URedu

Pertama di Indonesia, Professor Ilmu Aljabar Max Plus dari ITS Surabaya

Nunung Nasikhah, Selasa, 10 Desember 2019 20.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pertama di Indonesia, Professor Ilmu Aljabar Max Plus dari ITS Surabaya
Image: Diskominfo Jatim

Surabaya - Aplikasi bidang ilmu Aljabar Max Plus yang diusung oleh Prof. Dr. Subiono, MSc., dosen Departemen Matematika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menghantarkannya menjadi guru besar bidang Aljabar Max Plus pertama di Indonesia.

Subiono dikukuhkan menjadi Guru Besar ke-121 ITS, besok (11/12) di Gedung Research Center ITS dengan mengusung topik pemodelan Aljabar Max Plus.

Subiono mampu menyelesaikan persoalan mengenai ketidakteraturan sistem transportasi yang seringkali dikeluhkan oleh penggunanya.

Aljabar Max Plus sendiri merupakan pengembangan dari bidang ilmu Aljabar yang berkaitan dengan Sistem Dinamik Event Diskrit (SKED).

Baca Juga: Wow, ITS Akan Punya Pusat Belajar dan Laboratorium Artificial Intelligence

Sistem tersebut banyak muncul dalam dunia industri untuk menganalisa dan mengontrol sistem-sistem kompleks, seperti halnya dalam sistem kontrol trafik ataupun sistem logistik.

Penelitian mengenai aplikasi Aljabar Max Plus ini dimulai oleh alumni S1 Matematika ITS tersebut sejak menempuh pendidikan doktoralnya. Ia mengampu tugas membuat model Aljabar Max Plus untuk sistem dari semua jenis kereta api yang beroperasi di Belanda.

“Hasilnya adalah mengenai jadwal yang regular dan stabil terhadap keterlambatan kereta yang ditentukan oleh lintasan kritis,” jelas doktor alumni Delft University of Netherlands ini.

Subiono menjelaskan, lintasan kritis tersebut adalah waktu tempuh perjalanan yang paling lama dari sebuah sistem transportasi, sehingga disebut sebagai lintasan maksimum.

Sebaliknya, waktu tempuh perjalanan yang paling cepat dalam sistem transportasi yaitu lintasan minimum juga menjadi aspek yang diperhatikan.

“Kedua lintasan tersebut penting untuk menata ulang penempatan kendaraan yang beroperasi tanpa harus menambah kuantitasnya,” terangnya dikutip dari Diskominfo Jatim.

Baca Juga: ITS Bikin Sepeda Khusus untuk Terapi Pasien Pascastroke

Selain itu, mengacu pada sistem kompleks dalam sistem kontrol trafik, aplikasi Aljabar Max Plus juga dapat digunakan dalam sistem pengaturan lalu lintas bandara dan penentuan kapasitas landasan pacu.

Dari simulasi perhitungan Aljabar Max Plus, dapat diperoleh waktu yang diperlukan tiap pesawat untuk bergerak dalam masing-masing posisinya di landasan pacu.

Simulasi model Aljabar Max Plus juga bisa digunakan dalam penentuan waktu tempuh aliran distribusi bahan bakar minyak.

Karena butuh waktu yang efisien agar tidak terjadi keterlambatan pengiriman logistik bahan bakar minyak yang dapat menimbulkan terjadinya kelangkaan.

“Sistem ini telah diterapkan pada pendistribusian yang dilakukan oleh PT. Pertamina daerah Jawa Timur sampai dengan Bali,” ungkapnya.

Baca Juga: Uniknya 'Hope', Game Casual Arcade Karya Mahasiswa ITS

Di samping itu, dengan menggunakan Aljabar Max Plus sebagai alat pemodelannya, menurut Subiono, sistem perkeretaapian di Indonesia sebenarnya masih dapat dioptimalkan menggunakan jalur kereta api single track.

Yakni dengan menambahkan persimpangan di tengah-tengah jalurnya yang dapat disebut dengan jalur kereta api semi-double track (SDT).

Penelitian terkait dengan SDT telah dilakukan pada jalur kereta api Waru-Sidoarjo. Dengan menganalisis sifat keperiodikan sistem berdasarkan hasil simulasi model Aljabar Max Plus, diperlukan waktu 32 menit bagi kereta api untuk berjalan pada siklus berikutnya dari keberangkatan sebelumnya yang berjalan searah dari masing-masing stasiun.

Selain itu, dari perhitungan tersebut, juga dapat diketahui bahwa 17 kereta api berjalan dari Waru menuju Sidoarjo dan 17 kereta api berjalan pada arah sebaliknya. Sehingga, pertemuan kereta api yang berjalan berlawanan arah selalu berada di stasiun.(*)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait