URtainment

Sanggar Guriang Gelar Festival untuk Lestarikan Budaya Suku Baduy

Elya Berliana Prastiti, Minggu, 28 Agustus 2022 16.35 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sanggar Guriang Gelar Festival untuk Lestarikan Budaya Suku Baduy
Image: Sanggar Guriang menggelar Festival Tenun Badui. (ANTARA)

Jakarta - Sanggar Guriang menggelar Festival Tenun Badui selama sepekan, yakni mulai dari 25 - 31 Agustus 2022 di Warunggunung, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Festival ini dilakukan untuk melestarikan budaya kearifan lokal.

“Kita harus mempertahankan dan melestarikan nila-nilai budaya lokal kehidupan masyarakat Baduy,” ujar ketua Sanggar Guriang Kabupaten Lebak, Dede Majid, seperti dikutip dari ANTARA, Minggu (28/8/22).

Dede mengatakan, jika Festival Tenun Badui ini merupakan bagian dari kepedulian terhadap budaya masyarakat Baduy, seperti bercocok tanam serta diwajibkan mampu membuat kain tenun karena warisan nenek moyang.

Oleh karena itu, cara yang dilakukannya untuk melestarikan budaya kearifan lokal dengan menggelar Festival Tenun Badui. Dengan adanya festival tersebut, mendorong ekonomi kreatif bagi perajin kain Baduy, siswa disabilitas, dan masyarakat sekitar.

Bagi masyarakat setempat, dapat mengelola parkir kendaraan yang juga termasuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan banyaknya pelaku usaha karena adanya pengunjung Festival Tenun Badui.

Pelestarian budaya kearifan lokal tersebut akan melibatkan 40 orang peserta. Terdiri dari 20 peserta, empat di antaranya adalah siswa disabilitas yang mempelajari penenun kain Baduy dan merancang busana kain tenun itu.

Sementara, 20 peserta lainnya adalah siswa disabilitas dari seluruh sekolah khusus mulai dari SD, SMP, dan SMA. Nantinya mereka akan mengikuti peragaan busana di Festival Tenun Badui yang berlangsung pada 29 – 30 Agustus 2022.

“Kami menggelar Festival Tenun Badui dengan melibatkan siswa disabilitas untuk mendorong agar mampu berkarya menenun hingga merancang busana, sehingga dapat mengembangkan ekonomi mereka,” ujarnya.

Kegiatan festival ini bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) untuk pelestarian budaya kearifan lokal.

Bahkan, Ia juga mendatangkan enam penenun kain tenun Baduy dari perajin Baduy untuk memperkenalkan kepada siswa disabilitas dan pengunjung.

“Kami berharap kegiatan festival ini dapat memotivasi masyarakat agar mau melestarikan kearifan lokal itu dan jangan sampai hilang,” ujar Dede.

Guru SMA Khusus Negeri 1 Rangkasbitung Kabupaten Lebak, Ucu mengatakan jika pihaknya mengirimkan tujuh siswa difabel untuk mengikuti fashion show busana Baduy pada Festival Tenun Badui.

Sanggar Guriang juga memberikan perhatian yang cukup besar kepada siswa difabel untuk mengikuti fashion show agar bisa berkiprah di dunia busana.

“Kita mengapresiasi siswa difabel juga mampu mengikuti fashion show seperti yang ditampilkan peragawati dan peragawan,” tambahnya.

Seorang instruktur dari Baduy, Ranti mengatakan para difabel yang belajar desainer busana Baduy, belajar langsung menenun kain, merancang sampai menjahitnya.

“Kami sebagai perajin penenun kain Baduy tentu bangga karya desainer empat siswa disabilitas luar biasa dan dapat ditampilkan fashion show pada Festival Tenun Badui itu,” kata Ranti.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait