URguide

Pensiun Dini, Tak Semata Berhenti Kerja

Ika Virginaputri, Sabtu, 14 Mei 2022 23.31 | Waktu baca 7 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pensiun Dini, Tak Semata Berhenti Kerja
Image: istimewa

Kata 'pensiun' selama ini identik dengan berhenti bekerja untuk beristirahat di usia lanjut. Sebuah istilah yang sekarang maknanya mulai bergeser nih, Guys, ke arah kebebasan finansial demi menikmati hidup. Berkat generasi internet, masa pensiun nggak lagi lekat dengan image post power syndrome karena produktivitas mulai menurun. Milenial dan Gen Z justru malah pingin buru-buru pensiun alias pensiun dini. Kenapa, ya?

Gerakan FIRE

Wacana pensiun muda di kalangan milenial dan Gen Z mulai ramai diomongin sejak meluasnya gerakan FIRE di tahun 2010, Guys. Buat kamu yang belum akrab dengan istilah ini, FIRE adalah singkatan dari Financial Independent, Retired Early, yang diartikan kebebasan finansial untuk pensiun dini.

Gerakan FIRE ini melahirkan banyak komunitas yang mempopulerkan gaya hidup ekonomis kayak minimalisme dan frugal living. Mereka bikin konten-konten di media sosial seperti blog, podcast dan video-video di YouTube. Inti gerakan FIRE ini yaitu hidup hemat, irit, menambah penghasilan dan meminimalisir pengeluaran. Tujuannya cuma satu, biar bisa memperbanyak porsi tabungan yang akan menjamin kesejahteraannya di masa tua.

Mengutip laman Forbes, tujuan utama FIRE sebenarnya bukan pensiun muda yang terdapat di akhir singkatan. Namun, lebih ke merdeka finansial yang ada di awalnya. Hal ini nggak lain disebabkan oleh banyaknya orang di dunia ini yang menggantungkan hidup hanya dari gaji saja, Guys. Tanpa tabungan, tanpa dana darurat, apalagi simpanan aset berupa investasi atau barang berharga yang bisa diuangkan. Dengan kata lain, 'living paycheck to paycheck'.

Dengan kondisi ini, mau nggak mau, mereka harus kerja keras sampai tua demi bertahan hidup. Bahkan melakukan dua atau tiga pekerjaan sekaligus tiap harinya. Padahal semakin umur bertambah, ketahanan dan kemampuan kita untuk bekerja bakal semakin terbatas, kan?

Kebiasaan inilah yang ingin diubah oleh penggiat FIRE. Mereka nggak masalah 'bersakit-sakit' dahulu saat masih muda, asal bisa bersenang-senang kemudian di masa pensiun. Selain itu, semakin cepat kita dalam kondisi merdeka finansial, semakin cepat juga kita bisa memutuskan berhenti bekerja, menikmati hidup dan bebas melakukan apapun yang kita sukai.

Masih melansir Forbes, cerita Jackie Cummings Koski mungkin bisa jadi gambaran sekilas tentang konsep FIRE. Jackie yang tumbuh dari keluarga miskin di South Carolina, Amerika Serikat, awalnya menargetkan pensiun di umur 55 tahun, 10 tahun lebih cepat dibanding usia pensiun di Amerika Serikat yang umumnya sekitar 65 tahun. Tekun menabung sejak bercerai di tahun 2004 dan berinvestasi sejak 2008, Ibu satu anak ini berhasil meraih kebebasan finansial di umur 46 tahun. Namun Jackie memutuskan tetap bekerja dan baru pensiun tiga tahun setelahnya di tahun 2019 dengan mengumpulkan USD 1,3 juta atau sekitar Rp 19 miliar sebagai dana pensiunnya.

"Bisa memilih berhenti bekerja kapan saja saya mau terdengar sangat membebaskan," ujar Jackie yang dulu berprofesi sebagai sales manager.

1652546831-Jackie-Koski.jpgSumber: Jackie Cummings Koski sering berbagi tips keuangan setelah sukses pensiun dini (Foto: Marketwatch)

Spend Less, Invest Early

Gema dari gerakan FIRE ini tersebar luas hingga berskala global. Penggiatnya juga terdiri dari latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari asal negara, usia, hingga profesi. Inklusif banget, Guys. Nggak ada sosok atau nama tertentu yang menonjol sebagai penggagas atau pemimpin.

Di Indonesia sendiri, salah satu yang terinspirasi dari FIRE ini adalah Rahardian Herdanto yang biasa dipanggil Ian. Mengenal FIRE sejak 2018, Ian langsung menerapkan gaya hidup minimalis demi meraih kebebasan finansial supaya bisa pensiun muda. Nggak hanya mulai sibuk mencari penghasilan tambahan dan cermat membatasi pengeluaran, Ian yang mengaku sebagai finance geek ini juga rajin berinvestasi.

Setelah hampir 4 tahun mengelola keuangan dengan prinsip spend less-invest early, pria 26 tahun ini sudah memiliki passive income dari hasil investasi untuk membiayai hidupnya sehari-hari, Guys. Jadi uang gaji hasil Ian bekerja, bisa difokuskan untuk mengumpulkan Rp 800 juta yang jadi target merdeka finansialnya. Sama seperti penggiat FIRE pada umumnya, Ian mengejar kebebasan finansial supaya punya kebebasan memilih.

"Sebetulnya itikad awalnya itu lebih karena pengen memiliki choice yang bebas. Karena terkadang kan, kita melakukan suatu pekerjaan atau suatu hal tuh karena faktor ekonomi gitu," jawab Ian saat Urbanasia menanyakan tentang niatnya pensiun muda.

"Misalnya kayak karena punya bisnis untuk kerja dan hidup gitu, kan? Misalnya mimpinya cuma jalan-jalan atau cuma sebenarnya pengen di rumah doang untuk bikin art. Jadi sebenernya tujuan utamanya adalah untuk memiliki choices yang bebas untuk bisa ngelakuin apa yang aku suka," lanjutnya.

Ian berharap saat Rp 800 juta yang ia targetkan nanti berhasil terkumpul, ia bisa berhenti bekerja untuk menekuni minatnya menjadi gamer dan content creator. Urbanreaders mungkin bertanya-tanya, dari mana Ian menentukan nominal Rp 800 juta itu? Di kanal Youtube-nya Ian menjelaskan angka itu merupakan total pengeluarannya selama setahun, dibagi 10% bunga investasi pertahun alias Annual Percentage Yield (APY) dan dibagi 4% inflasi. Dengan pengeluaran Ian yang Rp 4 juta perbulan, dan jenis investasi yang Ian pilih memberikan 10% bunga pertahunnya, kira-kira begini hasilnya, Guys:

Rp 4 juta x 12 bulan

-----------------------  =  Rp 800 juta

10% APY - 4% inflasi

Target itu baru hitung-hitungan awal, Guys, yang menurut Ian pasti bakal nambah saat nanti dia berumah tangga dan punya anak.

"Kalo untuk berkeluarga sebenernya jadi akan nambah aja sih. Nah, aku secara pribadi udah tahu kalo punya anak sekolahnya di mana aja, dari TK sampai kuliah," Ian menjelaskan. "Berarti itu udah jadi goal aku nanti yang selanjutnya harus dikejar tanpa lupa si 800 juta aku. Nanti uangnya bakal aku bagi-bagi sesuai presentase. Misalnya ada uang 10 juta. Berarti aku nanti itungannya 40% untuk tabungan sendiri, 20% buat anak, 20%-nya buat rumah misalnya, 30%-nya atau berapa persennya buat kebutuhan apa," tutur pemilik bisnis kontraktor ini.

1652546933-ian-herdanto.jpgSumber: Saat dana pensiunnya terkumpul nanti, ian berharap bisa menekuni minatnya menjadi gamer dan content creator (Foto: dok pribadi)

Konsisten Berinvestasi

Buat Ian, pengelolaan keuangan bukan tentang nominal penghasilan kita, tapi lebih ke seberapa besar uang yang bisa kita simpan. Untuk itu, Ian menyarankan supaya kita nggak takut berinvestasi. Jangan dulu fokus sama jumlah uangnya atau penghasilan yang dijanjikan sebuah platform investasi. Buat pemula, nilai investasi kecil pun kalau konsisten bisa jadi langkah awal menuju investasi besar.

"Nggak perlu takut untuk investasi. Mulai dari kecil dulu, mulai dari 50 ribu dulu," kata Ian. "Di zaman sekarang opsi udah sangat banyak dan sangat mudah. Banyak banget aplikasi yang gampang kita masukin. Bisa dimulai dari reksadana dulu sembari belajar yang lain. Ngerasain dulu aja seribu-nya ngehasilin 100 perak. Nanti kan bakal mikir kalo seribu (menghasilkan) 100 perak, berarti 10 ribu menghasilkan seribu rupiah. Berarti nanti skalanya makin tinggi, makin tinggi," Ian menjelaskan.

Perlu diingat, investasi bukan sesuatu yang instan ya, Guys? Apalagi, menurut Ian, ilmunya nggak diajarin di sekolah. Jadi kuncinya memang harus berani ambil risiko. Diakui Ian, mencari investasi yang terpercaya memang sebuah tantangan tersendiri. Buat yang lebih memilih aman, Ian berpendapat nggak apa-apa juga kalau memilih deposito bank meski dengan bunga yang kecil. Artinya, target pensiun muda juga bakal makin lama tercapai.

"Kalo nggak berani ngambil risiko, ya taruh (uang) di deposito aja, meski nanti return-nya nggak seberapa," Ian bilang. "Misalnya target (pensiun muda) 5 tahun, jadi 2 kali lipat kan, jadi 10 tahun? Ya nggak apa-apa juga kalo memang financial plan-nya adalah emang pengen kerja sampe tua," sambungnya.

Tambah Ilmu, Kurangi Konsumsi

Berdasarkan penjelasan Ian, pensiun muda memang butuh dana yang cukup besar dan rencana keuangan yang super matang ya, Guys? Jadi kita juga harus paham pengelolaan keuangan yang sehat. Makanya selain cari-cari penghasilan tambahan dan peluang investasi yang cuan, Ian juga cari tambahan ilmu dari kursus-kursus online. Sebagai pengusaha dan investor, Ian paling sering ikut kursus seputar ekonomi dan marketing.

"Kemarin aku ambil course digital marketing karena aku bisnis baru dan digital marketingnya harus bagus," ujar Ian memberi contoh. "Aku juga belajar banyak tentang konstruksi karena background aku kan marketing tapi pekerjaan aku di sipil, bangun rumah, kontraktor. Dari situ kan aku belajar kayak Autocad, aku belajar cara desain interior juga. Sekarang akhirnya udah bisa sketch up, udah bisa ngedesain sendiri," lanjutnya. 

Investasi untuk diri sendiri ini menurut Ian nggak kalah penting untuk jadi modal pensiun muda, Guys. Namun sayangnya sering terlupakan karena orang lebih fokus ke sisi keuangan. Ian beranggapan, pensiun muda bisa cepat diraih jika kita fokus ke hal-hal yang punya nilai tambah yang bisa dijadikan aset. Selain memperbanyak ilmu buat meningkatkan skill, Ian juga mengurangi pembelian barang-barang yang sifatnya konsumtif.

"Kalo kita punya uang, jangan terlalu fokus sama hal-hal yang nggak kasih kita uang," pesan Ian. "Fokus sama apapun yang penting itu aset. Mau emas, mau perak, yang penting secara value nanti makin gede di kemudian hari. Coba kurangi prioritasnya untuk beli HP baru, mobil lebih bagus, motor lebih bagus, atau hal-hal yang nggak penting dan coba belajar untuk minjem uang nggak untuk hal konsumsi, tapi untuk aset. Ya seenggaknya nabung deh, kalo nggak investasi," pungkas Ian menutup obrolan. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait