URstyle

Wastra Tenun Ikat Perpaduan Betawi-Jogja Melenggang di Spotlight 2023

William Ciputra, Minggu, 19 November 2023 13.24 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Wastra Tenun Ikat Perpaduan Betawi-Jogja Melenggang di Spotlight 2023
Image: Busana dari Farah Button by Sutardi di runway Spotlight 2023. (Urbanasia)

Jakarta - Jenama fesyen lokal asal Yogyakarta, Farah Button turut memeriahkan ajang Spotlight 2023 yang diselenggarakan oleh Indonesia Fashion Chamber (IFC). 

Busana Farah Button karya Designer Sutardi dipamerkan di runway pada hari terakhir Spotlight 2023 yang digelar di Pos Bloc, Jakarta, Sabtu (18/11/2023) malam kemarin. 

Ada 8 looks ready to wear dari Farah Button yang dipamerkan dalam ajang tersebut. Uniknya, Sutardi menampilkan desain yang memadukan motif Betawi dan Jawa. 

Mengangkat tema 'Bangsawan Kampung', Sutardi menggunakan bahan berupa tenun ikat yang ia peroleh dari pengrajin di perkampungan Yogyakarta. 

"Fashion show kali ini aku kasih tema 'Bangsawan Kampung', pembuat dan pengrajinnya ibu-ibu di kampung, tapi yang pakai kebanyakan pejabat," kata Sutardi saat ditemui Urbanasia usai penampilan karyawanya di runway Spotlight, Sabtu. 

Motif yang disajikan Sutardi dalam busana yang dipamerkan tersebut diberi nama Pucuk Tanjung. Menurutnya, ini merupakan perpaduan antara pucuk rebung dengan Batik Tanjung dari Yogyakarta.

Pemilihan motif ini tidak sekadar perpaduan dari gaya Betawi dan Yogyakarta saja. Dalam hal ini, Sutardi lebih mengedepankan unsur filosofis dari motif bahwa memakai busana ini bisa meningkatkan derajat pemakainya.  

1700374793-Farah-Button-2.jpg Busana dari Farah Button by Sutardi di runway Spotlight 2023. (Urbanasia)

Motif tersebut kemudian diaplikasikan dalam tenun ikat yang dikerjakan secara manual tanpa mesi. Bahkan kata dia, proses ini memakan waktu hingga 2 bulan untuk 100 meter kain.

"Jadi tenun ini nggak umum, dan nggak akan didapat di manapun," kata Sutardi. 

Setelah penenunan jadi, langkah berikutnya adalah proses menjahit. Menurut Sutardi, proses menjahit cukup singkat yaitu hanya dua minggu untuk satu set busana. 

Sementara terkait cutting design, Farah Button mengusung konsep modern minimalis. Konsep ini memungkinkan pakaian yang dihasilkan bisa dikenakan untuk beragam kebutuhan, mulai dari santai hingga cara pesta. 

Pengaplikasian wastra dalam koleksi Farah Button ini merupakan yang kedua kalinya. Farah Button debut koleksi wastra pada Jogja Fashion Week 2023 baru-baru ini. 

Lewat wastra, Farah Button ini turut andil melestarikan budaya Indonesia, termasuk go international. Koleksi Farah Button juga sudah bisa ditemukan di Hawaii dan Tokyo.

Kain tenun yang digunakan juga tidak asal-asalan. Sutardi memprioritaskan tenun yang halus, lembut, dan bahannya adem. 

1700374881-Sutardi-Farah-Button.jpg Desainer Farah Button, Sutardi. (Urbanasia)

Koleksi bertema 'Bangsawan Kampung' ini sudah dijual secara terbatas. Menurut Sutardi, koleksi yang ia bawa untuk keperluan Spotlight 2023 sudah habis terjual.

"Tapi untuk berikutnya bisa dipesan secara preorder," imbuhnya.

Sebagai informasi, Farah Button adalah salah satu merek lokal fashion di Indonesia. Produksi Farah Button melibatkan 300 orang yang tergabung dalam sejumlah UMKM konveksi di Yogyakarta.

Farah Button yang berdiri sejak 2016 ini memiliki 10 gerai di Yogyakarta, Bali, dan Tegal.

Mengusung konsep ready to wear, Farah Button selalu hadir dengan desain-desain baru yang bisa dikenakan di berbagai kesempatan, mulai dari formal sampai kasual.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait