URedu

Bahas Pendidikan Anak, Buku 'Totto-Chan' Diulas di Festival Ruang Tengah

Hanisa Sutoyo, Jumat, 29 Juli 2022 18.14 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Bahas Pendidikan Anak, Buku 'Totto-Chan' Diulas di Festival Ruang Tengah
Image: cover buku Totto-Chan (ilustrasi: Pinterest/Target)

Jakarta - Sistem pendidikan merdeka yang terinspirasi dari buku 'Totto-Chan,' diulas di festival literasi Ruang Tengah yang digelar secara daring sampai dengan Minggu, 31 Juli 2022 mendatang. 

Acara ini juga melibatkan Pendidik dan Pendiri Sekolah & Kampus Guru Cikal Najelaa Shihab, Kepala Badan Standar, Kurikulum & Asesmen Pendidikan (BSKAP) dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, Anindito Aditomo.

Cerita ini dipilih lantaran mengisahkan seorang gadis cilik yang tumbuh di lingkungan pendidikan. Namun, keingintahuannya untuk memahami dunia lebih luas, malah dibatasi oleh sejumlah orang di sekitarnya.

“Karakter Totto-chan dalam buku Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela adalah anak yang tumbuh di lingkungan pendidikan konservatif. Rasa ingin tahu, imajinasi, dan kreativitasnya tidak terwadahi secara maksimal oleh orang-orang dewasa di sekitarnya. Cerita dalam buku ini mengingatkan kita tentang dunia pendidikan di Indonesia,” jelas Manajer Departemen Fiksi dan Anak Gramedia Pustaka Utama, Nina Andiana dalam keterangan resmi, Jumat (29/07/2022).

Buku 'Totto-Chan: Gadis Cilik di Jendela' banyak memberikan gambaran tentang bagaimana seorang anak kecil belajar dalam lingkungan yang kerap melabelinya sebagai 'anak nakal' dan 'anak malas,' tanpa memperhatikan aspek lain, seperti minat dan kreativitasnya. 

Dari situ, kamu dapat mengetahui betapa pentingnya memahami bahwa anak-anak yang punya rasa ingin tahu tinggi terhadap hal-hal di luar pelajaran bukanlah anak yang 'bermasalah' dan sepatutnya tidak dilabeli dengan istilah-istilah buruk.

Buku ini juga dipilih lantaran ingin mengetahui apakah proses berpikir dan belajar yang dialami oleh anak di Indonesia masih dibatasi oleh lingkungan di sekitarnya.

"Dalam sesi 'Merdeka dalam Belajar' ini, kita akan menggali lebih dalam apakah pengalaman belajar Totto-chan sebelum bertemu Pak Guru Kobayashi masih banyak dialami atau dirasakan anak-anak Indonesia di masa sekarang? Apakah dunia pendidikan di Indonesia telah berhasil mengakomodasi kebutuhan anak-anak kita?"

Pada sesi kali ini, Najelaa Shihab juga akan memaparkan konsep merdeka belajar agar anak dapat bereksplorasi, dengan guru sebagai fasilitator. 

Ia juga mengemukakan tantangan apa saja yang dihadapinya ketika menerapkan konsep ini pada sekolah di Indonesia.

Sementara itu, Anindito juga menyampaikan bagaimana implementasi sistem kurikulum Merdeka Belajar di Indonesia, serta memaparkan proses pembaharuan kurikulum tersebut yang ditetapkan pemerintah terhadap dunia pendidikan kita saat ini.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait