Dokter di Malang Ajak Masyarakat Melek soal Bahaya COVID-19

Malang - Kasus COVID-19 di Indonesia belum berakhir. Seperti di Kota Malang, Jawa Timur angka penyebaran virus tersebut naik setiap harinya.
Dari data yang dikeluarkan Satgas COVID-19 Kota Malang per Minggu 29 November 2020, sebanyak 2.268 orang terkonfirmasi positif, 233 orang meninggal, dan 2.029 orang dinyatakan sembuh.
Bahkan, sejumlah rumah sakit rujukan juga menyatakan belum bisa menerima pasien COVID-19.
Lantas Direktur RS Primahusada Malang, dr. Addison Rousdy mengajak masyarakat Malang Raya untuk melek akan bahayanya virus corona ini. Pesan tersebut telah beredar di sejumlah grup WhatsApp jurnalis.
Berikut isi pesannya!
Dear
Masyarakat Malang Raya dan sekitarnya
Saya hanyalah dokter biasa
Dokter yang bertugas di RS rujukan COVID-19
Saya orang yang tak punya kuasa
Saya juga orang yang tak punya jabatan
Tapi saya terpaksa melakukannya
Karena yang punya kuasa dan jabatan tak juga keluar gigi taringnya
Ijinkanlah saya meminta tolong
Tolong sebentar saja
Untuk membaca tulisan saya
Rumah sakit sekarang penuh
Tak mampu lagi menampung pasien suspect dan konfirmasi corona
Bagaimana bisa?
Wabah pandemi ini adalah benar bencana
Memang tak sampai membuat tembok kita retak seperti kena gempa
Tak membuat jalan kita hancur seperti terkena air bah banjir
Tak ada kepulan asap dan suara dentuman hebat seperti gunung meletus
Penyebaran virus corona tak kasat mata
Tapi korbannya nyata
Ribuan orang dirawat di rumah sakit
setiap bulannya
Ratusan orang meninggal karenanya
Jumlah korbannya jauh melebihi korban letusan gunung Kelud 7 tahun lalu
Dampak sosial dan ekonominya melebihi banjir bandang di desa Petungsewu
Bukan, ini bukan untuk menakuti Anda Tapi untuk mengajak Anda bekerjasama
Tolong hentikan sejenak
Segala aktivitas..
Sebentar saja..
Sempatkan untuk berdoa
Benarkah kita banyak salah dan dosa
Tak mampu lagi menolong orang yang tak berdaya
Percayalah diri Anda ikut menentukan
Aktivitas Anda turut berperan
Merah kuning hijaunya kota kita
Anda ikut andil memberi warna
Saya tidak minta belas kasihan
Saya juga tak minta perhatian
Yang saya butuhkan adalah pengertian
Bahwa di hari hari berikutnya akan ada pasien yang terlantarkan
Bahkan mungkin tak sempat untuk didaftarkan
Sehatmu adalah sehatku
Sehat mereka sehat kita semua
Ruang perawatan yang penuh akan menurunkan kualitas pelayanan
Membuat tenaga medis kelelahan
Masyarakat yang membutuhkan tak mendapatkan tempat perawatan
Kapasitas hunian RS yang sehat maksimal 85 persen, lebih dari itu akan membuat sistem kewalahan.
Pilihan bukan hanya ada di tangan kami yg melayani pasiennya
Tapi juga ada di tangan anda yg sehat dan tak bergejala
Kita semua punya hak yg sama
Hak hidup dan hak untuk bekerja
Namun ada tanggung jawab yg harus ikut dipanggul bersama
*Hingga hari ini dan detik ini*
*tak ada sedikitpun arahan*
*Baik dari pemerintah kota sampai kecamatan*
Lalu mau dibawa kemana semua persoalan?
Kalau semuanya serba tak punya perasaan?
Kesuksesan itu bisa direncanakan
Harus diupayakan tidak dibiarkan
Nanti yg datang hanyalah kegagalan
Tak ada usaha yang mengkhianati hasil
Tak ada kemenangan tanpa perjuangan
Saya tidak tahu caranya
Karena saya bukan ahlinya
Tapi berdiam diri itu berbahaya
Bersuara itu perlu
Meski seringkali tak ada yg nggugu (red-mendengarkan)
Tapi Tuhan tak pernah keliru
Siapa tahu ada orang hebat yang membantu
Walau lebih enak rebahan
daripada jadi agen perubahan.