URstyle

6 Sistem Baru Pariwisata di Banyuwangi untuk Hadapi New Normal

Nivita Saldyni, Rabu, 10 Juni 2020 13.00 | Waktu baca 3 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
6 Sistem Baru Pariwisata di Banyuwangi untuk Hadapi New Normal
Image: Ilustrasi penerapan new normal di sektor pariwisata di Kabupaten Banyuwangi. (Humas Pemkab Banyuwangi)

Banyuwangi -  Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan ada sejumlah hal yang berbeda saat kita masuk ke era normal baru nantinya, salah satunya di sektor pariwisata. Bahkan setidaknya ada enam paradigma pariwisata yang harus diubah untuk menyambut era normal baru di wilayahnya.

Menurut Anas, paradigma baru ini perlu dibangun dan disampaikan kepada para pelaku wisata. Sehingga harapannya wisata di Banyuwangi bisa kembali bangkit dan siap bersaing di era normal baru.

"Ada perbedaan strategis era sebelum COVID-19 dan era normal baru. Ini harus kita pahami agar bisa menang persaingan pariwisata dengan daerah alternatif destinasi lainnya," kata Anas di Banyuwangi saat menggelar musyawarah virtual dengan sejumlah pelaku wisata di Banyuwangi, Selasa (9/6/2020) lalu.

Ia pun memaparkan ada enam paradigma baru di sektor pariwisata saat masuk era normal baru yang harus diperhatikan. Pertama adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang ramah, berkompeten, dan memenuhi standar kesehatan.

"Misalnya, jualannya ke depan, ini loh di destinasi kami, hotel kami, para driver kami. Sebelum memulai normal baru sudah rapid test. Ini loh kami beri vitamin ke petugas. Secara berkala kami juga kerja sama dengan puskesmas cek kesehatan staf. Itu nanti jadi jualan untuk memikat wisatawan," katanya.

1591768901-new-normal-banyuwangi-1.JPG

Ilustrasi pembatasan jarak fisik di area hotel di Kabupaten Banyuwangi. (Humas Pemkab Banyuwangi)

Kedua, operasional pelayanan di sektor pariwisata tak lagi 24/7 alias 24 jam non-stop setiap harinya. 

"Perlu libur dan memberi waktu 'bernafas' untuk kesehatan dan kebersihan. Kafe-resto wajib tutup sehari dalam seminggu untuk pastikan sampah bersih, atur limbah makanan, dan sebagainya. Destinasi wisata dalam sepekan libur dua hari misalnya untuk evaluasi kesehatan dan kebersihan," paparnya.

Ketiga, sertifikasi kebersihan dan kesehatan wajib sebagai 'jualan' para pengelola wisata. Nah, sertifikat kebersihan dan kesehatan di Banyuwangi diterapkan dengan pemberian stiker khusus oleh Pemkab kepada tempat-tempat yang dinilai sudah memenuhi standar protokol kesehatan COVID-19.

"Sehingga Banyuwangi berinisiatif menerapkan stiker tanda normal baru bisnis kuliner dan berlanjut ke hotel, rental mobil, destinasi, dan sebagainya. Ini semacam legitimasi karena berdasarkan supervisi dari dinas kesehatan, sebuah tempat itu layak disematkan lolos standar normal baru atau tidak," imbuhnya.

Keempat, Anas mengaku preferensi wisatawan memilih objek wisata yang viral tak cukup jika diterapkan saat normal baru.

"Di era normal baru, virality akan didorong aktivitas wisata yang membantu menyehatkan wisatawan, seperti outdoor activity dan juga private tour. Ini karena orang memilih destinasi dan layanan yang aman dari potensi penyebaran virus corona," jelasnya.

Kelima, akomodasi yang terjamin kesehatan dan keamanannya jadi nilai jual tambah bagi sektor pariwisata di era new normal.

"Jika sebelum COVID-19 wisatawan memilih akomodasi berharga kompetitif, namun di era normal baru wisatawan akan lebih memilih akomodasi yang menawarkan kebersihan, kesehatan, dan keamanan," kata Anas.

Terakhir atraksi wisata harus menerapkan physical distancing. Jadi nggak ada lagi deh ceritanya pengelola wisata berlomba menawarkan atraksi yang gebyar dan kolosal.

"Artinya, kapasitas destinasi dan atraksi harus diatur," tutup Anas.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait