URtrending

Populasi Elang Jawa di Gunung Ijen Menurun, Ini Penyebabnya

Nivita Saldyni, Kamis, 21 November 2019 09.30 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Populasi Elang Jawa di Gunung Ijen Menurun, Ini Penyebabnya
Image: Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Ponorogo - Populasi Elang Jawa di kawasan Gunung Ijen mengalami penurunan drastis. Hal ini terjadi beberapa tahun terakhir akibat perubahan fungsi hutan menjadi perkebunan.

Hal ini dikonfirmasi oleh Gatut Panggah Prasetyo, Humas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Timur usai pelepasliaran Elang Jawa di Cagar Alam Picis, Kabupaten Ponorogo.

"Kami menduga terjadi migrasi besar-besaran dari kawasan ini (Gunung Ijen) ke tempat atau kawasan lain yang lebih terlindung dan masih alami," kata Gatut, seperti dilansir Antara.

Menurutnya, hutan produksi yang dulunya digunakan sebagai jalur lintas Elang Jawa secara perlahan hilang dan berganti menjadi kawasan perkebunan.

Baca Juga: Seru, Main Yuk Sambil Belajar Budaya ke 4 Kampung Adat di Jawa Barat!

Selain alih fungsi lahan jadi penyebab berkurangnya populasi Elang Jawa di kawasan itu, faktor lainnya datang dari tingginya aksesibilitas manusia seiring pembukaan area-area perkebunan baru serta arus kunjungan wisatawan yang meningkat.

Gatut pun menegaskan bahwa kondisi sebaliknya terjadi di kawasan Gunung Sigogor dan Gunung Picis yang telah ditetapkan sebagai area cagar alam di kaki Gunung Wilis.

"Populasi Elang Jawa di daerah itu diidentifikasi meningkat. Dari asalnya terdeteksi tiga ekor pada 2014, sekarang sudah ada antara 7-11 ekor," kata Gatut.

Menurutnya, kondisi ini didukung oleh berbagai faktor, mulai faktor alami di Ponorogo yang masih bagus, kawasan buffer zone Perhutani yang masih terjaga, serta masyarakat yang peduli konservasi, sadar dan peduli terhadap upaya pelestarian satwa dan lingkungannya.

Baca Juga: Ada yang Ngaku Lihat Lagi, Harimau Jawa Benar Sudah Punah Belum Sih?

Perkembangan yang positif ini disambut baik oleh BKSDA maupun semua pihak yang peduli konservasi Elang Jawa, seperti dari Yayasan Konservasi Elang Indonesia (YKEI) dan pegiat lingkungan lainnya.

Mereka berharap Elang Jawa yang saat ini tercatat sekitar 300-an ekor di seluruh pulau Jawa, bisa terus berkembang sehingga satwa khas yang dilindungi dan menjadi lambang negara Indonesia itu kian lestari di alam liar.

Gatut menambahkan bahwa saat ini di BKSDA Jatim masih ada 4-5 ekor Elang Jawa yang menjalani proses rehabilitasi.

Elang Jawa hasil penyerahan masyarakat itu tidak serta-merta dilepasliarkan demi mempertimbangkan kesiapan satwa itu berada di alam liar yang menjadi habitat aslinya.

Baca Juga: 11 Gunung Paling Indah di Pulau Jawa, Pernah Kamu Kunjungi Nggak Nih?

Mereka dilatih, mulai dari makanan mangsa hidup selama kurun 2-3 bulan (tikus, anak ayam dan sebagainya), setelah itu Elang Jawa yang dipilih dan dipersiapkan untuk dilepas liar kemudian menjalani proses habituasi atau pengenalan lingkungan alami baru yang akan menjadi habitatnya selama kurun waktu yang sama.

Gatut menjelaskan, tujuan habituasi tidak lain untuk mengadaptasikan mereka dengan iklim yang ada di calon habitat barunya. Jika proses habituasi dinyatakan cukup, satwa langka itu siap dilepasliarkan.

Namun tak lupa, sebelum itu para Elang Jawa ini akan diperiksa terus kesehatannya sebelum benar-benar dilepasliarkan.

Hal itu dimaksudkan supaya saat benar-benar sudah tidak memicu penyakit bagi populasi Elang Jawa lain di alam liar.(*)

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait