URnews

Ubud Writers and Readers Festival 2021 Angkat 'Mulat Sarira' untuk Refleksi Diri

Shelly Lisdya, Jumat, 16 April 2021 15.30 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ubud Writers and Readers Festival 2021 Angkat 'Mulat Sarira' untuk Refleksi Diri
Image: Ubud Writers & Readers Festival. Sumber: istimewa

Bali - Tahun ini, Ubud Writers  and Readers Festival (UWRF) kembali dengan tema Mulat Sarira. Festival ini akan diselenggarakan pada 8 sampai 17 Oktober 2021.  

Untuk tema festival tahunan yang ke-18 ini, apabila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia memiliki makna Refleksi Diri. Festival akan mengeksplorasi refleksi diri, introspeksi budaya, dan hak asasi manusia, menilik siapa diri kita, apa yang menyatukan dan memisahkan kita, dan apa yang mendorong setiap tindakan kita. 

Terinspirasi dari filosofi Hindu-Bali, Mulat Sarira adalah prinsip spiritual dalam menimbang perbuatan, pikiran, dan nilai seseorang untuk pada akhirnya membangun rasa pemahaman diri yang terdalam demi meraih Dharma atau Kebenaran. Saat ini, refleksi diri terasa lebih relevan dibandingkan sebelumnya. Pandemi global COVID-19 telah menciptakan krisis global kolosal yang memaksa orang untuk berkontemplasi kembali secara menyeluruh terhadap diri mereka dan komunitasnya.
 
"Kita telah dibentuk oleh new normal dan, dengan itu, nilai-nilai kemanusiaan, kepedulian, kerja sama dan cinta kasih telah dijadikan yang utama, sembari kita merenungkan bagian normal mana yang kita inginkan untuk kembali?" ujar Pendiri dan Direktur UWRF, Janet DeNeefe.

“Tema ini mengundang diskusi yang menarik dari para tokoh sastra, penulis baru, aktivis, akademisi dan jurnalis, untuk membahas pentingnya refleksi diri dan bagaimana kekuatan bercerita dapat menghubungkan kita dalam lintas budaya,” imbuhnya.
 
Festival tahun ini akan mempersembahkan diskusi yang signifikan, pertunjukan yang sarat makna, dan bacaan yang menyentuh, mengikuti protokol kesehatan COVID-19 yang ketat dengan penerapan social-distancing sesuai anjuran pemerintah.
 
Bersamaan dengan pengumuman tema 2021, UWRF juga kembali dengan karya seni yang dibuat oleh seniman Bali tersohor Teja Astawa. Seni gaya tradisional Kamasan yang khas, mewakili kisah-kisah manusia yang diceritakan dalam latar alam yang klasik dan berani.
 
“Bagi saya, Mulat Sarira berarti kembali ke tradisi, karena hal tersebut adalah akar kita. Ketika saya menerjemahkan tema Ubud Writers  Readers Festival ke karya seni saya, saya mengambil elemen-elemen yang berkaitan dengan tradisi yang mencerminkan makna dari tema itu sendiri,” kata Teja Astawa.
 
Di tahun ke-18, UWRF akan merayakan para penulis pemula (emerging) dan ternama (established), seniman, dan aktivis baik nasional maupun internasional yang akan menggali tema ini dari berbagai sudut pandang.
 
“Masa yang belum pernah terjadi sebelumnya seperti saat ini, kami menanyakan seperti apa rupa Mulat Sarira. Apakah perjalanan refleksi diri kita menciptakan budaya belajar baru, peningkatan diri, dan adaptasi baru? ” DeNeefe melanjutkan. 

“Melalui lintas budaya, perspektif beragam tentang prinsip Bali-Hindu dari Mulat Sarira, kami akan mengeksplorasi bagaimana refleksi diri dan introspeksi global telah memengaruhi kita semua dan pelajaran yang telah kita peroleh akan membawa kita ke masa depan,” tambahnya.

FYI nih guys, Ubud Writers and Readers Festival akan diselenggarakan pada 8 – 17 Oktober 2021 secara daring dan langsung di Ubud, Bali, Indonesia. Festival akan menerapkan protokol kesehatan COVID-19 secara ketat dengan selalu memperhatikan social-distancing sesuai ketentuan yang berlaku.

Sementara misi Ubud Writers  and Readers Festival adalah menciptakan festival kelas dunia yang merayakan berbagai kisah luar biasa dan memperkuat aspirasi yang berani, menangani masalah-masalah global dan ide-ide berani. Festival ini menyatukan beragam penulis, pembicara, pemikir, seniman, advokat, komentator dan aktivis Indonesia dan internasional, untuk menciptakan ruang untuk dialog dan koneksi lintas budaya.

Ubud Writers & Readers Festival adalah salah satu program utama tahunan organisasi nirlaba, Yayasan Mudra Swari Saraswati. Festival ini pertama kali selenggarakan pada tahun 2004 sebagai proyek penyembuhan terhadap dampak bom Bali pertama.

 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait