URtainment

Wawancara Eksklusif Luna Maya: Sulli, Depresi, dan Komentar Negatif Netizen

Urbanasia, Jumat, 18 Oktober 2019 12.47 | Waktu baca 9 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Wawancara Eksklusif Luna Maya: Sulli, Depresi, dan Komentar Negatif Netizen
Image: Ardha Franstiya (Urbanasia)

Jakarta- Seperti Sulli, Luna Maya juga pernah merasa tertekan akibat komentar negatif dari netizen. Butuh bertahun-tahun hingga akhirnya bintang film 'Rumah Kentang' itu bisa berkata 'whatever' dan tak peduli.

Bahkan, Luna Maya juga mengaku pergi ke profesional untuk meminta bantuan atas rasa depresinya.

"Dan kalau ditanya apakah saya datang ke profesional, of course. Bukan karena saya gila dan saya gimana tapi saya butuh opini orang yang bertahun-tahun belajar tentang kejiwaan manusia siapa tahu dia mempunyai perspektif yang berbeda yang membuat saya berpikir lebih baik lagi gitu," kata Luna Maya.

Berikut wawancara bersama Luna Maya saat berkunjung ke kantor Urbanasia, Kamis, 17 Oktober 2019.

Luna udah dengar soal Sulli yang bunuh diri karena depresi kan? Gimana pendapatnya?

Iya, karena presure, tekanan, terus dia dibully dan ini tuh keterkaitan sama mental illness sih. Aku nggak tahu di Indonesia itu apakah karena nggak awam jadi menganggap enteng. Bahkan aku baru baca bahwa ada anak 10 tahun bunuh diri karena dibully di sekolahnya.

So actually any kind of bullying itu ya kayak kalau bully fisik sakit, memar, seminggu dua minggu bisa ilang. Tapi kan kalau perkataan, kalau kita nggak kuat mental dan kita tidak tempa.

Baca Juga: [SM Entertainment Tulis Ucapan Perpisahan Menyentuh Usaii Sulli Dimakamkan](SM Entertainment Tulis Ucapan Perpisahan Menyentuh Usaii Sulli Dimakamkan)

Kalau menurut Luna, batasan bully itu seperti apa?

Jadi kan seorang anak itu adalah produk dari orang tuanya, bagaimana orang tuanya mendidik anak itu untuk siap dengan hal itu kan tergantung dengan didikannya. Oke, genetika juga berpengaruh, kalau kita mau bicara about human is very very complex tapi i am trying to explain in general aja lah.

Produk dari orang tuanya, genetika berpengaruh juga. Tapi kita kan nggak pernah tahu tubuhnya dari lingkungan bagaimana dan kita we have to be wise and we have to apa ya mawas diri juga untuk bersosialisasi dengan orang. Bagaimana kita mengutarakan pendapat misal kita nggak suka sama orang.

Aku. i am very straight person. Kadang-kadang untuk orang Indonesia, aku tuh termasuk orang yang bahasa ininya tuh galak. Tapi sebenarnya bukan galak. Aku hanya apa adanya dan i am very straight for it. Tapi mungkin banyak orang nggak segitunya. Tapi banyak orang yang kayak, 'kok Mbak Luna ngomongnya teges banget', dan itu sensitif dan dipikirin terus.

Dan itu juga kayak oke, bahwa fondasi orang itu beda-beda. Ini cuma ngomong tegas aja bisa nyakitin orang. Bagaimana kalau dibumbui dengan suatu hal yang kasar, kurang ajar, yang penuh dengan amarah dan kebencian yang bahkan orang itu tidak tahu si orang yang dikata-katain. Hanya berdasarkan kalau dari kasus Sulli dari pemberitaan, dari bagaimana dia ingin menjalani hidupnya. Padahal orang menjalani hidupnya itu mereka punya kemerdekaan dan 100 persen hak mereka ingin menjalani seperti apa.

Tapi kan alasan netizen selalu kebebasan berpendapat Lun?

Orang juga punya 100 persen hak kebebasan untuk berpendapat orang itu seperti apa. Tapi apakah manusia itu punya hak untuk berkata seperti yang mereka ingin katakan? Nggak juga. Itu kan bisa menyakiti, bisa membuat orang terluka.

Luna pernah meresakan tekanan yang luar biasa dari netizen?

Ada. Of course. Saya baru pertama kali merasakan tekanan dari orang-orang atau haters gitu-gitu tuh tahun 2010 waktu Twitter lagi baru-barunya lah. Dan orang lagi booming-boomingnya Twiiter lah apa segala macam. 2009 atau 2010. Ya pokoknya sekitar 8 atau 9 tahun yang lalu lah.

Dan apakah waktu itu saya mendengar itu saya biasa aja seperti sekarang? Tentu nggak. Saya menangis. Saya jawab-jawabin. Sama seperti Sulli bilang kayak dia bingung 'saya bukan orang jahat'. Saya pun bisa bilang saya bukan orang jahat, saya nggak pernah bunuh orang, saya nggak pernah ngomong kebencian yang saya nggak kenal. Bahkan orang yang kenal saya mengutarakan sesuatu sebatas etikanya seperti apa.

Tapi kok saya diginiin? Apakah orang bisa bersembunyi di balik dunia maya lantas kita tidak bisa tahu siapa dia sehingga bebas ngomong apa saja? Mungkin pada saat itu pemikirannya gitu. Gua pakai fake account, gue pakai nama palsu. Ah toh di dunia maya, meraka nggak tahu ini. Mereka bisa bilang itu bukan aku gitu. Tapi kan teknologi itu semua bisa dicari sekarang. Siapapun. Jadi jangan pikir kita bisa berkedok, berlindung di balik itu.

Menurut Luna, hukum di Indonesia sudah bisa menjerat orang-orang begitu-begitu belum?

Ya sebenarnya kan dari UU ITE kan bisa. Tapi sebenarnya bukan itu yang harus dibenahi. Maksudnya, oke kita punya undang-undang dan segala macam. Yang perlu dibenahi adalah kita sebagai manusia ini, ini produk kita ini apakah produk andalan, produk yang cuma untuk membuat apa fungsinya kita sebagai manusia. Where do you want to put yourself?

Oke, gue juga ada nggak suka sama misal sama selebritis manapun, tapi doesn't mean i have the right to all those thing yang nggak baik, nggak bener. Kenal juga enggak. Saya tahu juga mereka juga enggak. Saya tahu hanya dari pemberitaan. Ya kadang-kadang pemberitaan dengan bumbu-bumbu dengan semuanya. Toh kalaupun dia ABCDE itu hak dia. Hidup dia. Saya cuma dengar, saya cuma lihat tapi kan nggak ngefek ke kehidupan saya. Ya saya mungkin berpendapat tapi doesn't mean saya punya hak untuk menyakiti orang dengan kata-kata saya. Jadi ya, yang sekarang harus dibenahi adalah kita sebagai manusia bahwa kita harus sadar bahwa perkataan manusia itu bisa lebih tajam dari pisau.

Baca Juga: Isi Surat Sulli untuk Para Fans yang Ditulis Sebelum Bunuh Diri

Sebahaya itukah?

Kita bisa membunuh orang dengan kata-kata. Apakah kita mau disebut pembunuh di dunia maya? Aku rasa sih jangan sampai ya karena kita akan memberikan kesedihan kepada banyak orang terutama keluarga dan sebagainya.

Dan aku pikir yang namanya mental illness itu jangan dianggap enteng. Kita harus bener-bener harus tahu bahwa kesehatan jasmani itu penting tapi secara rohani, mental kita itu juga harus kita pikirkan. Harus sehat juga. Caranya supaya sehat itu apa? Kita harus didik anak kita dari kecil sesuatu yang kebaikan. Kita mengerti bahwa, apa ya, lingkungan kita, pergaulan kita, informasi yang kita terima, pendidikan, makanan, lifestyle, itu semuanya berpengaruh.

Dan jangan pernah berpikir bahwa kalau kita stress, kita mengalami tekanan, jangan pernah malu untuk minta tolong.

Tapi di banyak tempat, termasuk di Korea 'minta tolong' karena depresi dianggap tabu?

Ya mungkin kalau aku bilang di Korea dan Indonesia ya Asia Pasifik, Asia Tenggara masih budaya timur. Menganggap tabu. Apalagi di Korea lebih konservatif menurut aku dibanding di sini. Kalau kita konservatif di bagian agama, mungkin di bagian toleransi beragama, di Korea lebih advance karena individualis.

Saya tidak menyentuh area kamu kamu mau beragama atau tidak itu adalah hak masing-masing. Mereka paham, tapi untuk budaya yang minta bantuan, atau cacat sedikit dianggap rusak, itu masih melekat sedangkan kalau kita lebih toleransi walaupun di sisi kebinekaan yang lain kita ada minusnya, tapi di sisi bahwa kayak, aku baru tahu juga, minta tolong, mereka sangat individulalis, itu masih tabu. Salah dikit itu mereka tekanan, harus tampil perfect apalai menjadi bintang itu.

Ribuan ratusan ribu orang itu setiap hari pingin jadi artis, jadi kalau jadi artis, mereka sudah diatur. Nggak boleh bikin salah apa segala macam. Mungkin dari sisi psikis mereka lupa mereka bukan robot. Mereka manusia yang bisa bikin salah yang punya kemauan, yang pingin punya desire, they want to do this and this, and this but they're not allowed to untuk tetap membuat imajinasi dari penggemar terpenuhi sehingga mereka diciptakan sebagai robot. Mungkin mereka lupa dari sisi itu.

Kalau dilihat-lihat, netizen Korea itu kan ganas-ganas, gimana menurut Luna?

Ini sebenarnya diskusi yang sangat kompleks ya. Banyak hal ini. Ini nggak bisa dijelasin secara singkat. Tapi menurut aku, siapapun yang membaca tulisan ini please just be nice. Try to put your feet on your shoes, saya ngomong gini karena saya nggak pingin dibully, saya sudah terbiasa dan saya sudah nggak peduli tapi kan ada yang nggak terbiasa, ada yang bisa membuat mereka jadi terluka dan sedih. Bahkan actionnya bisa mengambil hidup mereka sendiri jadi menurut saya ya kita sebagai netizen kalau berpendapat sebagaimana mestinya, kita juga harus wise. Coba kita taruh kaki kita di posisi mereka lah.

Sampai akhirnya Luna bisa kuat dengan komentar negatif, butuh berapa tahun?

Saya baru bisa 'whatever' itu ya lima empat tahun terakhir ya. Saya justru baca, pada saat saya baca hati saya sakit, rasa pingin bales itu emosi tapi saya coba untuk tahan dulu deh, jadi jangan langsung ketik gitu lho.

Mungkin ini bisa yang para haters gitu kalau punya kan emosi yang main. Jadi yang harus ditanya, kalau kita bisa bilang ini yang ngomong orang gila, dan kita punya waktu untuk ngomong sesuatu yang kasar berarti kita juga something wrong in our head ya. Jadi sama aja.

Jadi mungkin kalau punya sesuatu yang kita nggak ini coba tarik nafas, aku taruh dulu handphoneku, aku taruh. Take a deep breath, take your time. Berpikir gue buang energi gue untuk hal ini apa manfaatnya buat aku. Pertama nggak ada, kedua nggak kenal, ketiga kalaupun suka nggak suka ya namanya hidup kadang-kadang dihadapkan dengan situasi yang macam-macam. Tapi itulah hidup, saya nggak mungkin tiap hari bertemu dengan apa yang saya suka terus.

Jadi kalau ada yang melakukan kesalahan ya udah kita maafin, kita coba kasih ruang, kita dengar penjelasannya. Mungkin saya akan berada di posisi itu one day, mungkin juga tidak. Ya sudahlah toh hidup juga maju ke depan. Ya maksudnya saya coba untuk berpikir positif-positif terus aja. Tapi memang mungkin nggak semua orang sekuat saya.

Semua orang pasti punya sisi rapuh tapi bagaimana mereka menanggulangi itu kan ya beda-beda caranya. Ada yang butuh bantuan ke psikolog, psikiater yang lebih profesional dan it's okey. Jangan malu, jangan malu. Datengin keluarga, datengin temen, eh gua butuh untuk ngomong. Gue butuh untuk didenger.

Luna pergi ke profesional untuk membantu rasa tertekan akibat komentar negatif netizen?

Ada. Pasti orang yang saya percaya. Dan kalau ditanya apakah saya datang ke profesional, of course. Bukan karena saya gila dan saya gimana tapi saya butuh opini orang yang bertahun-tahun belajar tentang kejiwaan manusia siapa tahu dia mempunyai perspektif yang berbeda yang membuat saya berpikir lebih baik lagi gitu. Saya nggak malu untuk ngakuin itu dan bahkan di luar negeri itu menjadi profesi yang paling menghasilkan karena tekanan kerjaan, tekanan keluarga, mungkin apapun itu. Mungkin mereka malu ngomong sama teman sama keluarga ya mereka butuh profesional yang jelas-jelas namanya profesional ya mereka sudah menjadi profesi dan tahu apa yang mereka lakuin. Dan saya nggak malu.

Korea bikin Undang-Undang Sulli terkait bullying, apakah Indonesia juga butuh?

Perlu juga. Netizen kita itu tingkat bullyingnya ketujuh, kemarin itu aku bawain acara itu yang tingkat bullying cukup ada di Rusia, Austria, Amerika, Jepang, Korea, itu yang tertinggi-tertinggi. Indonesia kalau nggak salah ketujuh, so it's mean kalau top ten, eh kita ketujuh atau keberapa ya, pokoknya top ten itu kita masuk artinya tinggi. Artinya ada yang salah, artinya we need to do something nggak cuma di undang-undang tapi juga di keluarga, mungkin dimulai dari kita hamil gizi kita harus ini (tercukupi). Komunikasi dengan suami juga harus benar supaya nggak stress. Panjang rentetannya pada saat anak dari umur 0 sampai 7 tahun harus dibentuk dengan baik, berkarakter, diajari banyak hal baru sekolah, kalau sekolah ya berarti guru juga, teman sekitar. Ini kan pembentukan manusia itu kan banyak banget faktornya. Tapi dari sisi negara mungkin harus dimulai dari itu. Kalau di Korea juga mungkin ada culture yang harus diubah gitu.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait