Cerita Pilkada di Jatim: Disambut Antusias, Tapi Ada Juga yang Golput
Surabaya - Pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2020 yang dilaksanakan serentak di 270 daerah berlangsung hari ini, Rabu (9/12/2020).
Salah satu di antara daerah yang menggelar Pilkada 2020 adalah Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo di Jawa Timur.
Penyelenggaraan Pilkada di tengah pandemi di dua daerah ini ternyata tak menyurutkan antusias masyarakat untuk datang ke TPS loh. Bahkan meski kedua wilayah ini masih berada di zona oranye atau berisiko sedang terhadap kenaikan kasus COVID-19, banyak warga tetap menggunakan hak pilihnya.
Dyah (56) warga Kloposepuluh, Kecamatan Sukodono, Kabupaten Sidoarjo, misalnya. Ia tetap antusias memberikan suaranya dan datang ke TPS meski awalnya sempat galau menentukan pilihan.
"Alasan saya memilih karena ingin menggunakan hak pilih saya namun saya memang sempat bingung akan memilih siapa karena para calon pemimpin saat ini kurang dikenal masyarakat banyak. Sosialisasi yang mereka sampaikan kurang sampai ke masyarakat karena efek dari pandemi ini," jelasnya.
Ia pun mengaku tak khawatir untuk datang ke TPS di tengah pandemi ini. Sebab menurutnya telah diterapkan protokol kesehatan yang ketat, baik bagi petugas dan juga pemilih.
"Saya tidak khawatir memilih di saat pandemi karena para petugas sudah menjalankan protokol kesehatan COVID-19. Seperti memakai masker, cuci tangan sebelum masuk TPS, jaga jarak, dan bawa pemilih juga bawa alat tulis sendiri," imbuh Dyah.
"Semoga siapa yang saya terpilih dapat menjalankan amanatnya dengan baik dan benar sebagai mana mestinya," harapnya.
Ditemui secara terpisah, Eka (33) warga Ngagel, Kota Surabaya memilih untuk tidak menggunakan suaranya dalam Pilkada kali ini. Bukan karena khawatir akan terjangkit virus corona, namun ada alasan lain yang membuatnya tak menggunakan suaranya.
"Untuk Pilkada kali ini saya memilih untuk golput dengan alasan karena saya kurang mengenal dan memahami masing-masing visi-misi para calon pemimpin selanjutnya," kata Eka kepada Urbanasia.
Ia pun sadar jika suaranya sangat penting menentukan masa depan Kota Surabaya. Namun ia mengaku tetap tak menggunakan haknya karena tak mengenal masing-masing calon Walikota Surabaya yang berlaga di Pilkada kali ini.
"Saya akui memang sangat merugikan karena saya tidak ikut andil dalam pemilihan kali ini, tapi mau gimana lagi karena saya merasa tidak mengenal mereka masing-masing calon," tegasnya.
Meski demikian, ibu rumah tangga ini tetap berharap bahwa siapapun calon yang terpilih bisa menjalankan amanat rakyat dan tugasnya dengan baik.
"Jadi buat saya, siapa saja yang terpilih nantinya ya semoga bisa menjalankan amanat rakyat dan menjalankan tugasnya dengan benar dan sesuai, tanpa ada korupsi di kemudian hari yang dapat merugikan rakyat," harapnya.