URstyle

Anggota Komunitas UFO-Alien yang Skeptis, Penting agar Tetap Kritis

Ika Virginaputri, Selasa, 29 Juni 2021 20.37 | Waktu baca 8 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Anggota Komunitas UFO-Alien yang Skeptis, Penting agar Tetap Kritis
Image: Ilustrasi alien (Pixabay//Pawel86)

Jakarta - Tidak semua anggota komunitas UFO-Alien mempercayai dua hal itu. Ada juga loh, yang skeptis dan selalu kritis dalam menanggapi penampakan ekstraterestrial di bumi. Di BETA UFO ada Joseph McKellen yang mulai bergabung sekitar tahun 2006.

Pria lulusan S2 Electronic Engineering and Computer Science dan Fisika Kuantum dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Amerika Serikat, ini mengaku tertarik bergabung dengan BETA UFO karena ingin menyelami pandangan masyarakat Indonesia. Terutama karena kultur Indonesia yang sering mengaitkan UFO-alien dengan hal-hal mistis.

"Di negara barat juga sama sih, ada yang percaya hal-hal gaib. Tapi di Indonesia lebih menyatu di masyarakat karena tingkat pendidikan kita masih rendah, minat kita terhadap sains masih kurang." ujar Joseph kepada Urbanasia. "Kita negara berkembang, jadi kita cenderung lebih ke bagaimana survive secara ekonomi dulu."

"Yang kedua, karena kultur kita sebagai orang timur yang selalu percaya apa kata orang tanpa ngecek lagi. Langsung ditelan mentah-mentah." tambah Joseph.

Sebagai contoh lain adalah bagaimana masyarakat Indonesia terlalu gampang mendefinisikan benda terbang bercahaya sebagai UFO atau menganggap UFO identik dengan kendaraan alien. Joseph menekankan bahwa orang harus membedakan UFO dengan alien.

1624972507-Joseph-McKellen.jpgSumber: Joseph McKellen, anggota BETA UFO yang skeptis namun tetap berpikiran terbuka akan bukti-bukti ilmiah keberadaan UFO-alien (Dok pribadi)

"Alien adalah kehidupan atau another life form di planet lain." kata Joseph. "UFO adalah Unidentified Flying Object. Benda terbang yang tidak dikenal, tidak berarti di dalam UFO isinya alien. Bisa saja burung yang terbang bermigrasi, bisa saja benda langit seperti meteor, bisa juga satelit karena kadang kita bisa lihat satelit dengan mata telanjang, atau balon udara. Makanya sekarang ilmuwan Amerika menghilangkan status UFO. Sekarang namanya adalah Unidentified Aerial Phenomenon atau disingkat UAP. Laporan pemerintah Amerika Serikat tanggal 25 Juni kemarin dan landasan dasar sains dunia pun menyatakan UFO berisi alien cuma hasil karangan novel dan film fiksi ilmiah."

Pria asal Nusa Tenggara Timur ini juga berbicara bagaimana cerita fiksi sudah berhasil mempengaruhi pemikiran orang tentang kehidupan di luar bumi.

"Tahun 1893 H.G Wells sudah menulis The Tale of Space and Time, bercerita soal alien grey yang berkepala lancip dan bermata besar. Persis seperti simbol alien yang kita lihat di mana-mana." kata Joseph menjelaskan.

Menurut Joseph, popularitas sebuah cerita yang sudah menyatu ke masyarakat sangat berpengaruh secara psikologis. Antara fiksi dan kenyataan pun menjadi samar. Dalam ilmu psikologi, ada istilah pareidolia di mana orang mengenali suatu bentuk atau pola tertentu di sebuah benda. Misalnya beranggapan mengenali wajah di awan padahal sebenarnya hanya awan biasa.

Untuk mengetahui apakah seseorang punya gejela pareidolia, biasanya dilakukan Rorschach Test yang menggunakan gambar bercak tinta (ink blot) karena seringkali interpretasi manusia dipengaruhi mental dan kondisi psikologisnya.  

Joseph menceritakan, kasus salah interpretasi ini pernah terjadi pada 14 Januari 2011 saat seorang pilot menyangka planet Venus sebagai pesawat lain yang terbang mendekat ke arahnya. Venus adalah objek langit paling terang di malam hari setelah bulan dan dari kejauhan sinarnya bisa terlihat seperti lampu pesawat. Takut akan terjadinya tabrakan, pilot tadi memutuskan untuk melakukan pendaratan darurat dan mulai merendahkan ketinggian terbang. Hampir saja bertabrakan dengan pesawat lain yang terbang di bawahnya. Investigasi pun dilakukan dan baru ketahuan bahwa sinar yang dilihat pilot itu adalah sinar planet Venus yang berjarak jutaan mil jauhnya.

Joseph juga mencontohkan bagaimana sebelum Perang Dunia II, tak ada sama sekali laporan orang-orang yang melihat penampakan UFO dan alien. Lalu setelah Perang Dunia II, mulai berkembang kepercayaan new age yang menciptakan musuh bersama demi menciptakan kedamaian akibat trauma dari efek perang.

"Musuh bersama itu apa? Alien, serangan dari luar. Mulailah dikembangkan itu teori-teori. Yang paling terkenal dan dijadikan orang-orang sebagai patokan tentang UFO-alien adalah kasus Roswell tahun 1947." kata Joseph merujuk pada temuan di Amerika Serikat yang diduga pecahan UFO yang jatuh dan berisi jasad alien.

"Kasus Roswell baru heboh di publik tahun 1978. Baru peneliti seperti Allen Hynek datang, menyelidiki dan bilang itu UFO. Mana mungkin? Selang 31 tahun, fakta di lapangan udah gak ada. Di majalah Sceptic edisi tahun 2003 akhirnya dijelaskan, kalau pecahan itu dari balon udara yang dipakai latihan mata-mata Amerika. Roswell itu sebenarnya daerah terpencil. Warganya ingin Roswell terkenal, dikunjungi turis, jadi punya pendapatan dari pariwisata. Makanya masalah itu dikembangkan, dibesar-besarkan. Sekarang Roswell jadi tempat wisata UFO dan alien," kata Joseph lagi sambil tertawa.

Alien Humanoid

Tak berbeda dengan apa yang diceritakan di atas, Joseph yang bekerja sebagai chief technology officer sebuah perusahaan telekomunikasi di Jakarta ini juga punya pandangan skeptis akan cerita-cerita keberadaan UFO-alien di Indonesia. Termasuk tentang teori bahwa Candi Borobudur dibangun oleh alien.

1624973352-Joseph-McKellen-berdiskusi-bersama-BETA-UFO-dan-IUN.jpgSumber: Selama pandemi, Joseph aktif melakukan diskusi online, antara lain bersama Ferry Simatupang (Dosen Astronomi dari Institut Teknologi Bandung), Dino Michael dari BETA UFO, dan Venzha Christ dari Indonesia UFO Network (Dok pribadi)

"Kan udah ada prasastinya, bukti historisnya, penelitian carbon copy-nya, bahwa yang membangun Borobudur adalah dinasti Syailendra. Waktu itu orang Belanda yang melakukan penggalian," ujar Joseph.

"Ini masuknya ke area ancient alien yah. Kalo di luar negeri ada Zecharia Sitchin yang sering menerjemahkan tablet-tablet Sumeria, padahal dia gak ngerti bahasa Sumeria. Sampai ilmuwan-ilmuwan bikin situs Sitchiniswrong.com karena terjemahan-terjemahan dia salah semua," Joseph menuturkan.

Saat Urbanasia menanyakan tanggapannya tentang insiden Pulau Alor tahun 1959, Joseph memilih untuk tidak percaya karena kejadian tersebut hanya bersumber dari cerita dan literasi. Joseph juga menjawab dengan memberikan penjelasan ilmiah bahwa tidak mungkin ada makhluk luar angkasa berwujud manusia. Insiden Alor menarik perhatian publik Indonesia karena kabarnya ada enam makhluk asing berwujud manusia berseragam biru yang sempat berinteraksi dengan warga sana.

"Ada yang namanya penelitian Earth Similarity Index, mencari planet-planet yang paling sama dengan bumi pakai teknologi bio signature. Tidak pernah ditemukan satu pun planet yang kayak bumi. Secara biologi, gak mungkin ada alien yang humanoid," ujar Joseph.

"Untuk mencapai bentuk tubuh seperti manusia, dia harus mempunyai keadaan lingkungan yang sama. Mulai kandungan oksigen, nitrogen, gravitasi, ekosistem dan keadaan alam yang sama, baru bisa mengalami proses evolusi menjadi seperti manusia."

Sedangkan untuk temuan tiga crop circle tahun 2011, Joseph menganggapnya sebagai misteri.

"Saya masih mempercayai itu buatan manusia. Soalnya laporan BETA UFO yang saya baca pun tidak menunjukkan sisi pembuktian sains. Penjelasan ilmiahnya gak ada." ujar Joseph. Cuma menyatakan crop circle ini dikerjakan sangat cepat, tidak ada kandungan radioaktif, unsur nitrogen tinggi. Unsur nitrogen itu normal, semua tumbuhan unsur nitrogennya tinggi. Apalagi tumbuhan yang sedang aktif berdiri."

Apakah bertahun-tahun jadi anggota BETA UFO tidak mengubah pendirian Joseph yang skeptis tentang UFO dan alien?

"Bukannya tidak, tepatnya belum. Saya orangnya realistis, open-minded. Kalo ada yang bisa menunjukkan bukti bahwa benar ada makhluk luar angkasa, ini tidak bisa dijelaskan secara sains, atau 'sains Anda salah', ya udah saya percaya. Tapi sampai sekarang nggak ada," kata Joseph dengan santai.

Tetap Kritis dan Tidak Fanatik

Kalimat terakhir Joseph didukung oleh pendapat Ipang, co-founder Indonesia UFO Network (IUN), bahwa orang yang skeptik itu bukan berarti close-minded. Menurut Ipang, orang skeptik itu akan bisa mengubah pendiriannya, jika ada bukti yang kuat. Tergantung juga tuntutan dia atas bukti. Misal, bukti tulisan dari blog akan dianggap lemah jika dia menuntut bukti dari tulisan jurnal ilmiah.

"Tapi orang sering menyamaratakan dengan orang yang tidak mau menerima bukti sebagai orang yang skeptik." kata Ipang. "Persoalannya, bukti yang disajikan baginya tidak cukup kuat untuk meyakinkan dirinya. Perlu proses untuk bisa meyakinkan orang lain, yaitu dengan bukti. Ada tingkatan atau level orang dalam menerima sebuah bukti atau pernyataan. Mulai dari yang sangat mudah menerima, hingga yang sulit sekali menerima." kata Ipang lagi.

"Dari situ IUN terus melakukan pembelajaran dengan kolaborasi. Topik Ufologi penting untuk dipelajari, karena akan mengarah pada perubahan besar dalam pemahaman ilmiah. Mempelajari fenomena udara tak teridentifikasi akan membuka pintu untuk menjelajahi pertanyaan baru mengenai sains. IUN dideklarasikan sebagai platform lintas komunitas dan institusi yang aktif melakukan riset, serta pusat pembelajaran, pertukaran informasi dalam ranah Astronomi, ET, SETI, UFO, Sejarah Peradaban, Space Art, dan Space Science secara umum." ujar Ipang.

Sebagai believer atau orang yang percaya akan fenomena UFO-alien, baik Nur Agustinus pendiri BETA UFO dan Irfan pendiri UFOnesia juga sama-sama menilai penting peran seorang anggota yang bersikap skeptis. Ada kalanya juga mereka berdua mendapatkan laporan penampakan yang kemudian malah terbukti salah.

Sebagai contoh yaitu saat Nur Agustinus menerima laporan penampakan UFO di Tuban, Jawa Timur. Laporan yang dilengkapi foto-foto dan gambar sketsa itu tidak sempat diinvestigasi lebih lanjut, sampai dalam sebuah diskusi seorang anggota berpendapat penampakan tersebut seperti kapal.

"Lalu kita bergegas cari bukti foto-foto kapal yang dimaksud. Di Tuban kan banyak kapal tongkang. Kita coba lihat foto lampu-lampu yang ada di foto itu, dan dicocokkan di posisi kapal. Ternyata mirip. Nah dalam posisi tertentu, di jalan tertentu, cakrawala atau garis batas laut itu bisa tampak lebih tinggi daripada jalan. Sehingga kalo dia dalam kondisi berkabut atau agak gelap, kapal tuh kalo dia gak bisa lihat lautnya, sinar kapalnya itu bisa tampak terbang. Justru dari sini kita bisa analisis bahwa 'Oh ternyata itu bukan UFO'.

Perbedaan pendapat antar anggota dinilai Nur Agustinus justru merupakan sisi menariknya komunitas mereka.

"Menurut saya, menariknya adalah yang tidak percaya pun bisa bergabung supaya bisa memberikan sudut pandang yang beda." kata Nur. "Kalo semua orang termasuk yang gampang percaya, nanti semua laporan dianggap UFO juga kan belum tentu benar. Itu juga yang dijaga BETA UFO, karena salah satu semboyannya 'We Are Critical' gitu..."

Irfan juga memberikan contoh lain saat seorang anggota melapor ke Irfan bahwa dia melihat objek terbang dari arah timur ke selatan sekitar jam 3-jam 4 dinihari. Tapi kemudian Irfan memberi tahu si pelapor bahwa yang dilihatnya adalah satelit.

"Saya bilang, 'Oh itu satelit. Jalur-jalurnya satelit dan jam-jam satelit bisa terlihat dari bumi ya jam-jam segitu. Jadi bukan UFO. Kita juga gak sembarangan bilang semua titik yang terbang itu UFO"

"Ada juga sih anggota yang ngasih komen-komen negatif, tapi saya beranggapan kita masih butuh mereka sebagai filter supaya kita jangan terlalu fanatik," ujar Irfan lagi.
 
"Kan bahaya kalo kita fanatik, sedangkan mempelajari Ufologi tetap harus skeptis. Sains kan begitu," tutupnya.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait