URstyle

Sayangi Diri, Kenali Diabetes Sejak Dini

Ika Virginaputri, Minggu, 14 November 2021 18.00 | Waktu baca 8 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sayangi Diri, Kenali Diabetes Sejak Dini
Image: Diabetes (ilustrasi : Bigstock)

Selama lebih dari 40 tahun terakhir, penyakit diabetes mellitus atau yang sering disingkat DM makin banyak diperbincangkan nih, guys. Sayangnya, ‘kepopuleran’ penyakit ini justru disebabkan oleh bertambahnya jumlah penderitanya.

Kalau ngomongin diabetes, hampir seluruh data statistik yang ada menunjukkan peningkatan setiap tahun. Bahkan, menurut International Diabetes Federation, Indonesia saat ini menempati peringkat ke 7 di dunia sebagai negara dengan penderita diabetes terbanyak. Dengan jumlah 10,7 juta orang, Indonesia jadi satu-satunya negara dari Asia Tenggara yang masuk dalam daftar 10 besar. Duh!

Kementerian Kesehatan bahkan memperkirakan jumlahnya bisa naik tiga kali lipat pada tahun 2030. Yang lebih mengkhawatirkan adalah fakta berdasarkan Sample Registration Survey pada tahun 2014 bahwa diabetes merupakan penyakit pembunuh tertinggi ketiga di Indonesia, setelah stroke dan penyakit jantung koroner. Serem banget nggak sih kalau melihat data-data tersebut?

Nah, supaya kamu tetap waspada, ada baiknya yuk kita kenalan dulu dengan gangguan metabolisme yang satu ini!

Ancaman Serius

Sejak tahun 1980, jumlah penderita diabetes mellitus terus meningkat. Hal ini membuat International Diabetes Federation (IDF) dan World Health Organization (WHO) merasa perlu mencanangkan Hari Diabetes Sedunia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahayanya penyakit ini.

Maka, mulai tahun 1991, dipilihlah tanggal 14 November yang merupakan hari lahir Frederick Banting, ilmuwan Kanada yang menemukan insulin pada tahun 1922. Walau sudah diinisiasi sejak 1991, Hari Diabetes Sedunia baru resmi jadi hari yang penting untuk diperingati di tahun 2006 berbarengan dengan disahkannya resolusi PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).

Resolusi itu menyatakan diabetes sebagai ancaman kesehatan dunia yang nggak cuma serius mengancam nyawa, tapi juga menjadi beban ekonomi, karena biaya pengobatannya yang mahal. Selain itu, proporsi penderitanya memang didominasi oleh mereka yang berusia 50 tahun ke atas. Tapi menurut dokter spesialis penyakit dalam, Dicky Tahapary Sp.PD KEMD, sekarang banyak juga pasien yang datang kepadanya masih berusia di bawah 30 tahun, loh.

"Saya sekarang sering dapet pasien umur 18-30 tahun. Jadi, makin lama memang makin naik ya terjadi di usia muda," ujar Dokter Dicky kepada Urbanasia. "Kalo diliat di data riset kesehatan dasar nasional itu, jadi seluruh penyandang diabetes di Indonesia itu seperempatnya di usia muda loh," katanya lagi.

1636887375-Dokter-Dicky.jpgSumber: Dr. Dicky Tahapary PhD, SpPD-KEMD (Foto: Dok. Pribadi)

Dokter yang praktik di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Eka Hospital BSD ini kemudian menjelaskan mengapa diabetes di usia muda lebih berbahaya. Selain karena terjadi di usia produktif, potensi timbulnya penyakit lain juga jadi lebih besar. Diabetes usia muda yang dalam istilah medisnya disebut early on set diabetes, dikategorikan ke dalam spektrum khusus karena lebih berisiko mengalami komplikasi kronis. Dokter Dicky mengaku seringkali pasiennya datang pertama kali justru karena keluhan penyakit komplikasi tersebut. Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata ujung-ujungnya adalah tingginya kadar gula dalam darah.

"Sebagian besar masyarakat kan seringkali tahunya 'oh diabetes pasti usianya di atas 45 tahun, di atas 60 tahun'. Padahal sekarang nggak, bergeser ke usia muda karena perubahan pola hidup. Jadi pasti yang dateng bukan dengan keluhan diabetesnya, tapi keluhan komplikasinya,” papar Dicky.

"Kenapa diabetes yang muda ini penting? Pertama, mereka usia produktif. Kedua, rata-rata kejadian komplikasinya lebih banyak dan lebih awal. Jadi kalo terjadi semakin muda, kemungkinan dia mengalami komplikasi kronik lebih besar," lanjutnya.

Lebih lanjut, lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini menuturkan, komplikasi yang biasanya diderita pasien antara lain adalah gangguan penglihatan dan disfungsi ereksi. Jika mengganggu pembuluh darah kecil, komplikasi yang ditimbulkan bisa berupa gangguan syaraf mata hingga kebutaan, dan disfungsi ereksi pada laki-laki. Jika menyerang pembuluh darah besar, komplikasinya bisa menimbulkan stroke, penyakit jantung koroner, atau gangguan pembuluh darah kaki sampai pasiennya harus diamputasi.

Deteksi Dini

Mengingat risiko komplikasinya terbilang serius dan membahayakan, Dokter Dicky menegaskan pentingnya deteksi dini terhadap kadar gula darah. Masalahnya, orang yang kadar gulanya naik seringkali nggak merasakan keluhan apa-apa. Selain itu, gejala diabetes memang tidak khas dan dianggap hal biasa, misalnya sering merasa haus, sering buang air kecil, dan cepat lelah. Saat gejala tersebut mulai mengganggu, baru deh periksa ke dokter dan ketahuan diabetes.

"Pertama, diabetes itu deteksi dini. Intinya jangan nunggu ada gejala kalo diabetes," kata pria yang mengambil gelar PhD dari Leiden University Medical Center, Belanda, ini.

"Kalo ada faktor risiko, check up kesehatan, dicek gula darahnya, normal nggak? Karena banyak juga pasien-pasien yang ketahuan karena check up. Mau kerja umur 24 tahun abis lulus kuliah, eeh di-check up baru ketahuan gula darahnya tinggi. Padahal nggak ada keluhan sama sekali," imbuh Dicky.

Ungkapan 'lebih baik mencegah daripada mengobati' memang terdengar klise ya, guys? Namun ketimbang menyesal belakangan, deteksi dini perlu dilakukan terutama jika kamu punya risiko tinggi. Dokter Dicky menjelaskan ada dua faktor risiko yang menyebabkan seseorang rentan terkena diabetes. Yang pertama adalah faktor keturunan. Jika ayah atau ibu punya diabetes, maka kita punya risiko 3 kali lebih besar kena penyakit tersebut. Lebih besar lagi jika baik ayah dan ibu sama-sama pengidap diabetes. Kata Dokter Dicky, risikonya bisa sampai 7 kali lipat, guys!

"Semakin dekat hubungan keluarga, maka risiko kita akan semakin besar. Sebagai contoh, misalkan salah satu orang tua kita diabetes, berarti risiko kita menderita diabetes 3 kali lipat lebih tinggi," ucapnya.

"Nah kalo dua-duanya kena diabetes, berarti risikonya sampai 7 kali lipat lebih tinggi. Itu penting. Karena di Indonesia kan penduduk dewasanya yang terkena diabetes ada sekitar 10,9%. Lumayan banyak tuh, dari sekitar 200 juta ada sekitar 20 juta penduduk. Berarti yang berisiko tinggi sangat banyak," lanjut Dicky.

Satu lagi faktor risiko tentunya adalah gaya hidup tak sehat. Faktor ini meliputi pola makan sembarangan tanpa memperhatikan nutrisi, kurangnya aktivitas fisik dan olahraga, serta kurang istirahat. Dengan kata lain, walau tanpa riwayat diabetes di keluarga, kamu nggak lepas dari ancaman diabetes jika masih akrab dengan jajanan seperti junk food dan minuman manis.

Penyakit diabetes erat kaitannya dengan sistem kerja dan produksi hormon insulin yang menentukan kadar gula darah kita. Penumpukan lemak dalam tubuh gara-gara makan-minum sembarangan akan mengganggu kerja insulin.

"Kalo badan udah kegemukan berarti itu risiko tinggi. Jarang konsumsi sayur-buah atau jarang olahraga, itu risiko tinggi," ungkap Dokter Dicky.

"Kita bicara soal penyebab diabetes dulu. Ada 2 hal penting. Pertama, ada gangguan kerja dari insulin. Insulin itu hormon yang mengatur gula darah. Nah kerja ini nih nggak bagus. Kenapa nggak bagus? Karena pola hidupnya nggak bagus. Makannya nggak teratur, olahraga nggak pernah, aktivitas fisiknya jarang. Jadi ada penumpukan lemak di dalam tubuh, nah ini mengganggu kerja insulin. Selain gangguan kerja insulin, ada juga gangguan produksi insulin. Lemak yang banyak dalam tubuh merusak sel pankreas yang memproduksi insulin," imbuhnya lagi.

Nggak ada cara lain untuk mengobati diabetes ini selain menerapkan pola hidup sehat. Biasakan tubuh agar banyak bergerak setiap harinya. Dokter Dicky mencontohkan jika kita membawa kendaraan saat pergi ke suatu tempat, parkirlah agak jauh dari tujuan supaya ada kesempatan berjalan kaki. Yang beraktivitas di dalam gedung, bisa memilih naik-turun tangga dibanding menggunakan lift. Di luar itu tetap harus ada jadwal rutin olahraga. 

"Sebagian yang tinggal di kota besar kan lebih banyak bekerja nggak menggunakan fisik ya? Jadi memang harus diatur. Biasakan hidup dengan aktif. Olahraga kalo bisa seminggu minimal 150 menit," kata Dicky.

Pedoman Isi Piringku

Semua penderita diabetes tentu menginginkan kadar gula darahnya tetap stabil di angka normal. Apalagi jika baru tervonis diabetes seperti yang terjadi pada Ica Rahardjo. Saking ngototnya ingin menurunkan kadar gula dalam tubuh, perempuan 27 tahun ini sempat mengurangi porsi makan secara drastis. Akibatnya malah berujung kejadian fatal. Gula darah Ica memang berhasil turun, tapi sudah masuk kategori membahayakan.

"Waktu itu lagi puasa. Puasa itu kan bagus buat diabet," cerita Ica kepada Urbanasia. "Waktu itu sahur pake kentang, brokoli rebus, olive oil 2 sendok makan ditelen langsung, sama cacahan wortel. Itu semuanya asin, pake garem. Nggak ada yang pake gula. Yang tadinya porsinya 100 gram, aku cut jadi 25 gram semuanya. Itu karbo yang masuk juga kecil banget. Terus tidur tuh. Pas bangun mata aku melek, aku sadar, tapi badanku gemetar nggak bisa digerakin sama sekali. Ternyata gula darahku 45. Itu saking pengen gula darahnya rendah kayak orang normal. Ternyata nggak gitu caranya," kenang Ica sambil tertawa.

Kondisi menurunnya kadar gula darah dalam tubuh seperti yang terjadi pada Ica disebut hipoglikemia. Orang diabetes yang disuntik insulin sangat mungkin mengalaminya. Terutama jika asupan yang masuk ke tubuh tidak seimbang dan tidak sesuai dengan kegiatan yang dilakukan secara rutin. Sebagai gambaran, Dokter Dicky bercerita soal pengalamannya di Flores, Nusa Tenggara Timur, di mana petani sana punya porsi makan yang lebih banyak dibanding orang biasa untuk menunjang jam kerja yang panjang.

"Intinya adalah menyesuaikan makanan dengan aktivitas sehari-hari. Petani-petani di Flores, konsumsi nasinya satu piring penuh. Yaa karena mereka berkebun 8 jam sehari. Jadi nasi yang dimakan, dipakai untuk tenaga kan? Kalo petani saya suruh makan sayur setengah sama nasi yaa nggak kuat tenaganya," katanya.

Karena diabetes adalah penyakit metabolisme yang berkaitan dengan kemampuan tubuh mengolah makanan menjadi energi, maka pola makan kita sudah pasti ada di daftar teratas untuk diperhatikan. Sebagai contoh, Dokter Dicky merujuk pada pedoman makan sehat dari Kementerian Kesehatan yang disebut dengan 'Isi Piringku'.

1636887261-Isi-Piringku.pngSumber: Isi Piringku, pedoman makan sehat ala Kementerian Kesehatan (ilustrasi: P2PTM-Kementerian Kesehatan)

Berbeda dengan 4 sehat 5 sempurna yang sering diajarkan di bangku sekolah, Isi Piringku yang dikampanyekan sejak tahun 2017 ini lebih menekankan pada keseimbangan gizi. Secara sederhana, piring makan kita harus dibagi empat yang masing-masing diisi oleh karbohidrat, lauk-pauk, sayur dan buah.

"Kalo bisa banyak buah, banyak sayur, banyak karbohidrat kompleks yang banyak serat. Kurangi makanan-makanan manis yang mudah dicerna cepat seperti roti, kue, tepung-tepungan. Bukannya nggak boleh, tapi dikurangin. Hindari snack-snack kecil kalo memang nggak perlu. Lebih bagus makan kenyang daripada banyak snack," saran Dokter Dicky.

Nah, udah lengkap banget kan guys, penjelasan Dokter Dicky soal diabetes? Mulai dari faktor pemicu, risiko penyakit lain, sampai pedoman pola hidup sehatnya. Dengan lebih mengenal penyakit ini, berarti lebih mudah buat kita menghindari pantangannya. Kenali seluk beluk diabetes biar kamu nggak sayang sama penyakit berbahaya yang satu ini, guys.
 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait