URguide

5 Jenis Mom Shaming yang Tanpa Sadar Sering Dilakukan

Itha Prabandhani, Kamis, 10 Desember 2020 12.33 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
5 Jenis Mom Shaming yang Tanpa Sadar Sering Dilakukan
Image: Ilustrasi mom shaming. (Freepik)

Jakarta - Mom shaming adalah bullying yang dilakukan terhadap seorang ibu dengan mengkritik cara didik atau pilihan pola asuh yang dilakukan terhadap anaknya.

Saat seseorang melakukan mom shaming, dia merasa paling jago dan paling ahli dalam hal membesarkan anak, sehingga begitu mudah menghakimi cara orang lain yang berbeda dengannya.

Menurut Julie Burton, seorang ahli pengasuhan anak sekaligus penulis buku tentang parenting, saat ini perilaku mom shaming makin marak terjadi.

Seperti dikutip Reader’s Digest, Julie mengatakan, banyak orang melihat seorang ibu, lalu otomatis melontarkan penghakimannya terhadap segala sesuatu.

Misalnya, apakah anaknya diberikan ASI atau susu formula, anak dibiarkan bebas mengeksplorasi atau dididik dengan ketat, hingga penghakiman terhadap si ibu yang memilih tetap berkarir atau menjadi full-time mom.

Jangan salah, perilaku mom shaming ini nggak hanya dilakukan emak-emak, loh. Nggak sedikit pula orang yang belum pernah punya anak, bahkan yang belum berkeluarga, juga ikutan berkomentar. Bahkan, beberapa orang kadang nggak sadar telah melakukan mom shaming.

Nah, biar kamu nggak terjebak pada perilaku mom shaming, yuk kenali bentuk-bentuk mom shaming yang kerap terjadi.

1. Mengajari Pentingnya ASI buat bayi

1607578028-mengajari-asi.jpgSumber: Freepik

Kita semua tahu ASI sangatlah penting buat pertumbuhan dan pembentukan imun tubuh bayi. Tapi, ada beberapa ibu yang memang tidak bisa memberikan ASI kepada bayinya, karena kondisi, halangan kesehatan, maupun alasan lain.

Karena itu, jika kamu bertemu dengan seorang ibu yang tidak memberikan ASInya, sebaiknya hindari pertanyaan yang memojokkan seperti “Kenapa kok baby-nya nggak dikasi ASI? Kalau sufor aja nggak cukup loh buat kesehatan,” atau “ASI kan lebih murah daripada beli sufor, kok malah milih pakai sufor sih?”

2. Mempertanyakan Tumbuh Kembang Si Anak

1607578143-mempertanyakan-tumbuh-kembang.jpgSumber: Freepik

“Loh, anakmu udah 1 tahun lebih kok belum belajar jalan?” atau “Si dedek kurus banget sih, makannya kurang cocok ya?” Pertanyaan semacam ini juga dapat diterima sebagai kritikan bagi sang ibu, guys.

Faktanya, setiap anak punya masa tumbuh kembangnya masing-masing. Selain itu, nggak usah kamu ingatkan, si ibu juga pasti udah nyadar kok bahwa tumbuh kembang anaknya berbeda dari anak yang lain dan mungkin tengah mencari tahu juga apa penyebabnya.

3. Berkomentar Tentang Pilihan Karier atau Jadi Full-Time Mom

1607578181-berkomentar-pilihan-karir.jpgSumber: Freepik

Sesudah memiliki anak, banyak ibu muda yang harus memilih apakah terus berkarier atau menjadi full-time mom. Apapun keputusan yang dibuat, pastinya sudah didasari oleh pemikiran yang matang dan mempertimbangkan banyak hal.

Karena itu, kamu mesti hati-hati jika ingin melontarkan pendapat seperti “Wah, sayang ya kalau gelar mastermu nggak dipakai lagi,” atau “Kok kamu cepet banget sih kembali bekerja? Nggak kasihan sama si dedek yang masih kecil?”

4. Mengoreksi Cara Didik

1607578220-mengoreksi-cara-didik.jpgSumber: Freepik

Meski niatmu baik, sebaiknya hindari komentar yang bersifat mengoreksi atau menyarankan orang lain untuk mengubah cara didiknya. Misalnya, “Harusnya kamu nggak biarin anak berbuat semaunya,” atau “Kalau aku sih mending biarin aja anak mau makan sambil nonton TV.”

5. Menanamkan Nilai-nilai yang Diyakini

1607578240-menanamkan-nilai2.jpgSumber: Freepik

Setiap pasangan telah memiliki kesepakatan sendiri mengenai pola asuh anak. Misalnya, membesarkan anak dengan santai yang penting si anak happy, patuh pada aturan yang ketat, rajin beribadah, atau menjalani cara hidup vegetarian sejak dini.

Begitu banyak macam cara hidup yang dijalani oleh setiap orang. Nah, sebagai ‘orang luar’, kamu sebaiknya nggak ikut campur dengan memaksakan nilai-nilai yang menurut kamu benar, baik, paling berhasil, atau paling ampuh untuk mencetak anak menjadi orang sukses.

Hormati dan hargai cara orang lain mengatur keluarganya, termasuk cara hidup yang dipilihnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait