URtainment

3 Tips Tetap Bahagia Meski Jauh dari Orangtua

Nunung Nasikhah, Selasa, 26 Mei 2020 12.45 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
3 Tips Tetap Bahagia Meski Jauh dari Orangtua
Image: Ilustrasi. (unsplash)

Malang – Tak bisa bersua dengan keluarga dan orangtua di momentum penting seperti Idul Fitri memang sungguh menyesakkan.

Namun, larangan mudik untuk menghindari penularan virus corona secara lebih meluas menjadi pertimbangan tersendiri. Terlebih untuk alasan melindungi keluarga tercinta dari paparan virus corona.

Pakar psikologi dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), M. Salis Yuniardi, PhD membeberkan tips untuk tetap bahagia meski jauh dari orangtua.

Menurutnya, perlu adanya pendekatan resiliensi agar kondisi perantau yang jauh dari keluarga tak membuat keadaan semakin buruk.

"Kondisi kemalangan ini bisa memunculkan kekuatan tersendiri, membuat kita pada level lebih tinggi dari sebelum kemalangan, asalkan bisa mengambil hikmahnya," ungkap Salis yang juga ketua Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) cabang Malang Raya.

Menurutnya, ada tiga cara yang bisa mengubah rasa kemalangan menjadi nilai positif yaitu I am, I have dan I can.

Salis menjelaskan, kondisi seperti ini lebih baik digunakan untuk refleksi diri, mencoba untuk menemukan dan mengenali diri sendiri.

"I am (saya) dalam situasi seperti ini kita gunakan untuk mengenali diri kita siapa? Cukup rentan atau tidak? Kita sebagai parent yang dijadikan role model buat anak ataupun yang sudah dewasa perlu adanya assesment diri agar tindakan selanjutnya tidak meleset," ujarnya.

Setelah mengenali diri sendiri, selanjutnya temukan sesuatu yang baru melalui metode I have atau apa yang kita miliki selama ini secara internal atau eksternal.

"Kita harus selalu bersyukur meskipun jauh dengan keluarga dan tidak bisa mudik, tetapi kita masih ada keluarga dan adanya teknologi yang membuat lebih mudah. Dari sini kita bisa lebih bersyukur atas apa yang kita miliki," tutur Salis.

Dengan kita mengenali siapa diri kita dan apa yang kita miliki maka kita harus bisa melakukan hal positif yang kemudian disebut I can.

Metode ini dilakukan dengan merancang dan menjalankan hal produktif di tengah pandemi seperti saat ini. Banyak hal yang bisa kita lakukan seperti menekuni bisnis online, mengerjakan skripsi, berolahraga dan melakukan video call dengan orang tua.

"Kita harus bisa menjaga untuk tetap aktif dan produktif di waktu yang bersamaan dengan tiga konsep tersebut," tegas Salis.

Ia menambahkan, jika beban emosional tidak bisa ditahan lagi maka tidak menjadi masalah bagi kita untuk mengeluarkan emosi arousal (gairah).

Meski demikian, Salis menyarankan untuk segera melakukan tiga komponen tersebut agar rasa malang tidak menjadi berlarut.

"Jika 3 hal kunci tersebut diterapkan di tempat perantauan, maka akan menghasilkan karya yang luar biasa bukan lagi menjadi kemalangan atau kesedihan," pungkasnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait