URtech

Fenomena Badai Matahari Picu Kiamat Internet di Bumi

Afid Ahman, Minggu, 12 September 2021 10.29 | Waktu baca 2 menit
WhatsApp ShareFacebook ShareTwitter ShareLinkedin Share
Fenomena Badai Matahari Picu Kiamat Internet di Bumi
Image: Ilustrasi fenomena badai matahari. (ELG21/Pixabay)

Jakarta - Sejumlah ilmuwan mengatakan fenomena badai matahari ekstrem yang terjadi sekali dalam satu abad dapat memicu kiamat internet.

Penelitian tersebut dipaparkan oleh Asisten Profesor dari University of California, Irvine, Amerika Serikat, Sangeetha Abdu Jyothi.

Dijelaskan Jyothi, Matahari kerap mengeluarkan partikel bermuatan plasma (campuran proton dan magnet) yang berasal dari korona dalam jumlah besar. Fenomena itu biasa disebut pula solar wind.

Partikel magnet yang dikirim dalam jumlah dan kecepatan yang wajar, dapat ditepis oleh lapisan terluar Bumi.

Namun, dalam kurun waktu tertentu, solar wind bisa menjadi badai Matahari yang sangat besar.

Sayangnya infrastruktur yang ada di Bumi belum siap menghadapi badai Matahari secara ekstrem dan dalam skala besar.

Hal inilah yang kemudian akan menyebabkan adanya gangguan geomagnet di Bumi dan dapat berimbas pada infrastruktur jaringan internet.

Bahkan, kata Jyothi, infrastruktur jaringan internet menggunakan kabel bawah laut paling terdampak dari fenomena ini.

Sebab, infrastruktur kabel internet bawah laut dilengkapi repeater yang rentan terhadap arus geomagnetik yang kemungkinan terjadi selama badai matahari ekstrem.

Ketika ada satu repeater pada kabel bawah laut yang terganggu, maka ini akan mempengaruhi lalu lintas koneksi internet.

Bila koneksi internet mati dan berlangsung cukup lama imbasnya akan sangat besar. Ditaksir menciptakan kerugian hingga US$ 7 miliar atau sekitar Rp99,720 triliun.

Tak hanya itu tumbangnya internet bakal mematikan ekonomi seluruh dunia. Karenanya sebelum itu terjadi para peneliti mewanti-wanti

operator jaringan mengantisipasi ancaman serius ini dengan meningkatkan ketahanan infrastruktur internet terhadap fenomena badai Matahari.

Komentar
paper plane

Berita Terkait
    Berita Terkait