URnews

Pilah-pilih Investasi Buat Bekal Pensiun Dini

Ika Virginaputri, Sabtu, 14 Mei 2022 22.47 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Pilah-pilih Investasi Buat Bekal Pensiun Dini
Image: ilustrasi investasi (Foto: Freepik)

Ngomongin perencanaan pensiun dini, semua pakar keuangan bakal mewajibkan investasi sebagai salah satu cara memaksimalkan pendapatan. Dengan berkembangnya teknologi digital sekarang ini, gampang banget memantau uang kita yang diputar di aplikasi investasi. Pilihannya pun semakin banyak, mulai dari yang risiko rendah sampai yang berisiko tinggi. Yuk cari tahu soal investasi untuk mengumpulkan dana pensiun!

Berhenti kerja di umur berapa pun, idealnya kita bisa menikmati masa pensiun dalam kondisi keuangan yang stabil ya, Guys. Apalagi pensiun muda. Persiapannya butuh waktu yang panjang karena artinya waktu pensiun kita lebih lama dan dana yang dibutuhkan lebih banyak. Untuk itu, mumpung kita masih produktif berpenghasilan, penting banget buat tahu pengelolaan keuangan dengan tepat.

Hal itu diungkapkan oleh Content Marketing Specialist tanamduit, Syarifa Maulida. Menurut Syafira, sebelum berinvestasi untuk dana pensiun, kita juga harus punya budget khusus untuk dana darurat.

"Setelah kebutuhan dana darurat terpenuhi, barulah strategi investasi bisa difokuskan untuk kebutuhan dana pensiun," Syafira menjelaskan kepada Urbanasia. "Artinya, porsi investasi untuk dana pensiun bisa lebih diprioritaskan. Lebih banyak jumlah investasinya dibandingkan tujuan investasi lain. Meskipun begitu, kamu juga tetap bisa punya tujuan keuangan lainnya kok," Syafira menambahkan.

1652542384-Syarifa-Maulida.jpgSumber: Syafira Maulida, Content Marketing Specialist tanamduit (Foto: dok pribadi)

Prinsip 'High Risk, High Return'

Bicara tentang porsi dana, bagaimana kita seharusnya membagi penghasilan kita untuk pos-pos keuangan? Syafira menyarankan alokasi gaji 40-30-20-10. Mungkin banyak dari Urbanreaders yang udah familiar dengan pembagian porsi berikut ini:

- 40% untuk kebutuhan pokok

- 30% untuk bayar utang dan cicilan (jika ada)

- 20% untuk investasi

- 10% untuk sedekah dan self-reward

Nah, dari porsi 20% penghasilan tersebut, baru dipilih deh jenis investasi yang cocok sesuai kebutuhan. Namun, Syafira mengingatkan, prinsip investasi adalah high risk, high return. Semakin tinggi imbal hasil yang didapat, semakin tinggi juga risiko naik turunnya nilai aset investasi tersebut. Kalau memang ingin konsisten berinvestasi untuk mengumpulkan dana pensiun, Syafira berpendapat investasi jangka panjang bisa jadi pilihan tepat.

"Bagi orang yang punya rencana pensiun muda dan sudah ingin mempersiapkannya sejak usia muda, kamu bisa mempersiapkannya dengan berinvestasi pada produk jangka panjang yang menawarkan imbal hasil yang tinggi dalam jangka panjang seperti reksa dana saham, emas, saham, cryptocurrency, properti, dan sebagainya," kata Syafira.

"Khusus saham dan crypto, pastikan kamu punya kemampuan analisis yang mumpuni, ya. Kalau kamu masih pemula dan tidak punya waktu untuk menganalisis lebih detail, kamu bisa memilih produk reksa dana saham, karena pada prinsipnya reksa dana dikelola langsung oleh ahli yang berlisensi Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Jadi, manajer investasi akan memilih saham-saham terbaik untuk menyokong pertumbuhan harga dari suatu produk reksa dana saham," lanjutnya.

Buat Urbanreaders yang masih pemula dan masih takut dengan risiko investasi, bisa mulai belajar investasi melalui produk rendah risiko, seperti reksa dana pasar uang dan reksa dana pendapatan tetap. Investasi pada produk reksa dana dan emas cocok untuk pemula dengan penghasilan rendah sekalipun, karena dapat dibeli mulai dari Rp 10 ribu.

Selain tujuan berinvestasi, jangka waktu tentu juga berpengaruh ya, Guys, dalam menentukan jenis investasi. Banyak yang beranggapan bahwa investasi hanya bisa dilakukan oleh orang-orang berpenghasilan tinggi. Nah, ini salah banget, Guys. Seperti yang dijelaskan Syafira, berapapun penghasilan kita, bisa kok berinvestasi selama gaji dialokasikan dengan porsi yang pas.

Salah kaprah lainnya adalah memilih jenis investasi dengan bunga tinggi supaya cuan terus. Padahal sebenarnya ada yang lebih penting diperhatikan, yaitu kesiapan kita akan risiko investasi. Seperti yang dikatakan Doddy Prayogo, seorang dosen yang sering membagikan konten investasi di kanal YouTube-nya.

Investasi Sesuai Tujuan

Senada dengan Syafira, Doddy juga menilai semua jenis investasi yang berlisensi OJK bisa kita pilih untuk mengumpulkan dana pensiun yang butuh persiapan panjang. Namun, kita juga harus paham risikonya.

"Untuk menentukan jenis investasi apa yang sesuai dengan tujuan sebenarnya ada 2 hal. Yang pertama, durasi kita mau tariknya kapan. Yang kedua, kalau kita mau investasi sebenarnya yang dilihat pertama itu bukan untungnya. Tapi seberapa kuat kita bisa menerima risiko terburuk ketika kita berinvestasi di situ," ujar Doddy saat Urbanasia hubungi lewat sambungan telepon.

“Untuk dana pensiun, karena asumsinya kita kumpulkan sedari muda, otomatis durasinya sangat panjang. Jadi semua instrumen investasi yang legal, yang diregulasi OJK, itu bisa kita pakai semua. Nah untuk toleransi risiko biasanya saya melihat dari penurunan paling dalam yang bisa terjadi dalam satuan waktu. Misalnya kita punya 100 juta, masih kuat nggak lihat penurunan 10 juta? Bisa tidur nyenyak nggak, misalnya dari 100 juta turun jadi 90 juta? Itu yang biasanya saya jadikan patokan ketika mau menentukan investasi. Seberapa paham kita menerima risiko yang muncul," sambung pria yang mulai aktif berinvestasi sejak tahun 2013 tersebut.

1652542757-doddyprayogo.jpgSumber: Doddy Prayogo adalah dosen teknik sipil yang sering membagikan konten-konten keuangan di kanal Youtube-nya (Foto: dok pribadi)

Balik lagi ke prinsip high risk, high return. Menurut Doddy, kalau kita siap menerima risiko penurunan yang dalam, kita bisa berinvestasi di saham atau reksadana saham. Kalau masih bisa santai menerima risiko menengah, ada obligasi dan reksadana pendapatan tetap. Sebaliknya, kalau kita tipe orang yang langsung keringat dingin ngomongin risiko, menurut Doddy pilihlah deposito atau reksadana pasar uang.

"Patokannya kalau kuat menahan penurunan sampai 40%, cocok untuk investasi saham atau reksadana saham," ungkap Doddy mengusulkan. "Kalau seandainya hanya kuat menahan penurunan 5-10% aja, itu bisa diperbanyak ke obligasi atau reksadana pendapatan tetap. Nah, kalo sama sekali tidak mau melihat penurunan atau penurunannya minimal kurang dari 1%, lebih cocok ke deposito atau reksadana pasar uang yang kemungkinan turunnya kecil," imbuh dosen teknik sipil di Universitas Kristen Petra, Surabaya ini.

Dengan menjelaskan spesifik soal pemilihan investasi itu, Doddy juga sekaligus meluruskan anggapan bahwa pemilihan investasi dipengaruhi oleh penghasilan kita. Ternyata nggak kayak begitu, Guys.

"Untuk pemilihan instrumen investasi, nggak ada kaitannya dengan nominal kita nabung. Karena sekarang pembelian minimum investasi itu sangat rendah sekali. Bahkan dengan 100 ribu pun sudah bisa mulai investasi," kata Doddy. "Permasalahannya adalah apakah benar kebutuhanya memang dana pensiun? Yang gajinya UMR apakah benar mau langsung nabung dana pensiun? Apakah tidak ada lagi kebutuhan jangka pendek yang harus dipenuhi? Nah, biasanya itu pertanyaan untuk yang fresh graduate atau yang baru bekerja atau bergaji UMR yang ada keterbatasan memenuhi kebutuhan jangka pendek aja masih kejar-kejaran," lanjut pria kelahiran 1987 ini.

Doddy nggak menyangkal memang masih ada stigma bahwa gaji kecil hanya cocok untuk jenis investasi minim risiko. Namun, jika dengan gaji kecil tapi keuangan pribadi sudah stabil karena pengelolaan keuangan yang sehat, maka Doddy menilai nggak masalah untuk berinvestasi dengan risiko tinggi.

"Jadi pada intinya, untuk yang bergaji rendah pun, selama memang kebutuhan jangka pendek sudah terpenuhi, nggak ada masalah untuk investasi di reksadana saham. Kenapa yang gajinya UMR stigmanya jangan invest dulu di saham, karena ya itu tadi, kebutuhan jangka pendeknya aja masih kejar-kejaran. Kalo kita paksakan investasi di reksadana saham, bisa jadi jika ada kebutuhan yang mendadak atau ada kebutuhan jangka pendek yang belum kita selesaikan, bisa jadi investasi sahamnya harus dicairkan dalam kondisi rugi karena baru investasi setahun misalnya," paparnya.

Nah, mencermati penjelasan dari Syafira dan Doddy, kamu bisa lebih mantap memilih jenis investasi yang paling cocok. Berapapun penghasilan kamu, ada beragam opsi investasi dengan bermacam durasi dan risiko. Tinggal sesuaikan dengan tujuan keuangan kamu. Mau mengumpulkan dana pensiun juga? Yuk, mulai dari sekarang!

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait