URtech

Gamer Itu Pemalas dan Nggak Berpendidikan, Apa Iya?

Shinta Galih, Kamis, 14 Juli 2022 18.03 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Gamer Itu Pemalas dan Nggak Berpendidikan, Apa Iya?
Image: Ilustrasi games (Pixabay)

Jakarta - Di dunia gaming, ada stigma bahwa para gamer itu pemalas dan kurang berpendidikan. Benarkah begitu?

Atlet esport profesional, Lius Andre, membantah hal tersebut. Menurutnya para pro player banyak yang telah lulus S1 dan memperoleh gelar sarjana.

“Di lapangan banyak professional player yang bermain game sambil juga menyelesaikan S1 bahkan tetap bersekolah dengan homeschooling karena menganggap pendidikan itu memang penting,” ujarnya saat webinar yang digelar UniPin.

Sementara itu, Robertus Aditya dari Garudaku Academy mengungkap ada stigma yang lebih parah di industri esports.

“Esports nggak ada masa depannya, esports kan hanya main games, bahkan banyak ahli olahraga yang mempertanyakan sisi olahraganya esports. Padahal, sejak pandemi, esports mengalami pertumbuhan pesat dan membuka banyak lapangan pekerjaan baru,” terangnya.

Lebih jauh Robertus memaparkan pengalamannya selama berkarier di industri esports. Menurutnya semua hal pasti ada risikonya, dalam bidang karier apapun, termasuk karier di industri esports. Hanya saja, kita harus bisa mengubah resiko-risiko tersebut menjadi peluang yang baik.

"Orang yang bisa melihat dan memanfaatkan peluang adalah orang yang bisa survive dalam karier apapun.” katanya.

Senada dengan Robertus, Lius Andre tak menampik profesi di esports memang berisiko. Karena itu, perlu kejelian agar masa depannya tidak suram.

“Di depan layar, karier sebagai pro-player itu memang risky. Namun di belakang layar, kariernya bisa jadi lebih stable. Berbekal pendidikan yang ada, ilmu-ilmu cara berbisnis, mereka harus bisa memutar penghasilannya.” kata Lius.

Di kesempatan yang sama, Debora Imanuella, SVP UniPin Community menerangkan kalau industri esports yang tengah berkembang amat pesat ini masih butuh tenaga dan talenta-talenta di luar sana untuk mendukungnya.

“Kalau dilihat, talent esports itu sebenarnya bisa dibilang sedikit. Mereka yang mau masuk ke industri ini sudah takut duluan karena banyak stigma buruk di sekitarnya. Hopefully, setelah webinar ini, lebih banyak orang mau berlomba-lomba untuk masuk ke industri esports,” terangnya.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait