URnews

Curhatan Menkeu Sri Mulyani, Diomeli Rakyat Gara-gara Sering Utang

Anisa Kurniasih, Selasa, 5 Januari 2021 13.42 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Curhatan Menkeu Sri Mulyani, Diomeli Rakyat Gara-gara Sering Utang
Image: Menteri Keuangan, Sri Mulyani. (Foto: www.djppr.kemenkeu.go.id)

Jakarta - Akibat dampak pandemi COVID-19 yang membuat Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2020 mengalami defisit membuat Pemerintah Indonesia harus memutar otak untuk menstabilkan ekonomi negara.

Sebab, akibat virus corona yang melanda sejak awal 2020  penerimaan negara diproyeksikan turun hingga 15%, sedangkan belanja negara naik hingga 33,8% dari realisasi tahun 2019.

Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan alasannya terkait seringnya mengambil langkah utang untuk menutup defisit Anggaran Pendapatan & Belanja Negara (APBN). Ia pun membeberkan langkah utang disebabkan karena belanja negara mengalami peningkatan akan tetapi penerimaan negara turun. 

Namun, ia bercerita jika langkahnya tersebut rupanya sering mendapat cibiran dari masyarakat. Padahal, menurutnya, utang Pemerintah tentu digunakan untuk kemaslahatan seluruh masyarakat Indonesia.

"Saya diomelin (dianggap sering) ngutang oleh rakyat Indonesia karena belanja kita tinggi tapi penerimaan turun. Karena itu kita ngutang, karena belanja negara itu mencapai Rp 270 triliun penerimaan turun sehingga defisit APBN naiknya," ujar Sri Mulyani dalam dalam acara Kaukus Perempuan Parlemen RI secara virtual, Senin (4/1/2021).

Menkeu  pun mengumpamakan posisinya sebagai bendahara negara sama seperti ibu rumah tangga yang harus mengatur keuangan agar kehidupan tetap berjalan. Dalam situasi pandemi yang berlangsung sejak tahun lalu, penerimaan menurun, sementara belanja naik seiring dengan kebutuhan.

“Sama saja dengan anggota di rumah kita yang sakit, mungkin tabrakan, kena demam berdahar  dan harus masuk rumah sakit, atau bapaknya kena PHK sekaligus. Maka si ibu harus memutar pikirannya mendanai kebutuhan keluarganya yang setiap hari harus makan dan ada kebutuhan tambahan lain,” ujar Sri Mulyani.

Menurut dia, Di masa pandemi ini, pajak mengalami penurunan hingga 20% sehingga berdampak merosotnya penerimaan negara. Dia menambahkan kegiatan ekonomi menurun tajam lantaran aktivitas ekonomi menurun, investasi anjlok dan secara umum kinerja perekeonomian terpengaruh sebab itu perlu desain tepat untuk mendongkrak ekonomi.

“Dalam situasi ini bukannya tidak gratis, APBN menghadapi COVID-19 menglami tekanan, penerimaan negara turun hingga 15%. Bahkan penerimaan pajak kita menurun mendekati 20%, tapi kita harus tetap belanja bahkan meningkat. Dan saya utang, dan saya diomelin seluruh masyarakat Indonesia ngutang untuk ini,” kata Sri Mulyani.

Sri Mulyani menegaskan, meski utang 2020 membengkak, tapi Pemerintah memastikan upaya fiskal tersebut bisa menolong masyarakat karena dampak pandemi. 

“Bukan senak-enaknya mana yang perlu, mana yang tidak perlu diberikan tambahan dan diteliti dan efektifitasnya bisa dipertanggung jawabkan,” ucap Sri Mulyani.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait