URtainment

Bagaimana Nasib Program Televisi Edisi Ramadan di Tengah Pandemi Corona? 

Anisa Kurniasih, Kamis, 9 April 2020 15.19 | Waktu baca 5 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bagaimana Nasib Program Televisi Edisi Ramadan di Tengah Pandemi Corona? 
Image: Ilustasi Masjid (Pixabay)

Jakarta - Ramadan sudah di depan mata, namun di tahun ini suasana begitu terlihat berbeda karena hadirnya wabah corona yang menyebar di seluruh dunia.

Saat Ramadan, biasanya kita dimanjakan oleh berbagai hiburan termasuk deretan program televisi yang menemani momen ngabuburit dan juga saat sahur.

Kini, adanya penerapan physical distancing membuat masyarakat harus menjaga jarak bahkan diam di rumah serta menghindari keramaian termasuk kegiatan syuting.

Nah, ketidakpastian masih menggelayuti nasib rumah produksi penghasil sinetron religi yang seharusnya sedang membuat konten untuk ditayangkan di televisi sepanjang Ramadan guys.

Imbauan untuk bekerja dari rumah dan membatasi interaksi fisik demi menekan tingkat penyebaran virus corona COVID-19 membuat syuting pun harus disetop.

Bagi rumah produksi, itu artinya pekerjaan mereka di lokasi syuting betul-betul tak bisa dilakukan.

"Setiap (syuting) sinetron memakan tenaga lebih dari 70 orang, mau tidak mau harus kumpul," ujar produser Raam Punjabi, pemilik rumah produksi Multivision Plus, seperti dikutip Antara, Kamis (9/4/2020).

Menurut Raam, jika memaksakan diri untuk mengakali adegan yang harusnya melibatkan banyak pemain jadi terpisah-pisah tak cuma membuat biaya membengkak, hasilnya juga belum tentu bagus.

"Kualitasnya, yang paling penting, itu akan terpengaruh," kata produser 76 tahun itu.

Menunggu hingga wabah mereda dan izin syuting kembali diberikan adalah satu-satunya jalan yang bisa diambil oleh rumah produksi di Indonesia.

Pasalnya guys, mereka tak bisa berbuat apa-apa lagi meski produksi sinetron religi baru dimulai atau masih setengah jalan.

Padahal, Raam mengungkapkan, tiga judul sinetron spesial Ramadan yang disiapkan rumah produksinya masih dalam tahap skenario.

Stasiun televisi pun maklum bila konten yang mereka pesan tak kunjung rampung karena saat ini adalah situasi pandemi.

"Banyak yang syutingnya tidak dilanjutkan, mau tidak mau, karena memang tidak mungkin," imbuh Dini Putri Direktur Pemrograman dan Akuisisi RCTI dikutip Antara.

Jika sinetron religi tak bisa diselesaikan tepat waktu untuk ditayangkan selama Ramadan, maka stasiun televisi akan memutar otak untuk menyajikan tayangan yang relevan dan menarik untuk penonton yang sebagian besar berdiam diri di rumah.

Lalu, bagamaina solusinya agar masyarakat tetap bisa terhibur dengan tontonan spesial Ramadan di tahun ini?

1. Re-run Tayangan Lama

Stasiun TV  harus memanfaatkan stok tayangan yang sudah dimiliki untuk diolah jadi konten Ramadan, karena kondisi saat ini yang tidak bisa mengandalkan judul-judul baru dan belum diketahui ujung nasibnya.

"Kalaupun akhirnya tidak selesai, pilihan paling dekat re-run, atau episode spesial berisi adegan kompilasi, atau kalau masih panjang bisa jadi ke judul kedua," jelas Dini.

Re-run atau menayangkan kembali tayangan lama menjadi salah satu alternatif yang dipertimbangkan, terutama untuk judul-judul yang populer.

Membuat episode spesial berisi adegan kompilasi yang menarik pun jadi pilihan untuk mengisi kekosongan yang seharusnya jadi jatah episode baru.

Judul kedua yang ia maksud adalah tayangan yang sebetulnya tak direncanakan khusus untuk Ramadan, tapi tetap cocok untuk disiarkan guys. Yang paling penting, seluruh episodenya sudah rampung.

Begitu juga rumah produksi Sinemart yang menghentikan semua produksi, termasuk untuk bulan puasa, tapi mereka punya judul lain yang ceritanya cocok untuk konten Ramadan.

"Untuk Ramadan kami tidak bisa syuting, tapi ada judul-judul yang sebenarnya cocok juga untuk di Ramadan, seperti yang dimainkan Cut Meyriska dan Roger Danuarta," kata humas Sinemart Dini Suryani.

Meskipun begitu, keputusan akhir ada pada tim pemrograman televisi.

2. Mengandalkan Sumber Daya Sendiri

Di luar sinetron religi, seperti kita tahu bahwa stasiun televisi juga menyiapkan acara yang mereka produksi sendiri (in house).

Dini Putri mengungkapkan, program-program in house untuk Ramadan telah digarap sejak jauh-jauh hari karena harus melewati proses editing atau revisi. Contohnya program religi yang menampilkan kemampuan anak-anak menghafal Al-Quran dan materi kuliah tujuh menit alias kultum.

"Kami bersyukur, syuting Hafiz Indonesia sudah jauh-jauh hari dari Februari sudah tuntas semua, jadi pas ada imbauan pemerintah untuk tidak syuting sudah tuntas, tinggal tunggu tayang," katanya.

Satu hal lagi yang harus diperhatikan oleh stasiun televisi adalah acara-acara siaran langsung yang melibatkan banyak penonton. Di tengah imbauan physical distancing alias pembatasan jarak interaksi, format acara seperti ini harus dipikirkan kembali.

"RCTI alhamdulillah sudah lama enggak studio based untuk acara live sahur dan buka puasa," kata Dini.

Di luar itu, ia menegaskan stasiun televisi tetap menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk memastikan keamanan dan kesehatan selama wabah corona pada siaran langsung di luar konten Ramadhan yang harus terus berjalan, seperti program berita.

3. Memanfaatkan Tayangan Global

Rumah produksi film, drama seri atau sinteron religi di berbagai belahan dunia juga kalang kabut mencari cara untuk meneruskan proses pembuatan acara untuk bulan Ramadan yang sebentar lagi bergulir.

Dilansir AFP, banyak studio milik rumah produksi, artis serta kru tidak diperkenankan bekerja di luar rumah guna mencegah penyebaran virus corona baru (COVID-19).

Di saat yang sama nih guys, masyarakat yang juga diimbau menghabiskan waktu di rumah membutuhkan hiburan, bisa berupa tontonan dari televisi.

"Kami memiliki empat serial TV Ramadan yang belum selesai syuting di Lebanon, dan satu lagi di Suriah. Semua ditangguhkan sekarang," kata kepala sebuah jaringan produksi televisi yang berbasis di Dubai.

"Hitungan mundur telah dimulai. Kami perlu konten sebanyak mungkin sebelum Ramadhan. Jika kami tidak dapat menyiapkan acara, kami akan melihat untuk membeli dari rumah-rumah produksi, bahkan jika kualitasnya lebih rendah," katanya.

AFP menyebutkan berdasarkan sebuah riset, 90 persen pemirsa di Timur Tengah menyaksikan acara televisi lokal.

Nah sama seperti di Indonesia, siaran religi di Tim

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait