588 Triliun dari Elon Musk untuk Caplok Twitter
Image: Pangeran Arab Saudi, Al Waleed bin Talal (Foto: LinkedIn)

Jakarta - Pangeran Arab Saudi Alwaleed bin Talal  yang menjadi salah satu pemegang saham terbesar di Twitter menolak tawaran Elon Musk untuk mengakuisisi Twitter.

Seperti diketahui CEO SpaceX dan Tesla mengajukan penawaran untuk membeli Twitter senilai US$41 miliar atau senilai Rp 588 triliun. Dia bersedia membayar US$54,20 per saham atau Rp 778 ribu.

Dalam sebuah tweetnya, Pangeran Alwaleed berkata, "Saya tidak percaya bahwa tawaran yang diajukan oleh @elon musk ($54,20) mendekati nilai intrinsik @Twitter mengingat prospek pertumbuhannya."

“Menjadi salah satu pemegang saham Twitter terbesar dan jangka panjang, @Kingdom_KHC dan saya menolak tawaran ini,” tambahnya.

Tak lama setelah itu, Musk me-retweet tweet tersebut dengan dua pertanyaan. "Menarik. Hanya dua pertanyaan, jika boleh. Berapa banyak Twitter yang dimiliki Kerajaan, secara langsung atau tidak langsung? Apa pandangan Kerajaan tentang kebebasan berbicara jurnalistik?,” cuit Musk.

Arab Saudi kerap mengawasi dan menangkap wartawan. Mengacu pada laporan Reporters Without Borders, Arab Saudi menjadi salah satu negara terburuk di dunia untuk kebebasan pers.

Salah satu contohnya adalah kasus adalah pembunuhan jurnalis Washington Post, Jamal Khashoggi, yang menurut intelijen AS disetujui oleh Putra Mahkota Arab Saudi, Muhammad bin Salman.

Musk sendiri, sebelum membeli saham Twitter, sering menargetkan platform microblogging untuk kebebasan berbicara. Dia bahkan mengeluarkan tweet yang menanyakan pengguna apakah mereka percaya Twitter menganut prinsip kebebasan berbicara.

Musk dalam konferensi TEDx mengatakan, "Risiko peradaban berkurang semakin kita dapat meningkatkan kepercayaan Twitter sebagai platform publik."

Dia juga menegaskan bahwa dirinya tidak mencoba untuk memonopoli sahamnya di Twitter.

"Tujuannya adalah untuk mempertahankan pemegang saham sebanyak yang diizinkan oleh undang-undang," katanya. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait