URnews

Beda dengan Data Pemerintah, Media Asing Laporkan Ada 2.200 Kasus Kematian COVID-19 di Indonesia

Kintan Lestari, Selasa, 28 April 2020 13.15 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Beda dengan Data Pemerintah, Media Asing Laporkan Ada 2.200 Kasus Kematian COVID-19 di Indonesia
Image: Covid-19 di Indonesia. (Ilustrasi/Pixabay)

Jakarta - Di Indonesia per hari Senin (27/4/2020) terdapat 9.096 kasus positif corona, dengan 1.151 orang berhasil sembuh dan 765 orang meninggal dunia.

Tentu saja angka yang ditunjukkan membuat masyarakat sedikit lebih tenang lantaran jumlah kasus kematian akibat virus corona baru lebih kecil dibandingkan yang sembuh.

Namun media asing Reuters justru menyebut lebih dari 2.200 orang Indonesia telah meninggal dengan gejala akut COVID-19 tetapi tidak dicatat sebagai korban penyakit tersebut. Angka tersebut Reuters dapatkan dari tinjauan data 16 dari 34 provinsi.

Tiga ahli medis mengatakan angka-angka tersebut mengindikasikan jumlah korban jiwa nasional kemungkinan akan jauh lebih tinggi daripada angka resmi 765. Indonesia bahkan jadi salah satu negara dengan pengujian COVID-19 terburuk di dunia menurut data Worldmeters.

Beberapa ahli epidemiologi juga mengatakan sangat sulit untuk mendapatkan gambaran akurat tentang tingkat infeksi di Indonesia.

Data terbaru dari 16 provinsi menunjukkan ada 2.212 kematian pasien di bawah pengawasan (PDP) yang punya gejala virus corona akut. Jumlah 2.212 kasus kematian didapat Reuters dari data yang dikumpulkan oleh lembaga provinsi setiap hari atau setiap minggu dari angka yang dipasok oleh rumah sakit, klinik dan pejabat yang mengawasi pemakaman.

2.212 kematian adalah tambahan dari kematian 693 orang yang dites positif COVID-19 di provinsi-provinsi tersebut dan secara resmi dicatat sebagai korban penyakit.

Anggota senior gugus tugas COVID-19 pemerintah, Wiku Adisasmito, tidak membantah temuan Reuters tetapi menolak mengomentari jumlah korban virus corona yang ia yakini dapat ditemukan di antara pasien yang diklasifikasikan sebagai PDP.

Dia mengatakan banyak dari 19.897 orang yang diduga penderita coronavirus di Indonesia belum diuji karena antrian panjang spesimen yang menunggu diproses di laboratorium yang kekurangan staf. Beberapa orang telah meninggal sebelum sampel mereka dianalisis.

"Jika mereka memiliki ribuan atau ratusan sampel yang perlu mereka uji, mana yang akan mereka prioritaskan? Mereka akan memberikan prioritas kepada orang-orang yang masih hidup," katanya seperti dikutip dari Reuters.

Ahli epidemiologi di Universitas Indonesia, Pandu Riono, juga yakin bahwa sebagian besar kematian PDP akibat virus corona.

“Saya percaya sebagian besar kematian PDP disebabkan oleh COVID-19,” kata Pandu.

Presiden Jokowi belakangan ini mendapat tekanan lantaran dinilai tidak transparan dalam menangani epidemi.

Daeng Faqih, Ketua Asosiasi Dokter Indonesia, telah mendesak pemerintah untuk mengungkap jumlah nasional yang diduga pasien COVID-19 yang telah meninggal tetapi tidak diuji. Kantor perwakilan WHO di Indonesia juga mengatakan pada akhir pekan bahwa kematian tersangka pengidap virus korona harus diungkapkan.

Adisasmito mengatakan pemerintah tidak menyembunyikan data dan bahwa dia tidak mengetahui bahwa WHO telah menyerukan dugaan statistik kematian COVID-19 untuk dipublikasikan.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait