Hapus Stigma Negatif Jailangkung Lewat Festival Nyai Puthut

Malang - Apa yang terlintas di benak kalian jika mendengar kata jailangkung? Pasti mistis dan horror, kan?
Konon kabarnya, saat main jailangkung, selepas mantra selesai dilafalkan, akan ada roh halus yang memasuki awak jailangkung. Bahkan hal ini banyak dipertunjukkan dalam beberapa adegan film di Indonesia.
Jadi, pada nggak heran kan kalo stigma ini begitu kuat terpatri dalam pikiran masyarakat Indonesia. Namun, benarkah demikian?
Sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) yang menamai diri sebagai tim Eunoia PR berusaha menepis stigma mistis dari permainan jailangkung ini.
Baca Juga: 7 Film Horor Pendek Indonesia yang Bikin Kamu Panas Dingin
Mereka menggagas sebuah event yang diberi nama Festival Nyai Puthut (nyalakan aksi permainan tradisional tanpa takut) yang digelar di padepokan seni Janti, Sukun, Kota Malang, kemarin (25/8).
Festival ini dibuat salah satunya untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa jailangkung hanyalah sebuah permainan tradisional yang tidak ada hubungannya dengan hal-hal mistis.
Nyai Puthut sendiri merupakan sebutan khas masyarakat Malang untuk permainan jailangkung.
"Yang ingin kita angkat utamanya adalah permainan nyai puthut dimana banyak orang yang memiliki stigma negatif terhadap mainan yang disalahgunakan juga menjadi sosok jailangkung," ungkap Ketua Panitia, Amita Verayanti.
Vera menambahkan, sebenarnya permainan ini hanya mengandalkan emosi dan energi pemain-pemainnya.
"Dan tidak ada unsur mistisnya sama sekali," tegasnya.
Baca Juga: Selain Sunyi, 3 Film Horor Indonesia Ini Juga Bakal Hadir untuk Menakutimu
Tak hanya bermain nyai puthut, para mahasiswa dari Ilmu Komunikasi UMM ini juga memainkan beberapa game tradisional seperti bakiak panjang, egrang, lompat tali hingga bambu gila.
"Tujuan kami memang mengangkat beragam permainan tradisional dan mengupas apa filosofi serta manfaat dibalik suatu permainan," tandas Vera.
Vera menjelaskan, permainan-permainan tradisional ini memiliki filosofi masing-masing. Bakiak panjang, filosofinya adalah permainan yg digunakan untuk melatih kekompakan serta kerjasama dalam tim.
Sementara egrang memiliki filosofi yang diibaratkan seperti kehidupan dimana kita harus bisa menyeimbangkan semua aspek didalamnya.
"Ini juga mengajarkan kita untuk percaya diri dan yakin pada kemampuan kita," tegas Vera.
Baca Juga: Seperti Bus Hantu, Kisah Bidan Lahirkan Makhluk Ghaib di Twitter Bikin Merinding
Selanjutnya, ada permainan lompat tali yang filosofinya diibaratkan sebagai pengingat bahwa kita harus tekun dan sungguh-sungguh dalam memperjuangkan hidup.
Festival ini sebenarnya terselenggara dari tugas mata kuliah praktikum event management.
"Kami dibebaskan untuk mencari klien dengan potensi lokal di Malang. Lalu kami melakukan riset dan menemukan kampung padepokan Janti dengan visinya untuk mengembangkan kembali permainan tradisional yg mulai ditinggalkan," pungkas Vera.(*)