URedu

Ungguli UI, UGM dan ITB, Mahasiswa Malang Juara Bikin Teknologi Pertanian

Nunung Nasikhah, Selasa, 11 Februari 2020 17.30 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Ungguli UI, UGM dan ITB, Mahasiswa Malang Juara Bikin Teknologi Pertanian
Image: Humas FP UB

Malang – Prestasi nasional kembali diraih oleh mahasiswa dari Malang, guys. Mereka adalah Fibrianti Shinta Dewi, Dhea Nasekha Oktaviola dan Aditya Aji Novtara, tiga mahasiswa dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (FP UB).

Awal Februari ini, ketiga mahasiswa dari Malang ini sukses meraih juara 1 dalam ajang Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional.

Bahkan, ketiganya berhasil mengungguli Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Institut Pertanian Bogor, dan Universitas Hasanuddin melalui tahap seleksi abstrak, fullpaper, dan grand final 10 besar.

Tidak hanya itu. Tim yang diketuai oleh Fibrianti Shinta Dewi ini juga diganjar dengan penghargaan ‘Poster Favorit’.

Baca juga: Galang Bimandra, Mahasiswa Malang yang Sering Juara Kompetisi Mobil Listrik

Prestasi gemilang ini diraih dalam ajang 2020 5th Agriculture Farming System Competition (AGRIFASCO), kompetisi ilmial tingkat nasional yang diadakan oleh Rekayasa Pertanian Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) Institut Teknologi Bandung (ITB).

Kompetisi ini digelar dengan tujuan untuk mempertemukan inovator-inovator muda berprestasi melalui penemuan-penemuan hebat agar mampu bersaing di kancah internasional.

text Humas FP UB

Nah, di tahun ke-lima ini, AGRIFASCO mengangkat tema "Agriculture 4.0 : A Major Breakthrough or A Fall Through?".

Kemenangan Fibrianti dalam kompetisi ini berkat pengembangan konsep pesawat udara tanpa awak atau drone dengan sensor kamera wireless yang diintegrasikan dengan sensor Gyrosscope melalui perangkat android.

Baca juga: Kebijakan Baru Kemendikbud, Mahasiswa S1 Hanya Kuliah 5 Semester

Proyek penelitian tim ini menggabungkan konsep pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dengan Virtual Reality (VR).

"Kami menggabungkan konsep pesawat udara tanpa awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) dengan Virtual Reality (VR) yang saat ini sedang trend di perangkat android," ungkap Fibrianti Shinta Dewi.

Drone yang dinamai “Agrioutro” ini memang dikonsep untuk memantau hama pada kedelai. Fungsinya untuk mengetahui intensitas serangan hama terhadap kedelai pada suatu lahan.

Dengan teknologi pertanian ini, maka petani dapat melakukan pemantauan serangan hama secara lebih cepat dan tepat, guys.

Baca juga: Inovatif! Aplikasi Buatan Mahasiswa Unair Ini Mampu Bantu Deteksi Stunting Lebih Cepat

Dengan demikian, petani dapat menggunakan hasil pemantauan tersebut untuk mengambil langkah dalam hal pengendalian hama pada kedelai.

"Agrioutro dikonsep untuk memantau hama pada kedelai sehingga dapat diketahui intensitas serangan terhadap kedelai pada suatu lahan serta dapat membantu meningkatkan produktivitas kedelai di Indonesia," jelasnya.

Fibrianti mengatakan, kelebihan drone ini yakni bisa digunakan untuk pemantauan secara real time, efisien, dan tidak merusak tanaman saat proses pemantauan.

Nah, ide untuk mengembangkan teknologi ini muncul dari fakta bahwa produksi komoditas kedelai Indonesia cenderung rendah dan belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen nasional. Oleh karenanya, Indonesia harus melakukan impor kedelai yang cukup besar setiap tahun.

Bahkan, menurut Badan Pusat Statistik, data mpor kedelai dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan. Untuk periode Januari-Juni 2018 saja, impor kedelai mencapai 1,17 juta ton atau 43,7% dari total impor tahun sebelumnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait