URguide

Rental Pacar: Antara Sandiwara dan Realita

Ika Virginaputri, Sabtu, 23 Juli 2022 21.34 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Rental Pacar: Antara Sandiwara dan Realita
Image: ilustrasi kencan pasangan muda yang pacaran (Foto: iStockPhoto)

Berbeda halnya dengan jasa prostitusi, layanan pacar sewaan umumnya nggak melibatkan unsur seksual. Para penyedia bisnis ini menerapkan aturan ketat yang harus dipatuhi si pelanggan, Guys. Demi menghindari aktivitas seks, biasanya para pacar sewaan hanya mau menemui klien di tempat umum. Sentuhan fisik jadi nggak lebih dari sekadar berpegangan tangan, senderan di bahu si penyedia jasa, atau foto bareng. Meski begitu, tetap saja hal ini bukan sesuatu yang dianggap normal oleh masyarakat kita.

Dari kacamata psikologi, Jennyfer, M.Psi menjelaskan fenomena jasa rental pacar ini sebenarnya sah-sah aja, Guys. Membayar seseorang untuk menemani kita hang out atau sekadar curhat seperti layaknya sama pacar beneran, bukanlah sebuah gangguan.

Menurut Jennyfer, anggapan 'nggak normal' lebih karena layanan ini belum banyak dikenal di Indonesia, tidak seperti di negara lain.

“Di beberapa negara, jasa ini sudah tergolong umum. Misalnya di Jepang. Kita bisa menyewa pacar bayaran, bahkan keluarga bayaran juga ada. Tapi bisa saja di negara sana, masyarakat menganggap itu hal yang umum dan normal karena orang yang tinggal sendiri cukup banyak dan ingin merasakan kehangatan yang di-provide oleh penyedia jasa," ucap psikolog klinis berusia 28 tahun ini.

Ikatan Emosional

Jennyfer memaklumi bahwa beberapa orang memang lebih nyaman untuk bercerita kepada orang asing, ketimbang sama keluarga atau teman terdekat. Namun berkomunikasi dengan orang yang tak dikenal, juga bisa berdampak pada kondisi mental dan perasaan seseorang.

Dari interaksi yang dibangun, mungkin saja muncul ikatan emosional yang kemudian berubah jadi sebuah harapan nggak realistis. Nah, ini bakal jadi masalah, Guys. Misalnya, menggunakan jasa pacar sewaan untuk mengisi kekosongan hati, rentan bikin salah satu atau keduanya terjebak dalam hubungan semu.

1658586460-Jennyfer.jpgSumber: Sewa pacar memang sah-sah aja ya, Guys. Namun Jennyfer mengingatkan kita untuk tetap hati-hati dan teliti dalam memilih layanan rental ini (Foto: dok pribadi)

“Ingat, kekosongan hati perlu orang yang tepat untuk mengisi. Bukan diisi sama seseorang yang memang bisa dibayar, karena motif udah berbeda,” Jennyfer mewanti-wanti.

“Dia motifnya untuk mencari nafkah, sedangkan pengguna jasa untuk mengisi kekosongan hati. Jadinya tidak sinkron. Dan belum tentu itu adalah sifat asli dari si penyedia jasa. Itu hanya sandiwara saja dan memang tugasnya dia. Karena emotional attachment itu bisa terbentuk dari komunikasi, jangan sampai kita jadi attach sama orang yang tidak tepat,” sambung cewek lulusan Universitas Bina Nusantara ini. 

Ekspektasi Berlebih

Jennyfer menjelaskan bahwa harapan nggak realistis bisa berasal dari perlakuan pacar sewaan yang super sweet. Pada akhirnya, ada potensi konsumen bakal berekspektasi lebih terhadap pasangan dia nanti. Berharap dia diperlakukan sama manisnya seperti yang dilakukan si pacar sewaan. Padahal, nggak selalu seperti itu kenyataannya, kan?

“Yang dikhawatirkan adalah kekecewaan yang dirasakan jika tidak memenuhi ekspektasi dan tidak siap buat menghadapi masalah yang memang harus dihadapi dalam hubungan. Bagaimanapun, hubungan perlu dibangun oleh kedua belah pihak. Di tambah lagi, hati tetap akan merasa kesepian dan kosong jika memang motifnya adalah mengisi kekosongan hati,” tukas peraih gelar magister psikologi dari Universitas Tarumanegara ini.

Dengan kata lain, buat kamu yang berniat mencoba jasa rental pacar ini, pastikan bahwa kamu bisa menjaga perasaan, biar nggak baper dan berujung pada kekecewaan.

Obsesi dan Delusi

Selain baper, menurut Jennyfer, masalah lain yang juga bisa muncul akibat tidak memberi batasan yang tegas adalah obsesi terhadap si pacar sewaan. Kondisi ini sudah masuk dalam kategorinya berbahaya, karena bisa menyebabkan munculnya delusi.

“Jika memang kita tahu boundaries, harusnya tidak masalah. Kalau motifnya untuk mencari pasangan, kurasa ini bukan tempatnya, ya?” ujar Jennyfer.

“Efek negatif adalah ketika kita tenggelam dalam sandiwara yang sementara dan melepaskan diri kita dari realita dan fakta sebenarnya. Takutnya malah jadi delusi dan berpikir bahwa semua yang dijalankan bersama dengan si penyedia jasa adalah nyata. Ini akan memunculkan kekecewaan yang sangat besar. Jika tidak ditangani, takutnya malah mengacu ke arah obsesi terhadap si penyedia jasa,” lanjut Jennyfer.

So, selama motifnya hanya untuk teman ngobrol dan senang-senang sebentar, menyewa jasa pacar bo’ongan sih nggak masalah. Asalkan, kita tahu batasnya, supaya nggak baper dan terhindar dari rasa kecewa.

Perlu diingat bahwa bagaimanapun, menurut Jennyfer, hubungan antara pacar sewaan dan si pemesan jasa adalah hubungan transaksional. Artinya, bukan hubungan nyata yang mampu menciptakan ikatan emosional mendalam.

Risiko Keamanan

Selain masalah perasaan, Jennyfer juga berpesan supaya kedua belah pihak juga mempertimbangkan faktor keamanan. Bertemu dengan orang yang tak dikenal dan menghabiskan waktu yang cukup lama bersama, juga bisa berisiko memunculkan tindak kejahatan.

“Tentunya tetap jaga diri ya. Tolong dicari tahu secara mendalam juga, apakah memang sekadar penyedia jasa atau ternyata sindikat,” kata Jennyfer.

“Gimanapun mereka orang asing. Kita nggak sepenuhnya tahu motif orang tersebut. Silakan kalau latar belakangnya memang jelas dan aturannya jelas. Tapi kalau random nggak tahu ketemu jasa ini di mana, mending berhati-hati. Begitu pula dengan penyedia jasa. Hati hati dalam memilih klien. Gimanapun kalian adalah dua orang yang tidak pernah bertemu dan asing. Jadi, jaga diri baik-baik ya,” pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait