Fokus Pada Ingatan, Cara Efektif Berhenti Merokok

Jakarta - Bagaimana membuat seseorang berhenti merokok adalah pertanyaan populer yang sering dicari di Google oleh orang-orang yang ingin melihat kekasih, teman, atau anggota keluarganya setop merokok.
Sebenarnya sangat mudah mengingatkan orang akan bahaya merokok, belum lagi nggak terhitung kampanye anti rokok yang santer terdengar sejak dulu. Namun nyatanya nggak bikin perokok aktif menghentikan kebiasaannya.
Padahal bentuk kampanye itu telah dikemas sedemikian ngeri dengan menampilkan gambar vulgar atau video yang mengganggu karena menunjukkan betapa membahayakannya efek dari merokok, tetap saja banyak perokok yang tak menghiraukannya.
Studi baru melaporkan jika hal itu bukanlah cara efektif untuk menjangkau para pecandu rokok. Para peneliti dari Michigan State University menyarankan, cara efektif yang mungkin membuat seseorang tergerak mulai berhenti merokok adalah fokus pada ingatan mereka dan 'menarik hati sanubari mereka'.
Mereka mengatakan metode ini terbukti lebih baik daripada menciptakan ketakutan yang kita tahu itu tidak menimbulkan efek jera sama sekali, karena mereka tidak peduli. Meskipun pesan iklan yang dibuat mengerikan itu memang akurat, tapi akan lebih baik jika perubahan dimulai dengan cara positif.
Peneliti menggunakan sejumlah 169 responden perokok aktif antara usia 18-39 tahun. Beberapa partisipan diperlihatkan iklan layanan masyarakat yang berisi nostalgia, karya peneliti Ali Hussain, seorang kandidat doktor di sekolah jurnalisme Michigan State University.
Iklan itu menampilkan kalimat seperti, 'Saya ingat ketika saya masih kecil, dan saya merindukan kesederhanaan hidup, berada di luar pada malam musim panas yang hangat'. Kemudian video itu berakhir dengan narator yang mengingat pengalaman pertamanya dengan rokok.
Lalu hasil temuan peneliti menyebutkan, banyak pesan larangan merokok terlalu berpusat pada rasa takut, jijik, dan rasa bersalah. Sedangkan perokok sering mengabaikan pesan itu dan justru menjadi acuh terhadap orang yang menakutinya.
Senada dengan profesor di Departemen Komunikasi, Maria Lapinski yang setuju jika kebijakan dan perubahan lingkungan memiliki pengaruh terhadap merokok, dan penelitian ini menunjukkan pesan persuasif yang menyentuh hati bisa efektif untuk mempengaruhi sikap merokok.