URstyle

Awas! Sering Terpapar Polusi Bisa Bikin Ukuran Penis Menyusut

Eronika Dwi, Selasa, 30 Maret 2021 16.52 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Awas! Sering Terpapar Polusi Bisa Bikin Ukuran Penis Menyusut
Image: Ilustrasi Penis Menyusut. (Foto: Freepik)

Jakarta - Sebuah penelitian menyebut bahwa ukuran penis manusia bisa menyusut jika terlalu sering terpapar polusi.

Setelah membuat penis beruang kutub dan berang-berang melemah, polusi yang disebabkan oleh ulah kita kini dapat mengurangi kemampuan ereksi manusia.

Hal ini diungkap ahli epidemiologi lingkungan dan reproduksi, Dr Shanna H. Swan, dalam buku berjudul 'Count Down', yang membahas bagaimana dunia modern kita mengancam jumlah sperma, mengubah perkembangan reproduksi pria dan wanita, dan membahayakan masa depan umat manusia.

Swan mengaitkan penggunaan bahan kimia industri pada produk sehari-hari dengan ukuran penis yang lebih kecil, jumlah sperma yang lebih sedikit dan disfungsi ereksi.
Dengan begitu dapat dikatakan bahwa benda berbahan kimia yang kita gunakan setiap harinya secara tidak langsung memengaruhi kesuburan kita.

Dalam studi yang dilakukan pada 2017, Swan menemukan jumlah sperma orang Barat turun 59 persen antara tahun 1973 dan 2011. Dari situ dia mempelajari hubungannya dengan polutan kimia.

Dia mengatakan, bahan kimia yang tersebar di lingkungan dan digunakan sehari-hari di zaman modern saat ini dapat mengganggu keseimbangan hormonal sehingga menyebabkan berbagai masalah reproduksi.

"Rata-rata perempuan berusia 20-an di berbagai belahan dunia tak sesubur nenek mereka saat berusia 35," tulis Swan.

Menurut pengamatan Swan, polutan dan bahan kimia dapat menurunkan kualitas air mani, memperkecil ukuran penis dan volume testis.

Dia menyebut permasalahan ini sebagai 'krisis eksistensial global' yang bisa mengancam keberlangsungan hidup manusia.

Penelitian Swan juga dilakukan dengan memeriksa sindrom ftalat, sesuatu yang diamati pada tikus dan menemukan bahwa ketika janin terpapar bahan kimia tersebut, mereka kemungkinan besar akan lahir dengan alat kelamin yang menyusut.

Dia menemukan bahwa bayi laki-laki yang telah terpapar ftalat di dalam rahim memiliki jarak anogenital yang lebih pendek, yakni sesuatu yang berkorelasi dengan volume penis.

Bahan kimia tersebut memiliki kegunaan industri dalam membuat plastik lebih fleksibel, tetapi Swan mengatakan bahan kimia tersebut ditularkan menjadi mainan dan makanan dan kemudian membahayakan perkembangan manusia.

Phthalates meniru hormon estrogen yang dengan demikian dapat mengganggu produksi alami hormon dalam tubuh manusia. Hal itu kemudian dikaitkan dengan gangguan perkembangan seksual pada bayi dan perilaku pada orang dewasa.

"Kami menemukan hubungan antara kadar ftalat dalam tubuh perempuan dan kepuasan seksual mereka," ujarnya kepada The Intercept.

Swan percaya bahwa tingkat kesuburan yang menurun dengan cepat membuat kebanyakan pria tidak akan dapat menghasilkan sperma yang layak pada 2045.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait