URedu

Siap Mental Hadapi Kerja Hybrid

Ika Virginaputri, Senin, 14 Februari 2022 16.00 | Waktu baca 6 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Siap Mental Hadapi Kerja Hybrid
Image: ilustrasi meditasi saat bekerja (Foto: Shutterstock)

Tumpukan tugas dari kantor saja, cukup bikin stress setiap hari ya, Guys? Apalagi berhadapan dengan pandemi dan perubahan model kerja yang nggak menentu. Kita pun akhirnya dituntut untuk menyesuaikan pikiran, tubuh, dan aktivitas kita dengan jadwal yang berbeda-beda. Stres, kebingungan, dan kecemasan, datang silih berganti mengganggu rutinitas. Nggak cuma energi yang terkuras, lelah fisik dan mental pun tak terhindarkan.

Adaptasi Terus Menerus

Efek pandemi COVID-19 yang melanda planet bumi, seakan nggak ada habisnya. Kita dipaksa beradaptasi dengan banyak perubahan, salah satunya yaitu sistem kerja. Dari Work from Office (WFO), ke Work from Home (WFH), lalu kerja hybrid yang menerapkan WFO dan WFH bergantian.

Menurut psikolog klinis Veronica Adesla M.Psi, adaptasi terhadap perubahan tersebut, bisa berujung pada lelah fisik dan mental. Jika nggak segera diatasi, akibatnya bisa mengganggu keseharian kita, Guys.

"Sebenarnya memang jatuhnya jadi lebih stress ketika hybrid karena berubah-ubahnya cepet," ungkap Vero ketika Urbanasia hubungi lewat sambungan telepon. "Jadi membuat lebih stres dibanding yang full remote atau full WFO. Sesuatu yang berubah-ubah, berarti kita perlu adaptasi yang berubah-ubah juga. Nah, yang kayak gini-gini nih yang bikin adjustment gonta-ganti itu melelahkan. Baru adjust di rumah ritmenya kayak gini, rutinitasnya kayak gini, ternyata besoknya udah harus ke kantor nih. Sementara di kantor pasti ritmenya dan rutinitas kerjanya udah beda lagi," imbuh Vero. 

Sebagai rujukan atas pernyataannya itu, Vero menunjukkan Urbanasia sebuah hasil riset yang dirilis Januari 2022 oleh Tinypulse, lembaga survey kepegawaian global yang bermarkas di Seattle, Amerika Serikat. Hasil survey itu bilang bahwa 80% pemimpin perusahaan berpendapat, alih-alih membuat karyawan lebih fleksibel, pengaturan kerja hybrid ternyata justru dianggap sebagai sistem kerja paling melelahkan dibanding WFO dan WFH.

Alasannya ya karena nggak adanya jadwal yang konsisten itu tadi, Guys. Pekerja harus selalu mengubah rutinitas mereka dan nggak ada lagi batasan antara kantor dan rumah. Makanya, Vero juga beranggapan kerja hybrid dengan lokasi dan ritme berbeda pasti memengaruhi hal-hal kecil yang sebenarnya penting. Misalnya penyimpanan file atau perangkat kerja yang harus selalu standby kita bawa ke manapun. Ada kalanya, adaptasi yang serba cepat membuat kita bingung, lupa atau melewatkan hal itu dan akhirnya bikin pekerjaan tertunda.

"(Kerja hybrid) itu kan ibaratnya mobile ya? Kalau kita mobile kan kita harus bawa kerjaan ke mana-mana. Jadi, kita kayak punya dua tempat kerja gitu. Satu di rumah, satu di kantor. Nah penempatan file-file pun, kalau kita yang kerja dengan file-file atau apa kan, 'Eh gue taruh rumah apa gue bawa ke mana-mana ya?'," ujar Vero mencontohkan.

1644828981-VeronicaAdesla.jpegSumber: Veronica Adesla M.Psi, psikolog klinis (Foto: dok pribadi)

Secara terperinci Vero menjelaskan pengaruhnya dari sisi psikologi. Yang pertama nih Guys, kelelahan mental akan bikin kita susah fokus dan kurang tanggap menyelesaikan tugas rutin. Perasaan kita juga jadi lebih sensitif seperti mudah marah. Yang kedua, secara fisik kita jadi cepat merasa capek. Padahal pikiran yang jernih dan fisik yang prima adalah modal dasar kita untuk bisa produktif.

"Kelelahan secara emosional bisa membuat energi drain, gampang capek, gampang lelah," tutur Vero. "Susah fokus karena kelelahan emosional tadi dampaknya juga bisa gampang ke-trigger marah. Lebih sensitif. Pokoknya nggak dalam kondisi mental dan mind yang sehat untuk bisa lebih oke kerjanya. Kayak gitu karena yang berubah-berubah itu. Emosional yang nggak oke kan bisa pengaruh ke fisik ya jadi gampang capek gitu. Secara kognitif kita juga berpikir jadi susah fokus, nggak dalam mind yang sehat dan jernih untuk bekerja dengan cepat, bisa nangkap segala macam, kadang jadi delay. Performa kerja terpengaruh," paparnya.

Healing dan Refreshing

Di tengah tantangan pola kerja yang melelahkan itu, work-life balance jadi isu yang sangat penting buat menjaga kesehatan fisik dan mental. Buat kamu yang mulai mengalami stres karena pola kerja yang nggak konsisten kayak sistem hybrid, Vero menyarankan untuk mengatur ulang jadwalmu agar lebih seimbang. Yang jelas, harus ada batasan antara kantor dan rumah, antara waktu kerja dan waktu pribadi.

"Jadi memang waktu kerjanya di rumah itu jelas. Karena beberapa klien saya yang punya anxiety tinggi, buat mereka kalau ke kantor nggak apapa, kan jelas pulang dari kantor udah nggak kerja gitu. Yang jadi kendala banget adalah ketika di rumah gitu. Berarti kan pengaturan waktu ketika di rumah itu perlu dijadwalkan ulang. Harus ada waktu untuk istirahat," lanjut lulusan psikologi Atmajaya Jakarta ini.

Jika sistem kerja hybrid yang kita jalani berubah dalam hitungan hari, kayaknya nggak mungkin juga kita menjadwalkan healing dengan berlibur. Selain itu, berlibur juga sulit dilakukan di tengah ancaman virus yang masih merajalela. Sebagai gantinya, Vero menganjurkan untuk melakukan aktivitas-aktivitas ringan sesuai hobi dan minat kamu. Yang punya hobi menyusun kata-kata, bisa mencoba journaling atau bikin tulisan. Yang senang bergerak bisa melakukan olahraga yang belum pernah dicoba. Yang tertarik dengan hal-hal spiritual, mulai deh praktekkan teknik-teknik meditasi. Atau kalau mau tetap di rumah, berkebun dan memasak pun bisa jadi hal yang meringankan pikiran saat stres loh, Guys.

"Aktivitas-aktivitas ini bisa jadi stres release. Tapi cari yang sesuai dan cocok untuk diri sendiri," ungkap Vero. "Karena kita nggak bisa memaksakan satu cara ke orang lain yang ternyata dia nggak pas. Ada klien saya, 'Mbak, udah lama sebenarnya saya nggak masak. Sebenarnya masak itu menyenangkan buat saya. Tapi ya karena lupa dengan banyak kerjaan jadi saya nggak pernah lakukan itu lagi.' Nah akhirnya dia masak. Masak itu butuh waktu 2 jam-3 jam itu membantu dia melepaskan diri dari burden kerjaan atau dari kecemasan dia," sambung co founder layanan psikologi Ohana Space di Jakarta Barat ini.

Meski terdengar simpel, melakukan aktivitas-aktivitas yang kamu sukai, menurut Vero, bisa membantu kamu menghilangkan kecemasan dan melahirkan emosi-emosi yang lebih positif.

Ambil Sisi Positifnya

Meski menyadari kerja hybrid punya efek yang melelahkan, namun Vero tetap berpendapat model kerja itu sebenarnya bukan suatu hal yang buruk. Dengan tubuh dan pikiran yang sehat serta rencana yang matang, Vero menilai kerja hybrid justru bisa mendatangkan keuntungan buat pekerja. Salah satunya lokasi dan waktu kerja yang lebih fleksibel, Guys. Triknya cukup sederhana, kok. Vero menyarankan agar pekerja hybrid menanamkan mindset bahwa mereka memang bisa saja kerja dari mana pun.

"Ada benefit yang didapat dari hybrid kalau kita bisa menyikapi dengan mindset pikir yang cukup sehat," Vero menekankan. "Dalam arti, anggap aja hybrid itu berarti kita sesungguhnya bekerja dari manapun sehingga kita kadang bekerja di kantor, kadang bekerja di rumah. Jadi dengan konsep mindframe pikiran seperti itu, kita siap untuk mobile work. Jadi kita siapin perangkat-perangkat kerja, barang-barang yang kita perlu bawa untuk mobile at any time gitu. Jadi kita nggak terlalu sulit," usul Vero yang saat ini juga menjalani kerja hybrid.

Selain itu, ada keuntungan lain buat karyawan yaitu bisa memilih sendiri lokasi kerja yang paling ideal buat mereka. Dengan begitu, harapannya tentu bakal bikin suasana kerja jadi lebih menyenangkan dan meningkatkan produktivitas. Kerja hybrid juga bermanfaat untuk mengakomodir kebutuhan kita sebagai makhluk sosial, yaitu bersosialisasi. Interaksi antar karyawan yang jadi terbatas saat kerja dari rumah, bisa 'ditebus' saat giliran kerja di kantor. Jadi tetap balance kan, Guys?

"Kalau kita di rumah terus pun, kita nggak berhubungan sama orang-orang. Hal itu juga pengaruh ke kesehatan mental. Bagaimanapun kita sebenarnya adalah makhluk sosial. Dibanding komunikasi online, bisa lihat orang, bisa berinteraksi sama orang, dan komunikasi langsung dengan orang itu beda rasanya. Kita bisa engage dengan lebih maksimal. Jadi itu yang membuat kenapa hybrid ini sebenernya oke," tambah Vero lagi. 

Nah buat Urbanreaders yang menjalani sistem hybrid, pindah-pindah lokasi kerja ternyata ada untungnya juga kan? Suasana kerja bakal nggak monoton dan jauh dari kata 'boring'. Yang terpenting, siapkan perangkat kerja yang mendukung dan jaga terus kesehatan fisik dan mental kamu, ya?

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Urbanasia.com (@urbanasiacom)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait