URstyle

2 Penyebab Hipertensi pada Milenial Meningkat

Griska Laras, Minggu, 6 Juni 2021 13.35 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
2 Penyebab Hipertensi pada Milenial Meningkat
Image: Ilustrasi hipertensi. (Freepik)

Jakarta - Hipertensi atau tekanan darah tinggi kini tidak hanya dialami orang berusia lanjut saja, tapi juga dialami milenial.

Beberapa tahun terakhir, penyakit yang menjadi salah satu faktor risiko penyakit jantung koroner itu makin banyak mengintai anak muda.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, 34 persen orang dewasa muda berusia 25-34 tahun mengalami hipertensi. Angka tersebut naik lebih dari 2 kali lipat dibandingkan tahun 2013, yakni 14.5 persen.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh dari dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), dr. Badai Bhatara Tiksnadi mengatakan meningkatnya prevalensi hipertensi pada milenial lebih banyak disebabkan faktor gaya hidup. Dua di antaranya adalah stres akibat beban pekerjaan serta kurang bergerak/aktivitas fisik.

"Stres karena tuntutan pekerjaan, beban kerja yang terus bertambah jadi bagian dari kehidupan milenial sehari-hari. COVID-19 juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan mental anak muda saat ini," kata dr. Badai dalam konferensi virtual OMRON Virtual Media Briefing bersama YJI dan PERKI.

"Gaya hidup yang tidak aktif juga berpengaruh. Dengan adanya kemajuan teknologi jadi kurang bergerak, misal untuk balas WhatsApp saja bisa menghabiskan waktu lebih dari setengah jam sampai satu jam," paparnya.

Selain stres dan gaya hidup tidak aktif, mengonsumsi makanan tinggi garam dan berlemak, kegemukan, dan, merokok juga bisa meningkatkan risiko terkena hipertensi pada milenial.

"Makan (gorengan) ini kalau sudah ada sulit ditolak. Saat makan juga pasti tidak menyesal, makanya sebisa mungkin dihindari".

Lebih jauh, dr Badai juga mengimbau milenial mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat sedini mungkin. 

Sebab hipertensi adalah penyakit yang sulit dideteksi (silent killer) dan baru diketahui saat kondisi sudah parah.  

"Melakukan cek kesehatan, melakukan pengukuran tekanan darah secara rutin baik di rumah maupun klinik, dan mencegah hipertensi dengan memodifikasi gaya hidup seperti rajin berolahraga juga membatasi asupan garam,” jelasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait