URtainment

Spoiler Alert! Saat Ekosistem Menciptakan si Antagonis 'Joker'

Kintan Lestari, Kamis, 3 Oktober 2019 15.45 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Spoiler Alert! Saat Ekosistem Menciptakan si Antagonis 'Joker'
Image: IMDb

Jakarta - Film Joker yang dibintangi Joaquin Phoenix akhirnya tayang perdana hari Selasa (2/9/2019) kemarin di bioskop Tanah Air.

Film ini disutradarai oleh Todd Philips yang sebelumnya pernah membuat The Hangover. Todd Philips juga ikut serta dalam menulis naskah bersama dengan Scott Silver.

Seperti sudah diketahui dari judulnya, film ini memang berpusat pada cerita si musuh bebuyutan Batman, Joker alias Arthur Fleck. Namun kali ini penonton bukan disuguhkan aksi gila Joker sebagai penjahat, melainkan sosok Joker sebagai individu bernama Arthur Fleck.

Sejak awal sampai pertengahan film penonton diperlihatkan kehidupan Arthur yang menyedihkan, mulai dari kehidupan keluarganya yang miskin sampai dengan lingkungan sosial yang cenderung mengabaikannya.

Baca juga: Peran Joker Disebut Sebagai Rol yang Berbahaya, Kenapa?

Arthur juga mengidap sindrom pathological laughter yang makin membuat kondisi psikisnya terpuruk. Namun karena suatu peristiwa, muncullah benih-benih Joker yang suka kekerasan. Secara garis besar trailer Joker sudah memperlihatkan isi filmnya.

Todd Philips juga menggambarkan setting yang mendukung betapa berbedanya lingkungan Arthur yang notabenenya orang miskin dengan orang-orang kaya.

Sejak awal sampai pertengahan, penonton hanya disajikan tempat-tempat kumuh di sekitar lingkungan Arthur. Namun saat mengunjungi Thomas Wayne dan bertemu dengan Bruce, meski sekilas tapi terlihat kesenjangan sosial dimana pemandangan lingkungan sekitar rumah Thomas Wayne sangat indah dipandang mata.

Dialog-dialog yang disajikan benar-benar mengena sama kondisi sekarang ini meskipun setting yang diambil adalah kota Gotham tahun 80-an. Dialog paling mengena adalah saat dia menulis di buku hariannya kalimat, "Hal terburuk dari memiliki penyakit mental adalah orang-orang mengharapkan Anda untuk berperilaku seolah-olah tidak".

Baca juga: Khawatir Ada Kekerasan, Kepolisian AS Siap Jaga Premier 'Joker'

Entah disadari atau tidak, masih banyak orang-orang dengan kondisi seperti Arthur dipaksa untuk hidup layaknya mayoritas orang "normal". Dan masih banyak juga orang-orang dengan mental illness dikucilkan sama lingkungan, bahkan keluarga sendiri.

Best moment juga sih pas Joker bilang ke Bill Murray kalau komedi itu subjektif. Karena nyatanya nggak hanya komedi, semua hal di dunia ini umumnya kita lihat secara subjektif.

Akting Joaquin Phoenix sebagai Joker juga patut diacungi jempol. Aktor 44 tahun itu rela menurunkan berat badannya sebanyak 23 kilogram untuk memerankan karakter Arthur Fleck.

Saat tertawa, Joaquin juga benar-benar menunjukkan suara tawa yang tragis dari seorang pengidap mental ilness yang ditolak lingkungannya. Jadi nggak heran ya kalau nama Joaquin udah digadang-gadang sebagai nominator Oscars.

Joker sendiri identik dengan kekerasan, dan di film ini porsi kekerasannya pas, tidak kurang dan tidak lebih. Penonton juga bisa merasakan "kegilaan" seorang Joker. Secara keseluruhan, film Joker rasanya bakal mengajak penonton berpikir kembali mengenai perspektif orang baik dan orang jahat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait