Beautydoozy

Produk Waterless, Inovasi atau Trik Marketing?

Ika Virginaputri, Senin, 30 Mei 2022 18.24 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Produk Waterless, Inovasi atau Trik Marketing?
Image: Produk Waterless, Inovasi atau Trik Marketing? (ilustrasi: Freepik/PressFoto)

Perkembangan industri kecantikan yang luar biasa pesat, terus melahirkan banyak inovasi. Salah satunya adalah waterless beauty ini, Guys.

Dengan semangat pelestarian sumber daya alam dan meningkatkan kualitas produk, muncullah ide untuk mengurangi kandungan air dalam berbagai produk kecantikan seperti skincare atau makeup. Dengan banyaknya brand perawatan dan kecantikan, bayangkan berapa galon yang bisa dihemat untuk mengatasi krisis air. Selain itu, bahan aktif yang lebih dominan karena berkurangnya air dalam produk juga bisa bikin konsumen lebih cepat merasakan hasil yang diinginkan.

Kelebihan produk minim air di industri kecantikan nggak berhenti sampai di situ, Guys. Buat Urbanreaders yang sering bepergian dengan pesawat terbang, pasti paham dengan pelarangan membawa wadah berisi cairan dalam jumlah tertentu. Kan sebel ya, kalau harus merelakan serum atau facial foam kesayangan gara-gara aturan itu? Nah, itulah kenapa di luar negeri produk waterless berbentuk balm dan bubuk mulai diminati. Produsen juga mengganti air dengan bahan aktif lain yang non-toxic dan lebih alami seperti ekstrak tanaman atau buah.

Bikin cantik sambil menyelamatkan planet bumi? Kedengarannya too good to be true banget ya, Guys? Benar nggak sih, sebagus itu?

Formulasi Produk

Menurut dokter estetika sekaligus beauty creator Jennie Novita, penggunaan formula waterless memang punya beberapa keuntungan. Salah satunya bikin produk lebih tahan lama dan membuat bahan aktif lebih stabil.

“Biasanya penggunaan waterless formulation ada pada tekstur yang berat seperti balm dan ointment yang cocok untuk kulit kering,” kata Jennie kepada Urbanasia.

"Waterless formulation juga dapat lebih berguna pada kosmetik yang menggunakan bahan aktif tidak stabil seperti vitamin C. Dengan meminimalisir penggunaan air, umur simpan produk bisa lebih tahan lama dan penggunaan pengawet dapat berkurang,” tambah pemilik brand skincare Noolab ini.

1653907367-Jennie.jpgSumber: Menurut Jennie Novita, belum tentu juga produk waterless lebih bagus dan lebih ramah lingkungan daripada produk water-based (Foto: dok pribadi)

Meski punya sederet kelebihan, Jennie menegaskan bahwa nggak berarti bahwa produk waterless lebih bagus dan produk berbahan air kurang bagus. Menurut Jennie, untuk menilai efektif nggaknya sebuah produk, nggak cukup hanya dari kandungan airnya saja.

“Konsumen mulai lebih sering menilai produk dari ingredients list dan menjadi ‘detektif’ sendiri, padahal tidak semudah itu," kata Jennie. "Formula yang baik tidak dapat hanya dilihat dari ingredients list saja. Jangan generalisasi bahwa produk yang mengandung 60-80% air itu lebih jelek dibanding produk yang waterless," imbuhnya.

Dengan kata lain, Jennie menilai waterless beauty nggak bisa digeneralisasi lebih efektif karena air juga diperlukan untuk membuat tekstur ringan. Dengan begitu, bahan aktif kayak niacinamide, glycerin, hyaluronic acid, bisa larut dan bekerja dengan baik. Jennie berpendapat, untuk menilai mana yang lebih efektif, kita harus melihat formulasi produknya secara keseluruhan.

Less Waste, Buy less, Recycle

Tak hanya soal formulasi produknya, buat Jennie, kalau mau ngomongin ramah lingkungan, nggak cuma berhenti di produk yang waterless aja. Namun, perempuan yang suka berbagi tips perawatan kecantikan lewat media sosial ini bilang, konsumen juga perlu mempertimbangkan less waste, buy less, use less, dan recycle.

“Untuk menyatakan waterless beauty lebih ramah lingkungan juga sepertinya terlalu oversimplifying," Jennie beropini. "Karena dengan membuat produk waterless, kita mungkin menyebabkan masalah lain kayak deforestation dan overcultivation. Kunci untuk ramah lingkungan dan lebih sustainable adalah less waste dengan buy less, use less and recycle,” lanjut Jennie.

Dari sisi formulasi dan keberlanjutan itu, Jennie juga menyebut adanya misinformasi tentang waterless beauty karena produsen nggak memberikan latar belakang produk secara utuh. Di tengah persaingan industri yang ketat, banyak brand memanfaatkan tren ini supaya nggak kehilangan konsumen.

“Tren waterless ini menurutku masih belum begitu banyak orang yang tahu, tapi sudah mulai naik daun. Perkembangan beauty industry yang sangat cepat membuat konsumen secara aktif mencari kosmetik yang ramah lingkungan, lebih efektif dan transparan. Banyak brand yang mulai memanfaatkan trend waterless beauty untuk mencari sensasi baru agar tetap relevan dan memenuhi keinginan konsumen. Namun dengan berkembangnya tren ini, banyak misfinformasi yang dapat terjadi karena pembawaan marketing yang kurang tepat," katanya.

Nah, dari informasi yang dibagikan Jennie, tentunya Urbanreaders bisa jadi konsumen yang lebih teliti buat menilai baik nggaknya sebuah produk. Mulai dari formulanya, cara marketing, hingga dampak proses produksinya. So, cantikmu juga indahnya bumi.
 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait