Kumpulkan Koleksi Hingga 3 Bulan, Surabaya Vintage Community Jadi Donatur Terbesar Museum Pendidikan Surabaya

Surabaya - Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini baru saja meresmikan Museum Pendidikan kemarin Senin (25/11/2019), bertepatan dengan Hari Guru Nasional.
Dalam museum ini berisi sekitar 860 koleksi yang terdiri dari berbagai koleksi di antaranya Historika, Filogika, Hiraldika, Etnografika, Keramologika, dan Tehnologika.
Untuk melengkapi berbagai koleksi ini, Pemkot Surabaya melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggandeng kalangan kolektor barang bersejarah, salah satunya Surabaya Vintage Community.
Peran Surabaya Vintage Community di Museum Pendidikan yang berada di Jalan Genteng Kali, Surabaya ini sangat besar. Pasalnya, sekitar 70 - 80 persen koleksi di sana merupakan barang-barang dari komunitas ini.
Ketua Umum Surabaya Vintage Community, Ali Budiono dalam penyerahan amplop dan perangko berlogo Taman Siswa, Senin (25/11/2019) menyampaikan bahwa pihaknya memakan waktu selama tiga bulan untuk mengumpulkan barang-barang tersebut.
Baca Juga: Museum Pendidikan Surabaya Diresmikan Tepat di Hari Guru Nasional
Hasilnya, sekitar 700 barang koleksi seperti sabak, buku tulis, buku pelajaran, manuskrip atau naskah kuno, mesin ketik, dan alat laboratorium telah diserahkan ke Disbudpar untuk mengisi koleksi Museum Pendidikan.
Ia mengaku sedikit kesusahan mendapatkan beberapa koleksi di Surabaya, sehingga ia pun mencarinya hingga ke berbagai daerah mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, hingga Kalimantan.
"Kami dapat lumayan banyak dari daerah Jawa Tengah, di Surabaya sulit mendapatkannya. Kalau mesin cetak dari Percetakan Muhammadiyah di Yogyakarta dan manuskrip dari Aceh," katanya.
Ali mengaku hal ini terbantu dengan adanya anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. Ia mengaku, di Surabaya terdapat 500 anggota komunitas, sedangkan di Indonesia jumlahnya ribuan.
Dari Surabaya sendiri, ia mendapat buku-buku pelajaran di zaman Belanda dan Jepang hingga di era kemerdekaan. Buku-buku tersebut beberapa di antaranya adalah ijazah sekolah Tionghoa.
Ali mengaku penyerahan ini diharapkan berguna bagi dunia pendidikan, terutama pendidikan anak di masa mendatang.
Baca Juga: Wow, Museum Angkut Datangkan Helikopter Legendaris Kepresidenan RI
"Seperti Sabak, di zaman dulu sekolah memakai sabak. Dengan sabak, sekali nulis dihapus. Jadi, bisa dibayangkan betapa susahnya daya ingat anak-anak sekolah dulu," katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya, Antiek Sugiarti mengatakan bahwa Surabaya Vintage Community tak hanya sekali ini membantu Pemkot Surabaya.
Sebelumnya, mereka juga membantu melengkapi berbagai koleksi di beberapa museum di Surabaya, seperti di Tugu Pahlawan.
"Seperti Museum 10 November, Museum Olahraga, kami berkolaborasi dengan mereka (kolektor)," kata Antiek.
Ternyata selain mengisi koleksi, mereka juga membantu dalam menggali informasi yang detail tentang barang-barang tersebut lho. Namun untuk lolos dan masuk dalam museum, barang-barang tersebut dicek terlebih dahulu oleh narasumber ahli maupun kurator.
Hingga saat ini, penempatan dan standarisasi Museum Pendidikan masih terus dilakukan. Meski demikian Museum Pendidikan sudah bisa dinikmati setiap Selasa - Minggu mulai pukul 08.00 - 16.00 WIB.
"Sesuai ketentuan internasional museum ini Senin tutup. Tetapi nanti kita evaluasi, apakah seperti Museum 10 November yang tiap hari buka atau apa," kata Antiek.