URstyle

Diskusi ‘LifeWear = a New Industry’ Bahas Upaya untuk Masyarakat Berkelanjutan

William Ciputra, Rabu, 8 November 2023 07.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Diskusi ‘LifeWear = a New Industry’ Bahas Upaya untuk Masyarakat Berkelanjutan
Image: Paparan Fast Retailing Group Senior Executive Officer, Koji Yanai dalam diskusi 'LifeWear = a New Industry'. (Istimewa)

Jakarta - Perusahaan ritel pemegang merk UNIQLO, Fast Retailing menggelar diskusi bertajuk ‘LifeWear = a New Industry’ pada Selasa (7/10/2023) kemarin. Dalam diskusi itu dibahas tentang beberapa upaya perusahaan untuk membuat masyarakat yang lebih berkelanjutan. 

Fast Retailing Group Senior Executive Officer, Koji Yanai menjelaskan, pihaknya telah melakukan perubahan bisnis untuk mencapai keseimbangan aspek keberlanjutan dan pertumbuhan bisnis. 

“Kami tidak akan pernah berkompromi, baik selama tahap pengembangan produk, proses produksi, maupun dalam pelayanan purnajual, demi memastikan produk kami memiliki masa pakai yang lebih panjang dan memberikan rasa tenang yang lebih besar kepada para pemakainya,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Kamis (8/11/2023). 

Saat ini, katanya, Fast Retailing tengah menciptakan rantai pasokan yang stabil dan cepat tanggap guna mencapai tingkat keberlanjutan. Upaya ini dilakukan dengan pengembangan kemitraan jangka panjang dengan produsen garmen dan bahan baku untuk tahap awal produksi.

Langkah ini memungkinkan perusahaan untuk mengelola seluruh rantai pasokannya dengan lebih efektif, dan secara langsung menerapkan standar kualitas, pengadaan, produksi, lingkungan, serta hak-hak pekerja di semua tahapan produksi.

Selain itu, Fast Retailing juga terus mendorong inisiatif RE.UNIQLO yang bertujuan untuk mempromosikan penggunaan kembali atau pendaurulangan seluruh produk UNIQLO. 

Setelah merilis Recycled Down Jacket pada tahun 2020, Fast Retailing terus berupaya untuk mengembangkan produk pakaian ke pakaian lain yang menggunakan bahan kasmir, wol, dan katun yang didaur ulang.

Ada beberapa inisiatif yang juga dibahas dalam diskusi ‘LifeWear = a New Industry’ ini, di antaranya terkait dengan:

Inisiatif Pengembangan Produk

Persentase bahan dengan emisi gas rumah kaca (GRK) rendah, seperti bahan daur ulang, telah meningkat menjadi 8,5% untuk semua produk yang akan dirilis pada tahun 2023. 

Untuk produk berbahan poliester, sekitar 30% dari keseluruhan poliester yang digunakan merupakan poliester daur ulang. Sejumlah upaya terus dikerahkan untuk mencapai target FY2030 yaitu sebesar 50%.

Sejak tahun 2023, bahan poliester dan nilon daur ulang telah digunakan untuk pertama kalinya dalam beberapa produk HEATTECH dan AIRism. 

Penelitian ekstensif telah memastikan bahwa kedua produk tersebut akan tetap terasa nyaman serta memiliki fungsionalitas yang tinggi. 

Selanjutnya, beberapa Coat Hoodie PUFFTECH saat ini menggunakan poliester daur ulang, dan sejumlah T-shirt grafis UT juga diproduksi memakai bahan katun daur ulang.

Inisiatif Keberlanjutan LifeWear

UNIQLO meluncurkan inisiatif RE.UNIQLO Fast Retailing untuk mempromosikan penggunaan kembali atau pendaurulangan seluruh produknya. 

UNIQLO Pre-Owned Clothes Project merupakan bagian dari inisiatif ini. Dalam uji coba awal ini, terdapat sebuah pop-up store yang menyediakan pakaian bekas dalam periode terbatas di Toko UNIQLO Harajuku di Tokyo, Jepang, mulai tanggal 11 = 22 Oktober 2023.

Diluncurkan pada bulan September 2022 di London, RE.UNIQLO STUDIO merupakan layanan untuk memperbaiki atau membuat ulang pakaian yang telah berkembang secara global. Hingga September 2023, layanan ini telah tersedia di 35 toko yang tersebar di 16 pasar.

Untuk memperluas upaya daur ulang pakaian-ke-pakaian, Fast Retailing kini mengembangkan beragam produk baru dari bahan kasmir, wol, dan katun yang diperoleh dari produk UNIQLO yang telah dikumpulkan di toko.

Selain itu juga masih ada beberapa inisiatif yang dilakukan perusahaan, mulai dari proses produksi, pengurangan emisi GRK, inisiatif keanekaragaman hayati, hingga kegiatan dalam konstribusi sosial. 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait