URstyle

‘Sandyakala Smara’ Karya Deddy Wiryawan Bawa Batik Kudus Kembali ke Kota Kretek

Ken Yunita, Selasa, 12 September 2023 13.24 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
‘Sandyakala Smara’ Karya Deddy Wiryawan Bawa Batik Kudus Kembali ke Kota Kretek
Image: Istimewa

Kudus - Denny Wirawan menggelar pagelaran busaya ‘Sandyakala Smara’. Acara yang digelar dalam rangka merayakan sewindu kolaborasi antara Denny dan Bakti Budaya Djarum Foundation itu, Denny menampilkan koleksi busana dari Batik Kudus.

Fashion show megah itu digelar di Rumah Adat Kudus Yasa Amrta, Rabu (6/9/2023) yang juga diresmikan dalam waktu yang sama. Rumah Adat Kudus disebut juga Joglo Pencu merupakan rumah tradisional yang mempesona dengan gaya arsitektur yang begitu khas.

“Sandyakala Smara ini adalah bentuk dukungan tulus dalam melestarikan dan mengapresiasi kekayaan wastra budaya Indonesia, terutama Batik Kudus yang memukau dan menginspirasi kreativitas,” ucap Denny Wirawan, Kamis (7/9).

Rangkaian koleksi Ready To Wear Deluxe dan Ready To Wear Premium dalam gelaran kali ini dihadirkan dalam 3 babak yang menakjubkan; Mahajana, Asmaradana, dan Layar Sutera. Dalam babak 1 Mahajana, ditampilkan keelokan Kebaya dan Kain Batik Kudus.

Batik Kudus Rancangan Denny WirawanSumber: Istimewa

Mengambil ciri khas gaya berpakaian wanita peranakan Tionghoa pada dekade 1930-an hingga 1950-an, yaitu & Kebaya Encim serta kain Batik Kudus tanpa potongan dengan berbagai motif klasik yang sudah dikreasikan sebagai padanannya.

Pada babak 2 Asmaradana, Denny menyulam inspirasi dari era baru kebangkitan industri di Tiongkok tahun 1920-an. Atasan cheongsam dijadikan sebagai kanvas, menciptakan karya-karya yang memukau dengan teknik terbaru dan pengolahan yang kekinian.

Saat ini, model cheongsam memang mengalami banyak transformasi. Desainnya terlihat lebih modern dengan potongan-potongan baru. 

Pada babak 3 Layar Sutera (Journey to The Past), rancangan Denny tampak tegas menarasikan citra keanggunan perempuan modern yang penuh budi pekerti namun di sisi lain juga dinamis serta tegas berwibawa.

“Terinspirasi dari kenangan kejayaan masa lalu di negeri Tiongkok, kami mengajak para penikmat mode untuk traveling ke masa lalu melalui keindahan motif-motif khas Tiongkok yang tertuang dalam helaian Batik Kudus,” kata Denny.

Sejumlah koleksi memikat dihadirkan dalam siluet gaun malam, gaun panjang, coat, dengan tambahan aksen bordir, payet, detail tiga dimensi menambah keindahan karya adibusana tersebut. “Koleksi Sandyakala Smara saya persembahkan sebagai bentuk dedikasi untuk menggali lebih dalam lagi potensi-potensi yang ada pada motif Batik Kudus yang belum tereksplorasi,” kata Denny Wirawan.

Batik Kudus Rancangan Denny WirawanSumber: Istimewa

Bentuk Dukungan untuk Perekonomian Kudus

Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation Renitasari Adrian mengatakan, Sandyakala Smara adalah bentuk dukungan tulus dalam melestarikan dan mengapresiasi kekayaan wastra budaya Indonesia.

Terutama Batik Kudus yang memukau dan menginspirasi kreativitas untuk terus mengeksplorasi serta memperkaya keindahan yang tak ternilai dari kain-kain Indonesia.

Acara ini juga dihadiri oleh sekitar 250 orang tamu undangan yang datang untuk mengenal dan menjelajahi budaya kota Kudus. Ini merupakan sebuah kesempatan untuk mengenalkan daya tarik Kota Kretek sehingga menjadi salah satu destinasi wisata yang mampu menggerakkan perekonomian masyarakat.

“Saya bertemu dengan para UMKM batik Kudus dan mereka senang sekali karena kain-kain mereka terjual,” kata Renitasari.

Di Kota Kudus, popularitas batik yang sudah menjadi komoditas di tahun 1500an. Eksistensi Batik Kudus kian berkembang, utamanya pada tahun 1935 hingga dekade 1970-an. Batik yang diproduksi dengan penggarapan yang halus ini seringkali dikenakan oleh kalangan menengah ke atas.

Pada perkembangannya, Batik Kudus mulai mengalami kemunduran pada tahun 1980-an. Kemunduran ini ditandai dengan semakin menurunnya jumlah pengrajin batik lantaran kemunculan batik printing dengan proses pembuatan yang lebih cepat dan harga yang lebih murah, sehingga membuat para pengrajin Batik Kudus mengalami gulung tikar karena tidak mampu beradaptasi.

Sejak tahun 2010, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan program pembinaan kepada para pengrajin Batik Kudus dan menghidupkan kembali para pengrajin yang tadinya telah beralih profesi, serta memupuk generasi baru penerus kerajinan Batik Kudus. Di tahun 2015, Bakti Budaya Djarum Foundation mulai berkolaborasi dengan desainer Denny Wirawan untuk mengangkat Batik Kudus dengan sentuhan unik dan inovatif.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait