URtrending

Telur Ayam di Jatim Mengandung Zat Pemicu Tumor dan Kanker, Benarkah?

Nunung Nasikhah, Senin, 25 November 2019 20.45 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Telur Ayam di Jatim Mengandung Zat Pemicu Tumor dan Kanker, Benarkah?
Image: istimewa

Jakarta - Menjelang akhir tahun 2019, dunia peternakan dihebohkan dengan isu telur ayam mengandung dioksin yang cukup tinggi. Yakni 100 kali lipat dibandingkan telur yang ada di Eropa.

Kabar tersebut mencuat setelah penelitian dari International Pollutants Elimination Network (IPEN) yang menyatakan bahwa telur ayam kampung di Desa Bangun Kabupaten Mojokerto dan Desa Tropodo Kabupaten Tuban, Jawa Timur mengandung dioksin.

Dioksin sendiri adalah zat berbahaya yang dapat mengganggu pertahanan tubuh hingga pemicu tumor dan kanker.

Sumber dioksin banyak berasal dari pembakaran sampah plastik, proses produksi pestisida, industri baja, industri kertas, pembakaran hutan, serta aktivitas gunung merapi.

Baca juga: Program Chikenisasi Anak Ayam Pemkot Bandung Jadi Sorotan Media Asing

Industri yang menggunakan klorin dengan pemanasan tinggi akan menyebabkan dioksin yang penyebarannya dapat melalui udara dan tanah.

Menanggapi isu tersebut, Kepala Dinas Pemprov Jatim, Gubernur, dan Wakil Gubernur bertolak ke lokasi peternakan telur ayam kampung di Desa Bangun Kabupaten Mojokerto yang dekat dengan pabrik tahu.

Mereka menyebutkan, hasil penelitian IPEN dianggap kurang relevan, sebab sampel telur ayam kampung didapat dari populasi lima ekor. Sedangkan Jawa Timur merupakan gudang ayam petelur nasional dengan populasi 45 juta atau setara 29%.

Dinas Peternakan Jawa Timur memastikan bahwa 22% peternak rakyat secara nasional telah menerapkan Good Farming Practices. Sehingga ayam dan telur yang beredar aman konsumsi.

Baca juga: Asyik! Desa Watesari Resmi Jadi Agrowisata Perkebunan Belimbing di Sidoarjo

Kendati demikian, meskipun isu telur berdioksin ini santer terdengar, harga telur on farm masih stabil yakni Rp 20 hingga 21 ribu rupiah per kilo.

Sementara itu, Prof. Suyadi, Dekan Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya mengatakan bahwa hasil penelitian IPEN yang telah dipublikasi oleh media asing seperti CNN dan New York Times juga kurang relevan.

Alasannya karena sample dari tiga butir telur ayam yang dipelihara dekat dengan tempat pembakaran sampah plastik belum dapat mewakili keseluruhan telur ayam di Jawa Timur.

Bahkan menurutnya, mengkonsumsi telur yang berdioksin lebih aman daripada berkendara sepeda motor tanpa menggunakan masker.

Sebab paparan polusi hasil pembakaran kendaraan khususnya bus dan truk akan terhirup langsung dan sangat buruk untuk paru-paru.

Baca juga: 8 PTN Jatim Inisiasi KKN Kolaboratif 'Brantas Tuntas' Setahun Penuh

Kalaupun ayam yang dipelihara terkena dioksin, maka kandungan dioksin dalam telur lebih sedikit, sebab telur mendapat saringan dari ayam dan bukan lagi bagian dari tubuh ayam.

Oleh karenanya, salah satu upaya pemerintah yang dilakukan oleh Dinas Peternakan tingkat provinsi maupun Kabupaten di Jawa Timur untuk meyakinkan masyarakat, ialah menggelakkan acara makan telur bersama.

Tak hanya itu, kedepan, peneliti di Fakultas Peternakan UB akan memfollow up hasil penelitian sebagai senjata menyerang berita yang tidak benar.

Ia berharap melalui kegiatan seperti ini akan membentuk networking dan forum khusus untuk menyikapi isu-isu peternakan yang beredar di masyarakat.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait