URnews

Corona Varian B.1.617.2 Sudah Ada di Jateng, Begini Faktanya

Nivita Saldyni, Minggu, 6 Juni 2021 13.09 | Waktu baca 4 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Corona Varian B.1.617.2 Sudah Ada di Jateng, Begini Faktanya
Image: Ilustrasi mutasi virus. (Freepik/kjpargeter)

Semarang - Urbanreaders, udah tahu belum kalau varian COVID-19 baru, varian B.1617.2 sudah 'mendarat' di Jawa Tengah (Jateng)? Varian baru ini merupakan salah satu Variant of Concern (VoC) asal India yang perlu kita waspadai bersama.

Terdeteksi di Cilacap Sejak Mei

Kasus VoC B.1.617.2 India di Jateng pertama kali ditemukan di Kabupaten Cilacap. Varian itu ditemukan dari 13 anak buah kapal (ABK) berkewarganegaraan Filipina yang melakukan bongkar muat di Dermaga Pelabuhan Tanjung Intan, Cilacap.

Hal tersebut terungkap saat Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo melantik Bupati/Wakil Bupati Demak Estianah-Ali Maksun dan Bupati/Wakil Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati-Suroto, Senin (24/5/2021) lalu. Ganjar mengatakan, 13 ABK tersebut terkonfirmasi positif COVID-19 varian B.1.617.2 dari hasil tes Whole Genome Sequencing (WGS).

Pada saat yang bersamaan, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng, Yulianto Prabowo menambahkan ada 47 tenaga kesehatan di RSUD Cilacap yang juga terkonfirmasi positif COVID-19 setelah menangani ABK Filipina tersebut. Saat itulah muncul dugaan sementara bahwa varian baru asal India ini telah menjangkit para nakes di RSUD Cilacap.

1605098855-Ganjar-Pranowo.pngSumber: Ganjar Pranowo. (Humas Pemprov Jateng)

"Kita belum tahu hasilnya, mudah-mudahan tidak. Tapi seandainya iya, maka ini bukti keganasan virus ini. Virus begitu cepatnya menyebar, dari sisi pasien dan nakes berhubungan. Nakesnya bisa ketularan," kata Ganjar, Senin (24/5/2021) lalu.

Satu minggu kemudian, Ganjar memastikan bahwa 47 nakes yang sempat merawat 13 ABK asal Filipina itu tak terpapar virus B.16.17.2 asal India. Ia mengatakan bahwa tes WGS yang dilakukan di laboratorium Universitas Gadjah Mada menunjukkan bahwa mereka tak ada yang tertular varian baru.

"Nakes yang tertular dari pasien ABK Filipina itu alhamdulillah tidak ada varian baru. Setelah kita tes genome squencing, alhamdulillah tidak terpapar itu (B.16.17.2)," kata Ganjar saat sidak penanganan COVID-19 di sejumlah rumah sakit di Kudus, Senin (31/5/2021). 

Kendati demikian, Ganjar berpesan agar masyarakat tetap waspada. Apalagi dari kejadian tersebut sudah ada 13 ABK asal Filipina yang terpapar virus B.1.617.2 asal India dan 1 ABK asal Filipina lainnya meninggal dunia saat dalam perawatan di RSUD Cilacap.

"Sudah ada (varian baru). Kan sudah ada yang meninggal, tapi orang Filipina. Hanya ABK itu saja (yang terpapar varian baru COVID-19)," tegasnya. 

Hingga Senin (31/5/2021) pagi, data Dinas Kesehatan Cilacap mencatat tersisa empat orang ABK  yang masih dirawat dan dalam kondisi baik. Hasil swab pertama mereka pun menunjukkan hasil negatif.
 
Adakah Gejala Khusus yang Ditunjukkan Pasien COVID-19 Varian B.1.617.2 di Cilacap?

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Cilacap Pramesti Griana Dewi mengatakan tak ada gejala khusus dari pasien varian baru ini. Ia menjelaskan untuk gajela COVID-19 varian India sama seperi COVID pada umunya.

Adapun satu ABK yang meninggal dunia diketahui sempat mengalami gejala berat. Gejala yang dialami pasien kian memburuk setelah sempat dirawat intensif di RSUD Cilacap sejak 5 – 10 Mei 2021. Ia mengalami sesak nafas dan semakin memburuk.

Hingga akhirnya, Selasa (11/5/2021) dini hari pasien mengalami henti jantung kemudian dinyatakan meninggal dunia setelah tidak ada respons. Pun soal keganasannya sendiri, Pramesti menambahkan belum ada hasil penelitian terkait hal itu.


Bahaya Varian B.1.617 dan mutasinya

Varian baru yang terdeteksi pada belasan ABK asal Filipina di Cilacap ini merupakan turunan strain virus corona baru (SARS-CoV-2) dari India, B.1.617 yang dikategorikan sebagai VOC atau ancaman kesehatan global.

Selain B.1.617.2, ada tiga turunan B.1.617 yang diketahui hingga saat ini, yaitu B.1.617.1 dan B.1.617.3. Adapun ketiganya punya karakteristik mutasi yang berbeda yaitu L452R, P681R, dan E484Q.

Dilansir dari Hallo Sehat, kombinasi tiga mutasi ini dalam satu varian ini sangat diwaspadai guys. Sebab ketiganya dianggap mampu membuat virus makin pintar dalam menghindari kemampuan antibodi manusia, bahkan bisa membuat virus seperti COVID-19 lebih mudah menular.


Tingkatkan Kewaspadaan, Namun Jangan Panik

1613977793-pexels-photo-3983413.jpeg-berbagi-pixabay-by-gustovo-fring.jpegSumber: Ilustrasi memberi masker. (Pixabay/Gustovo)

Meningkatkan kewaspadaan bukan berarti kita menjadi panik dalam menghadapi suatu fakta, termasuk saat varian baru masuk ke daerah tempat kita tinggal. Meningkatkan kewaspadaan artinya kita tak boleh lengah dan terus menerapkan berbagai upaya untuk mencegahnya.

Seperti kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin yang berpesan bahwa cara terbaik mencegah penularan virus corona, khususnya terhadap varian baru yang telah masuk ke Indonesia adalah dengan menerapkan protokol kesehatan. Mulai dari mengenakan masker, mencuci tangan, hingga menjaga jarak.

“Itu (protokol kesehatan) adalah cara yang paling baik untuk bisa mencegah penularan dari virus mutasi baru ini,” ungkapnya di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (10/5/2021) lalu.

“Sekali lagi, penerapan protokol kesehatan 3M secara disiplin, juga penerapan protokol PPKM berskala mikro secara disiplin adalah cara yang paling ampuh untuk mengontrol penularan ini,” pesannya.

Sementara itu lewat akun media sosialnya, Dinas Kesehatan Provinsi Jateng juga menyarankan agar masyarakat tak hanya patuh 3M saja. Untuk mencegah penularan varian baru COVID-1O kita juga harus mendukung upaya 3T, yaitu pemeriksaan dini (testing), pelacakan (tracing), dan perawatan (treatment). Jangan lupa, masih ada satu lagi yaitu mendukung vaksinasi.
 

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait