URtainment

Apa Itu Badai Sitokin yang Buat Deddy Corbuzier Kritis saat COVID-19?

Itha Prabandhani, Minggu, 22 Agustus 2021 12.53 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Apa Itu Badai Sitokin yang Buat Deddy Corbuzier Kritis saat COVID-19?
Image: Deddy Corbuzier Mendadak Pamit dari Media Sosial (Instagram/mastercorbuzier)

Jakarta – Setelah rehat sekitar dua minggu dari media sosial akibat terpapar COVID-19, Deddy Corbuzier pun akhirnya kembali muncul di publik. Deddy mengungkapkan bahwa ia sempat mengalami badai sitokin, yang membuatnya hampir meninggal.

“Saya sakit. Kritis, hampir meninggal karena badai Cytokine. Lucunya, dengan keadaan sudah negatif. Tanpa gejala apapun, tiba tiba saya masuk ke dalam badai Cytokine dengan keadaan paru paru rusak 60% dalam dua hari,” ungkap Deddy melalui akun Instagramnya, Minggu (22/08/2021).

Sebenarnya, apa sih badai sitokin ini dan bagaimana bisa membuat kondisi pasien COVID-19 mengalami masa kritis?

Dilansir dari WebMD, badai sitokin merupakan salah satu kondisi yang bisa dialami oleh penderita COVID-19, di mana sel-sel darah penderita dipenuhi oleh protein dari sistem imun tubuh yang disebut sitokin.

Dalam kondisi normal, sitokin membantu sistem imun berkoordinasi dengan baik dalam melawan bakteri atau virus penyebab infeksi. Namun, jika jumlahnya berlebihan, sitokin justru dapat menyebabkan kerusakan di dalam tubuh. Kondisi inilah yang disebut sebagai badai sitokin atau cytokine storm.

Jika mengalami kondisi ini, pasien perlu segera mendapatkan penanganan intensif. Kalau tidak, badai sitokin dapat menyebabkan kegagalan fungsi organ, bahkan kematian.

Pada penderita COVID-19, badai sitokin menyerang jaringan paru-paru dan pembuluh darah. Kondisi ini membuat kantung udara di dalam paru-paru dipenuhi oleh cairan, sehingga pertukaran oksigen akan terganggu. Akibatnya, penderita COVID-19 akan mengalami sesak napas dan membutuhkan bantuan ventilator.

Menurut penelitian dari Mukesh Kumar, seorang ahli virologi dan imunologi, Georgia University, badai sitokin dipicu oleh virus yang menggandakan diri dengan sangat cepat setelah menginfeksi sel. Kondisi ini membuat tubuh mengirimkan sinyal bahaya kepada sel. Sel yang menerima sinyal tersebut, langsung merespons dengan membunuh dirinya sendiri.

Sebagian besar penderita COVID-19 yang mengalami badai sitokin akan merasakan demam dan sesak napas. Kondisi ini biasanya terjadi sekitar 6 – 7 hari setelah gejala COVID-19 muncul. Selain demam dan sesak napas, badai sitokin juga menyebabkan berbagai gejala, seperti kedinginan atau menggigil, kelelahan, mual, muntah, nyeri otot, sakit kepala, hingga kejang.

Karena itu, diperlukan perawatan yang intensif dari dokter untuk memonitor tanda-tanda vital, seperti tekanan darah, denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait