URedu

Sejarah Gerwani: Organisasi Perempuan Terbesar hingga Jadi Tahanan Politik

Nivita Saldyni, Kamis, 29 September 2022 13.10 | Waktu baca 9 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Sejarah Gerwani: Organisasi Perempuan Terbesar hingga Jadi Tahanan Politik
Image: Massa Gerwani di Denpasar saat demo mendukung integrasi Irian Barat menjadi bagian Indonesia. (Dok. Humas Pemkot Denpasar)

Jakarta - Di penghujung bulan September, masyarakat Indonesia akan kembali disajikan atau membicarakan peristiwa kelam masa lalu yaitu Gerakan 30 September 1965 yang lebih dikenal dengan G30S/PKI atau Gerakan September Tiga Puluh (GESTAPU). 

Berdasarkan sejarah yang tertulis, G30S/PKI adalah peristiwa pembantaian sejumlah jenderal TNI Angkatan Darat yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia. Peristiwa ini, membawa Indonesia memasuki era baru dalam percaturan sosial politik dengan berdirinya Orde Baru dengan Soeharto sebagai sosok yang berkuasa. 

Dalam artikel ini, Urbanasia tidak akan membahas perihal peristiwa pembantaian tersebut. Artikel ini akan mengulas salah satu organisasi sayap PKI untuk kalangan perempuan, Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).

Gerwani adalah salah satu organisasi wanita di Indonesia yang terbentuk pasca kemerdekaan. Mereka disebut-sebut sebagai organisasi wanita terbesar di Indonesia pada medio 1965. 

Gerwani cukup melekat dengan meletusnya peristiwa G30S/PKI. Sayangnya hal itu juga meninggalkan citra buruk pada organisasi wanita terbesar di Tanah Air pada masanya itu. 

Lantas siapa sebenarnya Gerwani? Bagaimana sejarah dan perjalanan perjuangan para anggotanya? Berikut enam fakta soal Gerwani yang Urbanasia rangkum dari berbagai sumber pada Kamis (29/9/2022).

Mengenal Gerwani

Bicara soal Gerwani, tak bisa lepas dari Gerwis atau Gerakan Wanita Istri Sedar. Organisasi yang dibentuk atas inisiasi SK Trimurti itu merupakan cikal bakal Gerwani. 

Gerwis sengaja dibentuk dengan menggabungkan beberapa organisasi perempuan yang punya tujuan sama. Akhirnya sebanyak enam organisasi ikut bergabung dan melebur bersama Gerwis, yaitu Rukun Putri Indonesia (Rupindo) Semarang, Persatuan Wanita Sedar Bandung, Persatuan Wanita Sedar Surabaya, Gerakan Wanita Rakyat Indonesia Kediri, Persatuan Wanita Murba Madura, dan Perjuangan Putri Republik Indonesia dari Pasuruan. 

Gerwis mulai punya posisi kuat ketika namanya resmi disematkan dalam kongres yang digelar Juni 1950. Organisasi yang saat itu diketuai oleh Tris Metty, Umi Sardjono, dan SK Trimurti hadir ke daerah-daerah untuk menciptakan perdamaian di tengah masyarakat dan melepaskan segala bentuk perbudakan dan penindasan. Mereka sangat vokal dalam memperjuangkan hak-hak anak dan perempuan pada masa itu. 

Setelah beberapa tahun menempuh berbagai perjuangan di jalannya, pada 1954, Gerwis melaksanakan Kongres II. Salah satu hasil kongres ini Gerwis berganti nama menjadi Gerwani yang orientasinya bukan lagi kepada kader, melainkan massa.

Sejak saat itu mereka berupaya mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya. Hasilnya mereka berhasil memiliki 650 ribu anggota pada 1957, sekitar 1,5 juta anggota pada tahun 1963, dan lebih dari 1,7 juta pada tahun 1965.

Selama masa-masa itu, organisasi yang fokus pada isu-isu sosialisme dan feminisme ini terus melakukan berbagai perjuangannya. Sayangnya Gerwani terpaksa bubar karena dilarang setelah 30 September 1965.

Gerwani Sebelum G30S/PKI

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait