URtainment

Sisi Gelap Tahun Akhir Perkuliahan: Plagiarisme

Urbanasia, Jumat, 14 Desember 2018 05.05 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sisi Gelap Tahun Akhir Perkuliahan: Plagiarisme
Image: Sumber: Thewire.in

Urban Asia “ Pernah mendengar skandal plagiarisme Guttenberg? Skandal tersebut merupakan plagiarisme yang dilakukan oleh Karl-Theodor zu Guttenberg, Menteri Pertahanan Jerman yang kemudian mengundurkan diri dari posisinya. Ia dituduh melakukan plagiarisme untuk disertasi yang ia buat di tahun 2011.

Guttenberg mengakui bahwa ia melakukan plagiat sebagian dari substansi disertasinya. Ia menyalahkan jadwalnya yang padat sehingga memaksa dirinya untuk melakukan plagiarisme. Nah, tentunya hal tersebut tidak dapat dibenarkan, bukan?

Memang sih, tahun akhir perkuliahan dikatakan sebagai tahun yang paling sulit dalam kehidupan perkuliahan seseorang. Berbagai rintangan mulai dari draft skripsi dan tugas akhir yang ditolak oleh dosen pembimbing, stuck ketika mengerjakan di tengah jalan, sehingga ketika deadline mendekat, tulisan kamu belum selesai, hingga penelitian yang tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Alhasil, berbagai cara pun dilakukan untuk segera menyelesaikan apa yang sudah dikerjakan tanpa peduli menggunakan cara yang benar atau tidak. Salah satunya adalah dengan melakukan plagiat.

Plagiat merupakan upaya penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan mengakuinya sebagai karya sendiri. Tindakan mengambil keseluruhan maupun sebagian karya orang lain tanpa izin, atau bahkan melakukan parafrase tanpa menyantumkan referensi dapat dikategorikan sebagai plagiarisme.

Konsekuensi dari melakukan plagiarisme pun bisa sangat merusak kehidupan seseorang. Selain dapat merusak reputasi akademis maupun profesional, plagiarisme juga dapat diperkarakan secara hukum. Terkadang, tanpa melihat konsekuensi yang ditimbulkan, para mahasiswa tetap saja nekat melakukannya.

Mengapa tetap melakukannya meski sudah tahu konsekuensinya?

Selain alasan tidak punya waktu, mahasiswa sering kali merasa tidak percaya diri akan kemampuannya dalam menuliskan ide yang ia miliki. Sehingga, mereka lebih memilih untuk mencoba menggunakan pernyataan dari orang lain yang terlihat kebih intelektual dan akademis. Alhasil, mereka pun terkadang melakukan plagiarisme secara tak sadar dengan menggunakan pernyataan dari seseorang tersebut tanpa menyantumkan namanya.

Bagaimana agar tidak dituduh plagiat?

Dewasa ini, di hampir semua institusi pendidikan tinggi menerapkan kebijakan yang ketat mengenai plagiarisme. Mahasiswa, bahkan dosen yang melakukan plagiarisme bisa dicabut statusnya dan dikeluarkan dari institusi tersebut. Maka dari itu, salah satu syarat yang diajukan sebelum seorang mahasiswa melakukan sidang adalah mencantumkan hasil tes bebas plagiarisme dari naskah yang ia tulis. Sebagai contoh, menggunakan aplikasi turnitin dengan tingkat toleransi plagiarisme di angka tertentu.

Jadi, yang harus diperhatikan supaya terbebas dari tuduhan plagiarisme adalah dengan betul-betul menulis kata-kata kamu sendiri, Kaum Urban. Kemudian, jangan lupa untuk mencantumkan referensi dari setiap sumber yang kamu kutip. Oh, ya, sekadar catatan nih, cara mengutip yang salah bisa juga dituduh sebagai upaya melakukan plagiarisme. Jadi, coba kamu pahami terlebih dahulu bagaimana cara mengutip suatu referensi dengan baik.

Pada dasarnya, setiap orang memiliki gagasan serta kreativitasnya masing-masing. Terkadang, ketidakpercayaan diri serta waktu yang terasa singkat mendorong seseorang untuk melakukan plagiarisme. Well, sebaiknya hal tersebut tidak kamu lakukan. Konsekuensi yang ditimbulkan tidak sesederhana yang kamu pikir, lho! Tetaplah menjadi bijak, Kaum Urban!

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait